
Curhatan Pengusaha Tekstil: Harga Turun, Barang Susah Dijual!
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
09 September 2019 13:20

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bidang Perdagangan Benny Soetrisno menyampaikan kondisi tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia.
Sebagai pengusaha tekstil, Benny mengaku ada penurunan di bagian hulu, namun ada juga peningkatan di bagian garmen. Kondisi itu diketahuinya dari laporan para stafnya.
"Saya merasakan setiap hari, bagaimana staf saya sulitnya menjual benang atau harga benang turun atau kain grey susah dijual. Tapi staf garmen saya mengatakan pembeli bertambah," kata Benny dalam diskusi penyelamatan industri TPT nasional di kantor Kadin, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Naik turunnya permintaan, menurut Benny adalah konsekuensi berbisnis. Meski permintaan turun, industri TPT, kata Benny, tetap bisa mencatatkan surplus.
"Industri TPT adalah paling tua. Semakin tambah manusia, maka bertambah terus tentu pakaiannya," kata Benny.
Saat ini, industri TPT mengalami kondisi berbeda di beberapa sektor hulu dan hilir. Ketua Umum IKATSI Suharno Rusdi mengakui ada laju pertumbuhan Industri TPT sebesar 20,71% di Kuartal II-2019. Namun, ia mengatakan, angka 20,71% lebih dipengaruhi oleh kenaikan nilai ekspor garmen atau produk jadi alias produk hilir.
"Sedangkan kondisi yang terjadi di sektor produksi serat/benang (sektor hulu), benang dan kain justru memperlihatkan kondisi sebaliknya," katanya.
Atas keadaan tersebut, para pengusaha berkumpul membahas hal tersebut. Beberapa usulan yang disampaikan salah satunya adalah Pemulihan dan Penguasaan Pasar Domestik (Substitusi Impor) melalui penerapan trade remedies seperti anti dumping atau safeguard.
(hoi/hoi) Next Article Nyerah! 10 Pabrik Tekstil Tutup, Ditinggal Penerus Bisnis
Sebagai pengusaha tekstil, Benny mengaku ada penurunan di bagian hulu, namun ada juga peningkatan di bagian garmen. Kondisi itu diketahuinya dari laporan para stafnya.
"Saya merasakan setiap hari, bagaimana staf saya sulitnya menjual benang atau harga benang turun atau kain grey susah dijual. Tapi staf garmen saya mengatakan pembeli bertambah," kata Benny dalam diskusi penyelamatan industri TPT nasional di kantor Kadin, Jakarta, Senin (9/9/2019).
Naik turunnya permintaan, menurut Benny adalah konsekuensi berbisnis. Meski permintaan turun, industri TPT, kata Benny, tetap bisa mencatatkan surplus.
"Industri TPT adalah paling tua. Semakin tambah manusia, maka bertambah terus tentu pakaiannya," kata Benny.
Saat ini, industri TPT mengalami kondisi berbeda di beberapa sektor hulu dan hilir. Ketua Umum IKATSI Suharno Rusdi mengakui ada laju pertumbuhan Industri TPT sebesar 20,71% di Kuartal II-2019. Namun, ia mengatakan, angka 20,71% lebih dipengaruhi oleh kenaikan nilai ekspor garmen atau produk jadi alias produk hilir.
"Sedangkan kondisi yang terjadi di sektor produksi serat/benang (sektor hulu), benang dan kain justru memperlihatkan kondisi sebaliknya," katanya.
Atas keadaan tersebut, para pengusaha berkumpul membahas hal tersebut. Beberapa usulan yang disampaikan salah satunya adalah Pemulihan dan Penguasaan Pasar Domestik (Substitusi Impor) melalui penerapan trade remedies seperti anti dumping atau safeguard.
(hoi/hoi) Next Article Nyerah! 10 Pabrik Tekstil Tutup, Ditinggal Penerus Bisnis
Most Popular