
Ulasan Teknikal IHSG
IHSG Bimbang, Potensi Penguatan Besok Jadi Hilang
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
20 August 2019 18:09

Jakarta,CNBC Indonesia - Setelah berhasil mematahkan tren pelemahan yang terjadi dalam dua pekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ini stagnan atau turun tipis 0,02% pada level 6.295, Selasa (20/08/2019).
IHSG cukup meyakinkan ketika mengawali perdagangan hari ini dengan dibuka menguat 0,24%. Penguatan tersebut terimbas sentimen positif dari mesranya hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang akan berunding kembali awal bulan depan di Washington.
Penguatan IHSG tersebut ternyata hanya temporer atau sama dengan pergerakan kemarin. IHSG sempat mencapai level teringginya hanya berselang 2 menit setelah pasar saham dibuka.
Selepas itu, IHSG berangsur-angsur mengalami penurunan dan terjerembab di zona merah karena aksi ambil untung (profit taking) investor asing yang cenderung melepas portofolio sahamnya.
Pada akhir sesi I, IHSG ditutup dengan koreksi tipis 0,06% ke level 6.292. Mengawali perdagangan sesi II, IHSG belum juga menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya bahkan mencatatkan level terendahnya pada pukul 15:50 di level 6.280.
Pelaku pasar yang banyak mengoleksi saham-saham sektor properti pada pasca perdagangan saham, hampir membuat IHSG ditutup pada zona hijau atau hanya melemah 0,02%.
Sentimen terhadap sektor properti tidak lain disebabkan sentimen dari arah suku bunga Bank Sentral yang akan digelar pada hari Kamis (22/08/2019) dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGI-BI) edisi Agustus.
Secara teknikal, IHSG memberikan harapan akan kembali menguat esok hari. Hal ini seiring posisinya yang mampu bertahan di atas rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir atau garis moving average/MA5 (garis warna hijau).
Berbeda dengan kemarin dimana penutupan IHSG membentuk pola lilin hitam pendek (short white candle) dengan ekor yang terletak di posisi atas, kali ini pola lilin pendek disertai dengan ekor di bawahnya. Sehingga pola yang terbentuk hari ini meninggalkan potensi penguatan esok hari.
Secara momentum, IHSG belum menyentuh wilayah jenuh belinya (overbought) sehingga ruang penguatannya masih cukup terbuka jika mengacu pada indikator Relative Strength Index (RSI) yang mengukur fluktuasi pergerakan pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
IHSG cukup meyakinkan ketika mengawali perdagangan hari ini dengan dibuka menguat 0,24%. Penguatan tersebut terimbas sentimen positif dari mesranya hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang akan berunding kembali awal bulan depan di Washington.
Penguatan IHSG tersebut ternyata hanya temporer atau sama dengan pergerakan kemarin. IHSG sempat mencapai level teringginya hanya berselang 2 menit setelah pasar saham dibuka.
Pada akhir sesi I, IHSG ditutup dengan koreksi tipis 0,06% ke level 6.292. Mengawali perdagangan sesi II, IHSG belum juga menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya bahkan mencatatkan level terendahnya pada pukul 15:50 di level 6.280.
Pelaku pasar yang banyak mengoleksi saham-saham sektor properti pada pasca perdagangan saham, hampir membuat IHSG ditutup pada zona hijau atau hanya melemah 0,02%.
Sentimen terhadap sektor properti tidak lain disebabkan sentimen dari arah suku bunga Bank Sentral yang akan digelar pada hari Kamis (22/08/2019) dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDGI-BI) edisi Agustus.
Secara teknikal, IHSG memberikan harapan akan kembali menguat esok hari. Hal ini seiring posisinya yang mampu bertahan di atas rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir atau garis moving average/MA5 (garis warna hijau).
Berbeda dengan kemarin dimana penutupan IHSG membentuk pola lilin hitam pendek (short white candle) dengan ekor yang terletak di posisi atas, kali ini pola lilin pendek disertai dengan ekor di bawahnya. Sehingga pola yang terbentuk hari ini meninggalkan potensi penguatan esok hari.
Secara momentum, IHSG belum menyentuh wilayah jenuh belinya (overbought) sehingga ruang penguatannya masih cukup terbuka jika mengacu pada indikator Relative Strength Index (RSI) yang mengukur fluktuasi pergerakan pasar.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular