Dear Investor, Ada Ramalan Harga Saham GGRM nih, Bad News?

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
06 April 2021 09:25
Foto: www.gudanggaramtbk.com
Foto: www.gudanggaramtbk.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten rokok 'raksasa' PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang tahun lalu. Menurut laporan keuangan perusahaan, laba bersih GGRM ambles sebesar 29,71% menjadi Rp 7,65 triliun pada 2020, dari tahun sebelumnya sebesar Rp 10,88 triliun.

Menurut riset terbaru dari PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang terbit pada Senin (5/4), laba bersih GGRM sepanjang tahun lalu berada di bawah perkiraan Mirae Asset dan konsensus analis.

Analis riset Mirae Sekuritas Christine Natasya menjelaskan, laba bersih full year tahun lalu sebesar 95% dari run-rate riset Mirae.

Dilansir dari Investopedia, run rate mengacu pada kinerja keuangan perusahaan berdasarkan penggunaan informasi keuangan saat ini sebagai indikator prediksi kinerja masa depan.

Dalam hal ini, run rate berfungsi sebagai ekstrapolasi kinerja keuangan suatu perusahaan pada saat ini dan mengasumsikan bahwa kondisi saat ini akan berlanjut.

Christine berpendapat, anjloknya laba bersih GGRM tahun lalu disebabkan karena erosi margin akibat kenaikan cukai rokok yang tinggi.

Adapun menurut Mirae Asset, margin laba kotor (gross profit margin/GPM) GGRM turun sebesar 10,3% secara tahunan (year on year/YoY).

"Meskipun produk SKM [sigaret kretek mesin] Full-Flavor GGRM masih menjadi favorit di kalangan perokok, kami tidak menyaksikan banyak penyesuaian ASP [average selling price, harga rerata penjualan] untuk merek andalannya, Surya 16 dan GG International, yang pada akhirnya menyebabkan penurunan margin yang sangat besar," jelas Christine dalam risetnya, dikutip CNBC Indonesia pada Selasa (6/4).

Saat ini divisi sigaret kretek mesin (SKM) masih menjadi andalan perusahaan. Sepanjang tahun lalu, SKM menyumbang pendapatan Rp 104,68 triliun atau 91,44% dari total pendapatan perusahaan.

Mirae Asset berpendapat, perusahaan lebih berfokus pada mempertahankan pangsa pasar dalam persaingan yang ketat saat ini, alih-alih menghemat margin.

Di samping itu, meskipun biaya operasional (operational expenditure/opex) bisa berkurang 8,3% secara tahunan pada kuartal IV tahun lalu, marjin laba operasi (OPM) perusahaan tercatat masih turun 9,1% menjadi 7,6% pada kuartal terakhir 2020.

GGRM juga membukukan kerugian valas (valuta asing) yang lebih tinggi sebesar Rp36,9 miliar pada triluwan 4 tahun lalu. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, kerugian valas perusahaan sebesar Rp 13,2 miliar.

Kinerja top-line (pendapatan) GGRM naik 4,6% secara kuartal (quarter on quarter) tahun lalu. Hal tersebut, kata Christine, karena pemulihan volume penjualan.

GGRM membukukan pendapatan sebesar Rp31,1 triliun di kuartal IV tahun lalu. Raihan ini naik 8% secara tahunan dan 4,6% secara QoQ.

"[Hal ini] didukung oleh ASP yang sedikit lebih tinggi dari produk-produk dengan marjin lebih rendah dan peningkatan volume penjualan SKM-FF [full flavor] dan SKT [sigaret kretek tangan] pada secara QoQ, dalam pandangan kami," kata Christine.

Adapun secara kumulatif, pendapatan secara tahunan mencapai Rp 114,4 triliun. Angka ini meningkat 3,6% secara YoY. "[Ini] sejalan dengan perkiraan setahun penuh kami dan konsensus (mencapai 100% dari perkiraan kami dan 102% dari konsensus)," jelas Christine.

Sementara itu, broker asal Korea Selatan ini berpendapat, margin GGRM sepanjang 2021 akan tetap dalam tren yang menurun. Ini karena perusahaan belum sepenuhnya memberlakukan kenaikan cukai tahun 2020. Di samping itu, GGRM juga menghadapi kenaikan cukai yang signifikan untuk produk SKM tahun ini.

Dengan demikian, Mirae Asset tetap merekomendasikan hold untuk saham GGRM dengan menurunkan target harga menjadi Rp 36.000, dari rekomendasi sebelumnya hold di Rp 43.000.

Hal tersebut didasarkan pada laba bersih per saham atau EPS (earning per share) dan target rasio P/E (price-to-earning ratio) pada 2021 yang tidak berubah sebesar 13,2 kali, yaitu -1 SD (standard deviation) dari rasio PE rata-rata 10 tahun.

Mirae Asset juga mencatat, utang jangka pendek GGRM turun menjadi hanya Rp 6 triliun di sepanjang tahun lalu lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 17 triliun. Dalam amatan Mirae, ini karena perusahaan tidak membagikan dividen atas kinerja perusahaan pada tahun lalu.

"[Bahkan] jika GGRM memutuskan untuk mempertahankan tingkat utangnya serendah tahun 2020, kami pikir GGRM masih memiliki ruang untuk membayar 30-35% rasio pembayaran dividen [dividend payout ratio] pada laporan keuangan 2021F," pungkas Christine.

Adapun saham GGRM pagi ini di sesi I, Selasa (6/4), naik 0,55% di level Rp 36.400/saham dengan koreksi sepekan 0,48% dan year to date minus 11,52%. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 70 triliun.


(adf/adf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rokok Mulai Sunset, Begini Gurita Bisnis Grup Gudang Garam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular