Ada Kasus Duniatex, Fitch: Begini Nasib Tekstil & Garmen RI

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
09 September 2019 14:19
Seiring dengan estimasi pertumbuhan yang kuat, menurut Fitch dalam jangka panjang ada peningkatan permintaan
Foto: Seorang wanita bekerja di bengkel produsen tekstil di Binzhou, provinsi Shandong, China 11 Februari 2019. (China Daily via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global, Fitch Rating's (Fitch) memberi prospek yang stabil untuk industri tekstil Tanah Air. Seiring dengan estimasi pertumbuhan yang kuat, menurut Fitch dalam jangka panjang ada peningkatan permintaan karena kenaikan proporsi kelas ekonomi menengah Indonesia.

Prospek tersebut juga dapat dicapai dengan dukungan pemerintah lewat insentif pajak tambahan yang diberikan pada industri padat karya per Juni 2019. Selain itu juga peluang permintaan dari perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) yang sedang didiskusikan dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.

Selain itu, dalam laporan yang dirilis pada 9 September tersebut, prospek stabil yang diberikan Fitch pada PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dan PT Pan Brothers Tbk (PBRX) mencerminkan posisi kedua perusahaan yang solid di industri tekstil Tanah Air.

Sementara itu, berbeda dengan SRIL dan PBRX, PT Delta Dunia Merlin Textile (DMDT), bisa dibilang pengecualian disebabkan saat ini perusahaan sedang menghadapi masalah likuiditas yang parah.

Lebih lanjut, Fitch menganalisa bahwa friksi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China justru membawa dampak positif bagi industri tekstil dan produsen garmen Indonesia karena aktifitas bisnis yang berbasis ekspor.

Akan tetapi, jika perang dagang terkekskalasi, besar kemungkinan eksportir China akan mengalihkan lebih banyak produknya ke pasar di kawasan Benua Kuning yang akan berujung pada ketatnya persaingan di industri tersebut.

Perusahaan, seperti DMDT yang lebih banyak fokus pada pasar domestik, akan mengalami fluktuasi pendapatan yang lebih tinggi.



Fitch juga melakukan analis untuk membandingkan kinerja ketiga raksasa tekstil, di mana berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa SRIL selalu unggul dari segala aspek.

Capaian tersebut seiring dengan skala operasi perusahaan yang besar didukung oleh integrasi operasi vertikal. Selain itu, jenis produk dan diversifikasi wilayah memungkinkan perusahaan untuk mencatatkan marjin yang lebih besar dan aliran pemasukan yang lebih stabil.

Kemudian, terlihat bahwa posisi runner-up dipegang oleh PBRX, meskipun untuk pangsa pasar dan integrasi operasi masih kalah dengan DMDT.

Bisnis PBRX yang fokus pada manufaktur garmen mengakibatkan perusahaan hanya memiliki nilai tambah yang relatif rendah dibandingkan dengan SRIL. Ini terlihat dari laba bersih perusahaan yang hanya US$ 8,47 juta, sedangkan keuntungan SRIL mencapai US$ 63,51 juta.

Kinerja keuangan PBRX terbilang cukup kokoh dengan diversifikasi wilayah yang tinggi dan basis biaya yang relatif rendah.



Meskipun demikian, Fitch menekankan bahwa para pemain di industri tekstil Ibu Pertiwi memiliki rating headroom yang rendah. Hal ini berarti melemahnya aktifitas operasional atau pun ekspansi yang diiringi dengan pendanaan utang agresif dapat berujung pada pemangkasan peringkat utang.

Sebagai informasi, rating headroom mengukur seberapa banyak ruang yang dimiliki perusahaan sebelum akhirnya mencapai titik pedoman penurunan peringkat.

Digempur Produk Impor, Industri Tekstil Indonesi Butuh Perlindungan

[Gambas:Video CNBC]


TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Geger PKPU Sritex, Separah Apa Saham-saham Emiten Tekstil?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular