Pengunjung Mall Kian Sepi, Ini Strategi Ramayana Bertahan

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 August 2019 18:23
PT Ramayana Lestari Santosa Tbk (RALS) terus berusaha keras bertahan di tengah tren lesunya pengunjung pusat perbelanjaan.
Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten ritel PT Ramayana Lestari Santosa Tbk (RALS) terus berusaha keras bertahan di tengah tren lesunya pengunjung pusat perbelanjaan dengan mengubah strategi bisnis ke arah pemenuhan gaya hidup (lifestyle mall) dari sebelumnya hanya sebagai shopping mall.

Sekretaris Perusahaan Ramayana Setiadi Surya menjelaskan, transformasi itu dilakukan untuk menggaet pasar, utamanya segmen milenial dengan mengkombinasikan antara bisnis ritel, hiburan, makanan dan minuman (food and beverage).

Ramayana juga menggandeng sejumlah tenant (penyewa), di antaranya Bioskop XXI.


"Kami lakukan transformasi dengan mengubah toko-toko kita sesuai dengan kondisi pelanggan milenial," ungkap Setiadi di acara gelaran pparan publik Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (20/8/2019).

Dia mengungkapkan, saat ini sudah ada lima mall yang dikelola perseroan yang sudah menerapkan konsep lifestyle (Ramayana Prime), toko yang sudah dilengkapi bioskop ada sebanyak 14 unit. Sedangkan, secara keseluruhan gerai yang dikelola perseroan sebanyak 117 outlet.

"Planning kami untuk lifestyle mall semester 2 2019 akan ada lima lagi. Nilai investasi per toko sekitar Rp 25-30 miliar dari belanja modal yang kami sediakan sekitar Rp 350 miliar," ungkapnya.

Tingkat okupansi di pusat perbelanjaan (mall) terus menunjukkan tren penurunan di tengah gempuran situs belanja daring.

Hal ini terimplikasi dari hasil riset yang dipublikasikan PT Jones Lang LaSalle (JLL), yang menunjukkan secara tren okupansi atau tingkat keterisian tenant di pusat perbelanjaan mengalami penurunan. Ditilik secara tren, pada 2013 lalu, tingkat okupansi mencapai 95% dengan luas area yang disewa mencapai 350.000 meter persegi.

Tren ini terus berangsur turun, pada 2016 tingkat okupansi menyentuh level di bawah 80% dengan luas area yang disewa di bawah 200.000 meter persegi.

JLL menyebutkan, salah satu penyebab menyusutnya okupansi mall karena banyak tenant ritel yang ditutup. "Pada kuartal I-2019 Central departemen store menutup gerainya di Neo Sohol Mall, ini tren yang berlanjut dalam beberapa tahun terakhir," tulis riset JLL.

Simak ritel fesyen berguguran.

[Gambas:Video CNBC]



(tas/tas) Next Article Perhatian! Peritel RI Banyak yang Merugi, Hanya Tumbuh 2,7%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular