Suram Sepanjang Hari, IHSG Berakhir Indah di Menit Terakhir

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
23 August 2019 17:14
Akankah The Fed Dovish atau Hawkish?
Foto: Ketua Dewan Federal Reserve AS Jerome Powell berpartisipasi dalam diskusi Economic Club di Washington, AS, 10 Januari 2019. REUTERS / Jim Young
Dalam beberapa hari terakhir, pelaku pasar memilih mengambil sikap menunggu alias wait and see karena belum ada sinyal yang jelas terkait arah kebijakan moneter The Fed ke depan.

Awal pekan ini, bursa saham Tanah Air selama 3 hari beruntun membukukan koreksi karena Gubernur The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa bahwa pemotongan suku bunga acuan Negeri Paman Sam sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Juli, bukannya permulaan awal dari era panjang pemangkasan suku bunga.

"Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu [pemangkasan tingkat suku bunga acuan] bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif," kata Jerome Powell, Gubernur The Fed, dilansir dari CNBC International.


Namun, di lain pihak, beberapa anggota dewan The Fed menginginkan untuk kembali memangkas suku bunga acuan AS, di mana opini tersebut tercatat dalam rilis risalah rapat The Fed bulan Juli.

"Beberapa peserta rapat ingin menurunkan suku bunga acuan lebih dalam yaitu 50 basis poin (bps) untuk mempercepat laju inflasi menuju target 2%. Namun peserta lainnya memilih untuk menurunkan suku bunga acuan 25 bps," demikian tulis notula rapat itu.

"Dia [Powell] sedikit kesulitan. Komite-nya terbelah. Dia mendapat banyak tekanan dari presiden [Donald Trump], dan yang paling penting data ekonomi AS cukup bagus dan itu tidak memberikannya alasan untuk memberikan pelonggaran moneter yang besar" kata Mark Cabana, Kepala Strategi Suku Bunga AS di Bank of America Merril Lynch, dilansir dari CNBC International.

Di lain pihak, pelaku pasar masih meyakini bahwa The Fed akan kembali menurunkan suku bunga bulan depan. Berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 1,75-2% mencapai 88,8%.

Dengan terbaginya pendapat, pidato Powell pada Simposium Jackson Hole pada Jumat (23/8/2019) waktu setempat diharapkan dapat memberikan sinyal yang lebih kuat terkait arah kebijakan The Fed ke depannya.

“Jika kalimat ‘midcycle adjustment’ tidak muncul saat pidato di Jackson Hole, maka pelaku pasar akan menginterpretasikannya sebagai pintu yang terbuka untuk lebih banyak pemotongan,” ujar Michael Gapen, Chief US Economist di Barclays, dikutip dari CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(dwa/tas)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular