
Pelaku Pasar Mulai Ceria, Rupiah Kian Perkasa
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 August 2019 12:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah mengawali pekan dengan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (19/8/19) pagi, melanjutkan penguatan pada Jumat pekan lalu.
Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat aset-aset berisiko kembali menguat, dan turut mengerek performa Mata Uang Garuda, bahkan sempat menembus ke bawah 14.200/US$.
Sebenarnya sentimen positif sudah bermunculan sejak Jumat lalu. Kecemasan akan perang dagang sedikit mereda setelah AS menunda bahkan kenaikan bea impor dari China, bahkan ada beberapa produk yang batal dinaikkan tarifnya.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberikan sinyal positif terkait negosiasi dagang dengan China.
"Sepengetahuan saya, pertemuan pada September masih terjadwal. Namun yang lebih penting dari pertemuan itu, kami (AS dan China) terus berkomunikasi melalui telepon. Pembicaraan kami sangat produktif," ungkap Trump, dikutip dari Reuters.
Terbaru, Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiasi dagang AS dan China akan berkomunikasi secara intensif dalam 10 hari ke depan. Apabila komunikasi ini positif, maka rencana dialog dagang di Washington pada awal September bisa terlaksana.
"(Perkembangan dialog dagang AS-China) cukup baik. Oleh karena itu, tidak ada risiko resesi. Konsumen terus bekerja, upah naik, mereka terus melakukan konsumsi dan menabung," kata Kudlow dalam wawancara dengan Fox News Sunday, seperti diberitakan oleh Reuters.
Setelah perang dagang, kecemasan akan perang mata uang juga mulai mereda setelah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) tidak lagi mendevaluasi kurs yuan.
Terakhir, kecemasan akan terjadinya resesi di AS juga mereda, setelah yield obligasi (Treasury) AS tidak lagi mengalami inversi. Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah.
Presiden Trump juga optimistis tidak akan terjadi resesi di AS. "Saya pikir kita tidak mengalami resesi, (ekonomi) kita bekerja sangat baik. Masyarakat kita menjadi lebih kaya. Saya memberikan pemotongan pajak yang besar dan mereka mendapat banyak uangm" kata Trump kepada reporter, sebagaimana dikutip CNBC International.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen positif juga datang dari Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat lalu. Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi memunculkan sikap optimis di pasar dengan memprediksi ekonomi Indonesia pada 2020 akan tumbuh lebih tinggi dari tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi kita trennya meningkat dari 4,88% di tahun 2015, menjadi 5,17% di tahun 2018, dan terakhir Semester I-2019 mencapai 5,06%. Angka pengangguran menurun dari 5,81% pada Februari 2015, menjadi 5,01% pada Februari 2019," kata Jokowi saat menyampaikan Pidato Kenegaraan.
Presiden mengungkapkan pada tahun 2020, pemerintah menyusun asumsi ekonomi makro yakni pertama, pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3% dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya.
Dengan berbagai sentimen positif tersebut, tidak heran rupiah mampu terus menguat melawan dolar AS.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat aset-aset berisiko kembali menguat, dan turut mengerek performa Mata Uang Garuda, bahkan sempat menembus ke bawah 14.200/US$.
Sebenarnya sentimen positif sudah bermunculan sejak Jumat lalu. Kecemasan akan perang dagang sedikit mereda setelah AS menunda bahkan kenaikan bea impor dari China, bahkan ada beberapa produk yang batal dinaikkan tarifnya.
"Sepengetahuan saya, pertemuan pada September masih terjadwal. Namun yang lebih penting dari pertemuan itu, kami (AS dan China) terus berkomunikasi melalui telepon. Pembicaraan kami sangat produktif," ungkap Trump, dikutip dari Reuters.
Terbaru, Lawrence Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan tim negosiasi dagang AS dan China akan berkomunikasi secara intensif dalam 10 hari ke depan. Apabila komunikasi ini positif, maka rencana dialog dagang di Washington pada awal September bisa terlaksana.
"(Perkembangan dialog dagang AS-China) cukup baik. Oleh karena itu, tidak ada risiko resesi. Konsumen terus bekerja, upah naik, mereka terus melakukan konsumsi dan menabung," kata Kudlow dalam wawancara dengan Fox News Sunday, seperti diberitakan oleh Reuters.
Setelah perang dagang, kecemasan akan perang mata uang juga mulai mereda setelah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) tidak lagi mendevaluasi kurs yuan.
Terakhir, kecemasan akan terjadinya resesi di AS juga mereda, setelah yield obligasi (Treasury) AS tidak lagi mengalami inversi. Inversi merupakan keadaan di mana yield atau imbal hasil obligasi tenor pendek lebih tinggi daripada tenor panjang. Dalam situasi normal, yield obligasi tenor pendek seharusnya lebih rendah.
Presiden Trump juga optimistis tidak akan terjadi resesi di AS. "Saya pikir kita tidak mengalami resesi, (ekonomi) kita bekerja sangat baik. Masyarakat kita menjadi lebih kaya. Saya memberikan pemotongan pajak yang besar dan mereka mendapat banyak uangm" kata Trump kepada reporter, sebagaimana dikutip CNBC International.
Sementara itu dari dalam negeri, sentimen positif juga datang dari Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat lalu. Pada kesempatan itu, Presiden Jokowi memunculkan sikap optimis di pasar dengan memprediksi ekonomi Indonesia pada 2020 akan tumbuh lebih tinggi dari tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi kita trennya meningkat dari 4,88% di tahun 2015, menjadi 5,17% di tahun 2018, dan terakhir Semester I-2019 mencapai 5,06%. Angka pengangguran menurun dari 5,81% pada Februari 2015, menjadi 5,01% pada Februari 2019," kata Jokowi saat menyampaikan Pidato Kenegaraan.
Presiden mengungkapkan pada tahun 2020, pemerintah menyusun asumsi ekonomi makro yakni pertama, pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3% dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya.
Dengan berbagai sentimen positif tersebut, tidak heran rupiah mampu terus menguat melawan dolar AS.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular