
Viral DMO Dicabut, Harga Emiten Batu Bara Terbang!
tahir saleh, CNBC Indonesia
16 August 2019 11:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham emiten pertambangan batu bara dan mineral di Bursa Efek Indonesia (BEI) tiba-tiba melesat pada perdagangan sesi I, Jumat ini (16/8/2019) di tengah rumor yang beredar di pasar bahwa pemerintah berencana mencabut DMO (domestic market obligation) batu bara yang dipatok sebesar 25% hingga akhir 2019.
Data BEI mencatat pada pukul 11.02 WIB, beberapa saham emiten sektor ini melejit. Paling tinggi saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang melesat 10,04% di level Rp 1.480/saham.
Indika ditopang perusahaan tambang superti PT Kideco Jaya Agung dan PT Petrosea Tbk (PTRO). Sentimen ini membuat saham anak usaha INDY yakni PTRO juga menguat 5% di level Rp 1.470/saham.
Berikutnya saham PT SMR Utama Tak (SMRU) naik 7,27% di level Rp 59/saham. SMR Utama didukung perusahaan kontraktor tambang PT Ricobana Abadi (RBA). Lainnya yakni saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga naik 5,46% di level 2.510/saham.
Tak hanya itu, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang bergerak di bisnis nikel naik 4,65% di level Rp 3.600/saham, dan PT Timah Tbk (TINS) naik 3,85% di level Rp 1.080/saham. Kedua emiten ini fokus pada pertambangan mineral.
Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga menguat 2,93% di level Rp 1.055/saham, begitu pun saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) naik 4,43% di level Rp 1.410/saham. Adapun saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik tipis 1,49% di level Rp 13.600/saham.
Sebelumnya beredar kabar pemerintah berencana untuk mencabut DMO batu bara yang di patok sebesar 25% hingga akhir 2019. Hal ini atas desakan kalangan pelaku pengusaha batu bara.
Dalam info yang beredar di pasar ini, disebutkan pencabutan DMO ini juga bisa membantu pemerintah mengurangi CAD (defisit neraca transaksi berjalan) dan menambah ekspor.
"Para pengusaha batu bara juga mengeluhkan PLN tidak menyerap terlalu besar hasil batu bara DMO yang dikarenakan oversupply. sehingga lebih baik pemerintah mencabut pelaksanaan DMO ini di saat harga batu bara sedang turun guna membantu pengusaha batu bara," tulis informasi yang bereda tersebut.
Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa kabar tersebut hanya hoaks belaka.
"Tidak betul itu," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Bambang Gatot dalam pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (16/8/2019).
Bambang memang sempat menuturkan, pihaknya akan melihat perkembangan ke depan, seperti dinamika harga, dan kebutuhan nasional batu bara. Baru nanti akan diputuskan apakah setelah 2019 harga DMO batu bara ini akan dilanjutkan atau tidak.
"(Harga DMO) sampai akhir 2019 kan ini. Nanti kami putuskan setelah 2019 bagaimana setelah kami lihat perkembangannya. Dinamika harga batu bara, kebutuhan nasional batu bara," ujar Bambang beberapa waktu lalu.
Simak persoalan batu bara: oversupply.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/dob) Next Article Analis: Jangka Panjang, Tren Harga Batu Bara Cenderung Turun
Data BEI mencatat pada pukul 11.02 WIB, beberapa saham emiten sektor ini melejit. Paling tinggi saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang melesat 10,04% di level Rp 1.480/saham.
Indika ditopang perusahaan tambang superti PT Kideco Jaya Agung dan PT Petrosea Tbk (PTRO). Sentimen ini membuat saham anak usaha INDY yakni PTRO juga menguat 5% di level Rp 1.470/saham.
Berikutnya saham PT SMR Utama Tak (SMRU) naik 7,27% di level Rp 59/saham. SMR Utama didukung perusahaan kontraktor tambang PT Ricobana Abadi (RBA). Lainnya yakni saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga naik 5,46% di level 2.510/saham.
Tak hanya itu, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang bergerak di bisnis nikel naik 4,65% di level Rp 3.600/saham, dan PT Timah Tbk (TINS) naik 3,85% di level Rp 1.080/saham. Kedua emiten ini fokus pada pertambangan mineral.
Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga menguat 2,93% di level Rp 1.055/saham, begitu pun saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) naik 4,43% di level Rp 1.410/saham. Adapun saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik tipis 1,49% di level Rp 13.600/saham.
Sebelumnya beredar kabar pemerintah berencana untuk mencabut DMO batu bara yang di patok sebesar 25% hingga akhir 2019. Hal ini atas desakan kalangan pelaku pengusaha batu bara.
Dalam info yang beredar di pasar ini, disebutkan pencabutan DMO ini juga bisa membantu pemerintah mengurangi CAD (defisit neraca transaksi berjalan) dan menambah ekspor.
"Para pengusaha batu bara juga mengeluhkan PLN tidak menyerap terlalu besar hasil batu bara DMO yang dikarenakan oversupply. sehingga lebih baik pemerintah mencabut pelaksanaan DMO ini di saat harga batu bara sedang turun guna membantu pengusaha batu bara," tulis informasi yang bereda tersebut.
"Tidak betul itu," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Bambang Gatot dalam pesan singkatnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (16/8/2019).
Bambang memang sempat menuturkan, pihaknya akan melihat perkembangan ke depan, seperti dinamika harga, dan kebutuhan nasional batu bara. Baru nanti akan diputuskan apakah setelah 2019 harga DMO batu bara ini akan dilanjutkan atau tidak.
"(Harga DMO) sampai akhir 2019 kan ini. Nanti kami putuskan setelah 2019 bagaimana setelah kami lihat perkembangannya. Dinamika harga batu bara, kebutuhan nasional batu bara," ujar Bambang beberapa waktu lalu.
Simak persoalan batu bara: oversupply.
[Gambas:Video CNBC]
(tas/dob) Next Article Analis: Jangka Panjang, Tren Harga Batu Bara Cenderung Turun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular