Saham Masih Disuspensi, ke Mana Arah Bisnis Bank Artos?

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
10 September 2019 10:14
Saham Masih Disuspensi, ke Mana Arah Bisnis Bank Artos?
Foto: Bank Artos
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) sejak resmi dijual ke pemilik baru yakni konsorsium yang dipimpin Jerry Ng dan Patrick Walujo, pada 22 Agustus 2019, hingga kini sahamnya belum bisa ditransaksikan.

Satu hari sebelum pengumuman akuisisi disampaikan ke publik, Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan saham Bank Artos hingga hari ini, Selasa (10/9/2019).

Penghentian ini seiring dengan rencana perseroan yang akan melakukan penerbitan saham baru (rights issue) dan perubahan pemegang saham pengendali.

Data BEI mencatat saham ARTO terakhir diperdagangkan di level Rp 830/saham dengan kapitalisasi pasar Rp 1 triliun.


Perubahan pengendali ini terjadi setelah Jerry Ng dan Patrick Walujo menguasai 51% saham Bank Artos. Jerry Ng akan masuk melalui PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) sebesar 37,65% dan Patrick Walujo masuk melalui WTT, perusahaan investasi berbasis di Hong Kong, yang akan menguasai 13,35%.

Keduanya akan masuk ke Bank Artos melalui mekanisme rights issue atau penerbitan saham baru. Pasca-rights issue, saham Arto Hardy akan menyusut dari 39,51% jadi 24,5% dan saham Sinatra Arto Hardy dan William Arto Hardy akan turun masing-masing dari 13,5% menjadi 1,5%, seperti dikutip dari prospektus aksi korporasi Bank Artos, Kamis (22/8/2019).

Bank Artos akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 30 September 2019 dengan salah satu mata acara pengambilalihan Bank Artos dan permohonan persetujuan dari pemegang saham untuk meningkatkan modal dasar perusahaan melalui skema penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

Direktur Metamorfosis Ekosistem Indonesia Anika Faisal menjelaskan alasan akuisisi Bank Artos karena masih besarnya permintaan masyarakat akan kredit perbankan dan masih banyaknya sektor-sektor yang bisa dibiayai perbankan.

Namun sayang ia tidak bersedia menyebut berapa dana yang akan dikeluarkan untuk mencaplok Bank Artos. Ia juga tidak bersedia untuk menyebut berapa price to book value (PBV) atau rasio nilai buku ketika pihaknya mengambilalih Bank Artos.

"Bank Ini akan ditransfromasikan menjadi bank digital. Setelah kami masuk akan ada tambahan modal lagi sehingga bank naik kelas dari BUKU I menjadi BUKU II," ujar Anika Faisal di Jakarta, Rabu (20/8/2019).

Konsep bank digital inilah yang kelak akan diusung oleh Jerry dan Patrik dalam mengembangkan bisnis di Bank Artos. Meskipun otoritas pengawas perbankan dan otoritas moneter belum membuat payung regulasi terkait digital banking di Tanah Air. 

Namun arahnya tak terhindarkan, mengingat tren global mengarah ke sana. Kabar terbaru, yakni di Australia yang sudah memberikan lisensi bank digital atau online kepada fintech Xinja Bank. Fintech ini akan menantang dominasi empat bank terbesar di Australia.

Lisensi bank digital atau online merupakan gelombang baru di Asia. Fintech kini akan bersaing langsung dengan bank karena memiliki lisensi mengumpulkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kredit.

Bulan lalu, Singapura memulai proses untuk mengeluarkan hingga lima lisensi bank digital, salah satu yang tertarik Grab Holding, startup ride hailing. Sementara Hong Kong dijadwalkan akan meluncurkan apa yang disebut bank virtual tahun ini.

LANJUT HALAMAN 2: Sepak terjang Jerry Ng dan Patrick Walujo
Siapa sebenarnya WTT, perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong? Ternyata pemegang saham utama WTT adalah Ares Wonder Group (AWG) yang merupakan perusahaan investasi yang terdaftar di Kepulauan Cayman, salah satu negara bebas pajak.

AWG dikendalikan oleh pengusaha Patrick Sugito Waluyo yang sejak tahun 2003 juga merupakan pendiri dan pengelola Northstar Group.

Jerry Ng dan Patrick Waluyo bukan nama baru, keduanya sudah malang melintang di industri keuangan nasional dan bahkan luar negeri.

Jerry Ng adalah bankir yang sudah malang melintang di dunia perbankan. Jerry sebelumnya menahkodai PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) sebagai direktur utama selama satu dekade dan berhasil melesatkan total aset bank ini menjadi 10 kali lipat.

Namun, dia memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan kariernya di BTPN setelah bank tersebut merger dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia, menjadi PT Bank BTPN Tbk.


Pada 2003, Jerry juga pernah berkarier di Bank Danamon namun hengkang pada September 2007. Dia juga tercatat pernah bekerja di PT Bank Central Asia Tbk dan Grup Astra.

Sejumlah jabatan penting pernah diembannya seperti Deputi Presiden Direktur di PT Bank Universal, Presiden Direktur di PT Federal International Finance (FIF), dan menjadi Komisaris di PT Astra Colonial Mutual Group Life.

Sementara itu, Patrick Sugito Walujo adalah mantan bankir investasi di Goldman Sachs & Co, dan associate di Ernst & Young.

Patrick adalah pendiri Northstar Group, perusahaan pengelola dana (private equity firm) dengan aset kelolaan senilai US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26,66 triliun dan investasi lebih dari US$ 2,8 miliar di Asia Tenggara.

Patrcik juga tercatat sebagai Komisaris di PT Duta Intidaya Tbk (DAYA) and PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID).

Sebelumnya, alumnus Cornell University ini juga pernah menjabat sebagai Senior Vice President di Pacific Century Group Japan dan direksi di Philippine Bank of Communications, sebagaimana terekam dalam profilnya di situs nsgroup.com.

Jerry dan Patrick akan masuk Bank Artos melalui mekanisme rights issue atau penerbitan saham baru. Setelah rights issue, saham Arto Hardy akan menyusut dari 39,51% jadi 24,5% dan saham Sinatra Arto Hardy dan William Arto Hardy akan turun masing-masing dari 13,5% menjadi 1,5%, seperti dikutip dari prospektus aksi korporasi Bank Artos.

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular