Kinerja Semester I

Digempur Prahara Duniatex, Simak Kinerja 18 Emiten Tekstil!

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
06 August 2019 09:55
Setelah terkuak isu gagal bayar dari salah satu grup besar industri tekstil, yakni Grup Duniatex, industri tekstil terus menjadi sorotan.
Foto: REUTERS/Mark Blinch
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah terkuak isu gagal bayar dari salah satu grup besar industri tekstil, yakni Grup Duniatex, industri tekstil terus menjadi sorotan. Pelaku pasar khawatir perlambatan dunia global, terutama perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat (AS) dan China, akan makin berdampak.

Dalam laporan yang dirilis oleh Standard & Poors (S&P) tanggal 16 Juli 2019, tertulis bahwa perang dagang merupakan salah satu faktor penyebab kesulitan yang dialami oleh industri tekstil Indonesia, meskipun memang data kinerja industri tekstil kuartal II-2019 belum rilis.

Tapi benarkah kinerja keuangan emiten tesktil lainnya juga mengkhawatirkan?



Berdasarkan dengan laporan keuangan emiten tekstil semester pertama 2019, dari tabel di atas terlihat bahwa 50% perusahaan tekstil di Bursa Efek Indonesia (BEI) membukukan pertumbuhan negatif pada pos pendapatan, di mana dua di antaranya berbalik rugi (PT Argo Pantes Tbk/ARGO dan Asia Pacific Fibers Tbk/POLY).


PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) memimpin klasemen dari sisi omzet dengan total perolehan pemasukan mencapai Rp 8,93 triliun atau naik 16,16% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Tidak hanya itu, SRIL juga menjadi jawara dari sisi total laba bersih tertinggi sepanjang semester I-2019, di mana perusahaan mampu mengantongi keuntungan sebesar Rp 894,39 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 796,51 miliar.

Dengan demikian, tingkat margin bersih (Net Profit Margin/NPM) yang dibukukan perusahaan senilai 10,01% Cukup tinggi dibandingkan para kompetitornya yang mayoritas membukukan marjin bersih dua digit.

Lebih lanjut, emiten yang mencoba mengekor pencapaian SRIL adalah PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR).

Hingga akhir Juni 2019, INDR berhasil mencatatkan total pemasukan sebesar Rp 5,64 triliun. Sayangnya nilai tersebut turun 4,01% dibandingkan capaian semester I-2018 yang sebesar Rp 5,87 triliun.

INDR juga menduduki posisi runner up dari sisi laba bersih, di bawah SRIL, dimana total keuntungan yang dicatatkan perusahaan mencapai Rp 498,9 atau naik 49,97% secara tahunan.

Di lain pihak, emiten dengan capaian omzet paling bontot adalah PT Panasia Indo Resources Tbk (HDTX) dengan total pendapatan sebesar Rp 1,34 miliar, terjun bebas 99,33% jika dibandingkan perolehan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 200,63 miliar.

Sedangkan, emiten tesktil dengan kinerja laba terburuk adalah Argo Pantes dan Asia Pacific. Pasalnya kedua emiten tesktil tersebut, berbalik merugi dari sebelumnya mencatatkan keuntungan seperti terekam dalam tabel tersebut.

Pada semester I-2019, ARGO mencatatkan kerugian sebesar Rp 42,47 miliar dari sebelumnya menorehkan laba bersih sebanyak Rp 2,34 miliar. Lalu POLY membukukan rugi Rp 54,36 miliar dari sebelumnya mengantongi keuntungan Rp 157,14 miliar.

Lebih lanjut kesamaan lainnya antara ARGO dan POLY adalah kedua perusahaan mencatatkan nilai ekuitas negatif. Ini artinya total utang perusahaan sudah jauh lebih besar dari total aset, dimana secara tidak langsung menandakan masalah kesulitan keuangan.

Sementara itu, satu-satu perusahaan tekstil yang dari buntung jadi untung adalah PT Ever Shine Tex Tbk (ESTI) yang awalnya rugi Rp 7,96 miliar, menjadi untung Rp 7,01 miliar.


(dwa/tas) Next Article Ada Kasus Duniatex, Fitch: Begini Nasib Tekstil & Garmen RI

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular