Gudang Kebakaran, Begini Kinerja Bisnis Sritex di Semester I

Dwi Ayuningtyas & Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
28 September 2019 15:38
PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex baru saja mendapat musibah.
Foto: Direktur Utama Sritex Iwan Lukminto bersama Presiden Joko Widodo/Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu emiten tekstil nasional PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex baru saja mendapat musibah. Gudang kapas cadangan Sritex dilalap si Jago Merah pada Jumat (27/9) malam. Sejauh ini tidak ada korban jiwa dalam peristiwa nahas ini.

Sritex saat ini menjadi salah satu pemain besar dalam industri tekstil dan garmen Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 1966 oleh almarhum H.M. Lukminto sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo, dan kini terus tumbuh, memperlebar ekspansi bisnis hingga ke luar negeri.

Lantas bagaimana dengan kinerja sepanjang tahun ini?

Melansir rilis keuangan kuartal II-2019, Sritex berhasil membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 16,16% secara tahunan (
year-on-year/YoY).


Hingga akhir Juni 2019, total pendapatan perusahaan naik menjadi US$ 631,64 juta atau setara Rp 8,9 triliun, dari sebelumnya US 543,76 juta atau setara Rp 7,66 triliun (asumsi kurs Rp 14.085/US$).

Sritex kembali dapat memecahkan tingkat pertumbuhan di atas rata-rata. Untuk diketahui, sejak 2014-2017, penjualan perusahaan umumnya tumbuh di kisaran 9-12% YoY. Lalu, di tahun 2018, penjualan SRIL melesat 36,16% YoY.

Salah satu aspek yang mendongkrak tingkat pemasukan perusahaan kali ini adalah melesatnya penjualan untuk produk pakaian dan kain jadi yang masing-masing tercatat tumbuh 40,82% dan 39,12% secara tahunan.


Pada semester pertama tahun ini pakaian jadi hasil produksi SRIL terjual dengan nilai mencapai US$ 168,93 juta, sedangkan pemasukan dari kain jadi senilai US$ 168,84.

Di lain pihak, penjualan jenis usaha lainnya stagnan cenderung melemah. Pendapatan dari lini usaha benang menurun 2,94% YoY menjadi US$ 253,32 juta, dan dari kain mentah terkoreksi 2,18% YoY ke US$ 40,54 juta.

Laba bersih
Lebih lanjut, dikarenakan pemasukan dari pos pendapatan lainnya per 30 Juni 2019 turun signifikan, dari US$ 26,61 juta ke US$ 375.698, maka perolehan laba bersih SRIL hanya mampu tumbuh 12,29% secara tahunan.

Alhasil, pada 6 bulan pertama di 2019, perusahaan hanya berhasil mengantongi keuntungan US$ 63,25 juta atau setara Rp 890,85 miliar, naik 12,28% dibandingkan dengan raihan pada Januari-Juni 2018.


Akan tetapi, patut dicatat, perolehan tersebut sudah setara dengan 74,8% laba bersih tahun lalu yang sebesar US$ 84,56 juta.

Sementara itu, dari sisi neraca, pada paruh pertama tahun ini, total aset perusahaan tercatat mencapai US$ 1,42 miliar. Sedangkan total liabilitas dan ekuitas masing-masing sebesar US$ 847,15 juta dan US$ 575,52 juta.

Terkait dengan kebakaran gudang yang dialami Sritex,  Sekretaris Perusahaan Sritex, Welly Salam mengatakan saat ini pihaknya masih menghitung kerugian dari kebakaran tersebut. Namun Welly memperkirakan kerugian yang dialami tidak besar.

"Masih kita verifikasi ya [nilai kerugiannya]. Tapi dampaknya tidak signifikan," kata Welly, dikutip dari detikcom, Sabtu (28/9).

Selain kerugian, Welly mengaku perusahaan juga masih menyelidiki penyebab kebakaran. "Penyebabnya masih kita selidiki juga. Nanti kalau sudah biasanya kita melibatkan pihak-pihak terkait ya nanti ada statement dari kita lah," imbuhnya.

Simak strategi bisnis Sritex di Industri 4.0

[Gambas:Video CNBC]

 


(tas/tas) Next Article Gudang Sritex Terbakar, Manajemen SRIL Masih Hitung Kerugian

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular