Isu Resesi Hilang & Damai Dagang, Emas Masuk Periode Koreksi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 August 2019 13:15
Isu Resesi Hilang & Damai Dagang, Emas Masuk Periode Koreksi
Foto: [Tak Hanya Logam Mulia, Perhiasan Saat Ini Banyak Diburu Warga Untuk Investasi.(CNBC Indonesia)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia melemah pada perdagangan Senin (17/8/19) melanjutkan pelemahan pada perdagangan Jumat pekan lalu. Pulihnya sentimen pelaku pasar yang tercermin dari penguatan bursa saham global membuat daya tarik emas sebagai aset aman atau safe haven berkurang pada hari ini.

Hilangnya isu resesi di Amerika Serikat (AS) sejak Jumat lalu memberikan tekanan bagi harga emas. Potensi terjadinya resesi yang digambarkan oleh inversi yield obligasi (Treasury) AS sudah mulai hilang pada hari Jumat.

Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah.

Yield Treasury AS kini kembali normal, dan Presiden AS, Donald Trump juga mengesampingkan terjadinya resesi di Negara Adikuasa tersebut.


"Saya pikir kita tidak mengalami resesi, (ekonomi) kita bekerja sangat baik. Masyarakat kita menjadi lebih kaya. Saya memberikan pemotongan pajak yang besar dan mereka mendapat banyak uang" kata Trump kepada reporter, sebagaimana dikutip CNBC International.

Selain itu, isu perang dagang dan currency war atau perang mata uang juga mulai mereda.
AS secara resmi menunda kenaikan bea impor dari China, bahkan ada beberapa produk yang batal dikenakan tarif.

Terbaru, Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiasi dagang AS dan China akan berkomunikasi secara intensif dalam 10 hari ke depan. Apabila komunikasi ini positif, maka rencana dialog dagang di Washington pada awal September bisa terlaksana.


Sementara itu kecemasan akan perang mata uang juga mulai meredup setelah China tidak lagi mendevaluasi kurs yuan secara agresif melawan dolar AS. Meski demikian pada hari ini PBoC menetapkan nilai tengah yuan 7,0211/US$ atau lebih lemah dari Jumat 7,0136/US$.

Akibat berbagai sentimen positif tersebut, dan jika tidak ada perubahan sentimen, emas menjadi kehilangan pijakan menguat (untuk sementara), dan fase koreksi turun emas berpotensi akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Area US$ 1.508 tidak lagi menjadi support yang cukup kuat untuk menahan penurunan harga emas. Meski demikian, level ini bisa menentukan kemana arah emas nantinya. 

Pada pukul 12:40 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.507.31/troy ons, berdasarkan data investing.com.

XXXGrafik: Emas (XAU/USD) Harian 
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di kisaran rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), tetapi masih di atas MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram juga di area positif namun bergerak menurun. 
Indikator ini masih memberikan gambaran peluang penguatan emas dalam jangka menengah masih ada, meski tenaganya sudah mulai berkurang. 

XXXGrafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam 
Foto: investing.com

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8 dan MA 21, tetapi masih di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dan mendekati wilayah jenuh jual (oversold). 

Tanpa adanya momentum penguatan, emas masih akan bergerak di kisaran US$ 1.508. Jika mampu bergerak konsisten di bawah level tersebut, Logam Mulia berpeluang menguji kembali level US$ 1.504. Penembusan di bawah level tersebut akan membawa harga turun ke level psikologis US$ 1.500. 

Jika level psikologis ditembus, harga emas berpotensi melemah ke US$ 1.496. 

Sementara jika mampu bergerak konsisten di atas US$ 1.508, emas memiliki peluang menguat ke resisten (tahanan atas) US$ 1.515, Momentum penguatan akan di dapat jika emas mampu menembus resisten tersebut, target ke area US$ 1.522.

TIM RISET CNBC INDONESIAinves
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular