
Didesak Jual Aset, Waskita Siap Turunkan Rasio Utang
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 August 2019 15:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konstruksi BUMN, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menyiapkan sejumlah strategi demi menurunkan beban utang perseroan. Apalagi Waskita menjadi salah satu BUMN Karya dengan kenaikan utang paling tinggi sepanjang tahun lalu.
Haris Gunawan, Direktur Keuangan Waskita Karya mengakui, rasio debt to equity ratio (DER) atau utang terhadap ekuitas perseroan meningkat sejalan dengan masifnya pemerintah membangun proyek-proyek infrastruktur.
Meningkatnya utang perseroan juga berimbas kian besarnya beban bunga yang harus ditanggung perseroan.
Namun, dia meyakini, pada tahun ini, rasio DER akan diturunkan ke level 2,2 kali. "Target kita debt to equity ratio kalau sekarang 2,7 kali, akhir tahun 2,2 kali," kata Haris, saat paparan publik di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Haris menyebut, ada beberapa alasan kenapa DER meningkat, salah satunya Waskita banyak mengerjakan proyek dengan skema turnkey, artinya pembayaran baru bisa dilakukan setelah proyek rampung. Contohnya, adalah ruas tol Jakarta - Cikampek Elevated yang saat proyek konstruksinya digarap Waskita. Proyek ini akan menyumbang pendapatan Rp 4,5 triliun.
"Jadi begitu proyek selesai, kita akan dibayar," jelasnya lagi.
Selain itu, proyek yang juga dikerjakan perseroan adalah proyek ruas tol Trans Sumatera yang akan rampung pada Agustus ini. Selesainya proyek ini akan menyumbang pendapatan sekitar Rp 12- Rp 13 triliun.
Haris mengatakan pendapatan perseroan juga bersumber dari proyek LRT (Light Rail Transit) Palembang sebesar Rp 2,9 triliun. "Kalau itu masuk, kami akan gunakan itu untuk pengembalian [pinjaman] kepada para kreditor," tandasnya.
Tak hanya itu, upaya menurunkan utang juga dilakukan perseroan melalui skema investasi di ruas tol baru, menerbitkan instrumen reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) dengan aset jaminan ruas tol Bekasi Cakung Kampung Melayu (Becakayu) hingga mendivestasi lima ruas tol pada tahun ini.
Data Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, tahun lalu, Waskita Karya membukukan total utang paling tinggi dengan perolehan mencapai Rp 95,5 triliun, naik hampir 4 kali lipat (363,5%) dibandingkan tahun 2015. Capaian ini menjadi perusahaan mencatatkan pertumbuhan utang tertinggi dibanding 6 emiten karya lainnya.
Bila dilihat dari rasio DER, tahun lalu Waskita berada di level 5,31 kali. Padahal, 'batas aman' DER sebaiknya tidak lebih dari 2 kali.
Peneliti BUMN, Danang Widoyoko menilai setidaknya ada dua cara yang bisa dilakukan oleh BUMN Karya guna menyelesaikan persoalan utang yang tinggi dan menyentuh batas rasio kesehatan perusahaan.
"Pertama jual asetnya. Waskita Karya [WSKT], misalnya ya jalan tol harus dilepas ke investor swasta agar bisa memperbaiki neraca keuangan dan bisa memiliki modal untuk proyek berikutnya," katanya dalam sebuah diskusi di Financial Club, Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Menurutnya, tak hanya Waskita, BUMN Karya yang lain juga bisa menerapkan pola yang sama. Hanya saja perlu terlebih dahulu berapa aset yang bisa dilepas ke swasta.
"Kemudian cara yang kedua, mendapatkan kontrak berikutnya, menjaga neraca positif," ujarnya.
"Pemerintah harus [dapat kontrak], ini kabar buruk kontraktor swasta, menjaga neraca positif, harus dapat kontrak baru dari pemerintah. jalan keluarnya."
(tas) Next Article Utang Menumpuk, WSKT Percepat Tarik Piutang & Jual Ruas Tol
Haris Gunawan, Direktur Keuangan Waskita Karya mengakui, rasio debt to equity ratio (DER) atau utang terhadap ekuitas perseroan meningkat sejalan dengan masifnya pemerintah membangun proyek-proyek infrastruktur.
Meningkatnya utang perseroan juga berimbas kian besarnya beban bunga yang harus ditanggung perseroan.
Haris menyebut, ada beberapa alasan kenapa DER meningkat, salah satunya Waskita banyak mengerjakan proyek dengan skema turnkey, artinya pembayaran baru bisa dilakukan setelah proyek rampung. Contohnya, adalah ruas tol Jakarta - Cikampek Elevated yang saat proyek konstruksinya digarap Waskita. Proyek ini akan menyumbang pendapatan Rp 4,5 triliun.
"Jadi begitu proyek selesai, kita akan dibayar," jelasnya lagi.
Selain itu, proyek yang juga dikerjakan perseroan adalah proyek ruas tol Trans Sumatera yang akan rampung pada Agustus ini. Selesainya proyek ini akan menyumbang pendapatan sekitar Rp 12- Rp 13 triliun.
Haris mengatakan pendapatan perseroan juga bersumber dari proyek LRT (Light Rail Transit) Palembang sebesar Rp 2,9 triliun. "Kalau itu masuk, kami akan gunakan itu untuk pengembalian [pinjaman] kepada para kreditor," tandasnya.
Tak hanya itu, upaya menurunkan utang juga dilakukan perseroan melalui skema investasi di ruas tol baru, menerbitkan instrumen reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) dengan aset jaminan ruas tol Bekasi Cakung Kampung Melayu (Becakayu) hingga mendivestasi lima ruas tol pada tahun ini.
Data Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, tahun lalu, Waskita Karya membukukan total utang paling tinggi dengan perolehan mencapai Rp 95,5 triliun, naik hampir 4 kali lipat (363,5%) dibandingkan tahun 2015. Capaian ini menjadi perusahaan mencatatkan pertumbuhan utang tertinggi dibanding 6 emiten karya lainnya.
Bila dilihat dari rasio DER, tahun lalu Waskita berada di level 5,31 kali. Padahal, 'batas aman' DER sebaiknya tidak lebih dari 2 kali.
Peneliti BUMN, Danang Widoyoko menilai setidaknya ada dua cara yang bisa dilakukan oleh BUMN Karya guna menyelesaikan persoalan utang yang tinggi dan menyentuh batas rasio kesehatan perusahaan.
"Pertama jual asetnya. Waskita Karya [WSKT], misalnya ya jalan tol harus dilepas ke investor swasta agar bisa memperbaiki neraca keuangan dan bisa memiliki modal untuk proyek berikutnya," katanya dalam sebuah diskusi di Financial Club, Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Menurutnya, tak hanya Waskita, BUMN Karya yang lain juga bisa menerapkan pola yang sama. Hanya saja perlu terlebih dahulu berapa aset yang bisa dilepas ke swasta.
"Kemudian cara yang kedua, mendapatkan kontrak berikutnya, menjaga neraca positif," ujarnya.
"Pemerintah harus [dapat kontrak], ini kabar buruk kontraktor swasta, menjaga neraca positif, harus dapat kontrak baru dari pemerintah. jalan keluarnya."
(tas) Next Article Utang Menumpuk, WSKT Percepat Tarik Piutang & Jual Ruas Tol
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular