Sektor Ritel Lesu, Aprindo: Memang Ada Penurunan

suhendra, CNBC Indonesia
22 August 2019 16:50
Aprindo mengaku ada penurunan di bisnis ritel.
Foto: Pengunjung melintas di depan gerai mall di kawasan Jakarta, Senin (4/3/2019). Tingginya biaya pengeluaran, membuat sejumlah gerai ritel menutup tokonya, selain itu maraknya toko online juga disinyalir membuat pergeseran dalam budaya berbelanja masyarakat Indonesia. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengakui bisnis ritel memang sedang melemah dan lesu saat ini. Kondisi ini melanjutkan pelemahan yang dialami sektor ini sejak tahun lalu.

"Yang umum saja ya...memang [ritel] ada penurunan," kata Wakil Ketua Umum Aprindo Tutum Rahanta kepada CNBC Indonesia, Kamis (22/8).

Sayangnya Tutum tak mau mengungkap sejauh mana penurunan bisnis ritel kini, termasuk bisnis yang dikelolanya secara pribadi.

"Mungkin bisa (tanya) ke teman-teman di Ramayana," kata Tutum.



Indikasi penurunan bisnis ritel tampak dari penurunan penjualan peritel fashion seperti PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan semester I-2019 yang dipublikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Ramayana membukukan pendapatan dari pos penjualan barang beli putus Rp 2,86 triliun, turun 1,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 2,91 triliun.

Total penjualan pada 6 bulan pertama 2019 turun tipis 0,29% menjadi Rp 3,49 triliun dari periode sebelumnya Rp 3,50 triliun.

Sekretaris Perusahaan Ramayana, Setyadi Surya mengakui, gerai department store yang dikelola perseroan sebanyak 117 unit, rata-rata hanya tumbuh di kisaran 2,7% pada Juni 2019, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5,05% pada triwulan kedua tahun ini. 


Kondisi ini menyebabkan pendapatan pada semester pertama tahun ini melambat dibanding tahun lalu. Apalagi, segmen supermarket malah mencatatkan kinerja negatif 3,5%.

Peritel lainnya, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) juga menorehkan kinerja keuangan yang kurang menggembirakan. Per semester I-2019, laba bersih perusahaan turun 13,4% menjadi Rp 1,16 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,34 triliun.

Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan berpendapat, emiten ritel menghadapi tekanan berat di semester pertama karena berlangsungnya perhelatan politik Pilpres 2019.

Kondisi ini menyebabkan peritel cenderung menahan diri untuk melakukan ekspansi gerai, bahkan tidak sedikit yang menutup gerai karena mengalami kerugian.

"Hadirnya platform e-commerce dan perubahan perilaku konsumen juga berdampak bagi emiten sektor ritel," ungkap Alfred, kepada CNBC Indonesia.

Simak fesyen ritel berguguran.

[Gambas:Video CNBC]

(tas) Next Article Pengunjung Mall Kian Sepi, Ini Strategi Ramayana Bertahan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular