Duh! Emiten Tekstil Terpukul & Harga Saham Anjlok

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
03 October 2019 13:16
Bahkan ada yang anjlok hingga lebih dari 50%.
Foto: Dok Duniatex
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks sektor aneka industri membukukan kinerja imbal hasil terburuk sepanjang 9 bulan pertama tahun ini dengan melemah 16,05%, di mana saham-saham industri tekstil dan garmen berkontribusi signifikan atas penurunan tersebut.

Dari 19 saham emiten tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2 Januari hingga 30 September 2019, terdapat 9 saham yang menorehkan imbal hasil negatif. Bahkan ada yang anjlok hingga lebih dari 50%.

Data pergerakan harga pasar menunjukkan saham PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY) amblas 54,42%, PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) anjlok 38,97%, PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) turun 36,54%, PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX) melemah 35,58%, dan PT Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT) melemah 25,58%.

Saham-saham industri tekstil dan garmen terpapar aksi jual oleh pelaku pasar didorong oleh tertekannya kinerja fundamental perusahaan karena dilanda arus impor di sektor produk hulu dan meningkatnya persaingan untuk pasar ekspor, di mana hal ini berujung pada pemberhentian karyawan massal dan penutupan pabrik.



Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 10 emiten tekstil yang bergerak di industri tekstil dan garmen dengan nilai aset terbesar 6 menorehkan kinerja laba yang mengecewakan sepanjang semester I-2019.

MYTX tercatat membukukan kerugian hingga Rp 134,37 miliar, di mana nilai ini turun 29,76% secara tahunan (YoY) dibandingkan dengan kerugian periode yang sama tahun lalu yakni Rp 191,3 miliar.

Kemudian, POLY dan ARGO yang awalnya mengantongi keuntungan di semester I-2018, pada paruh pertama tahun dengan dengan rugi bersih masing-masing Rp 54,36% YoY dan 42,47% YoY.

Lebih lanjut, meskipun bukan perusahaan publik salah satu pemain besar di industri tekstil, yakni PT Delta Merlin Dunia Textile (Duniatex) dilanda isu gagal bayar.

Pasalnya, perusahaan tidak mampu membayar kupon atas surat utang global senilai US$ 300 juta dengan tingkat bunga 8,625% yang telah jatuh tempo pada 12 September 2019, serta biaya pokok utang dan bunga atas pinjaman sindikasi senilai US$ 79 juta yang jatuh tempo pada 21 September 2019.

Alhasil, lembaga pemeringkat global, Fitch Ratings (Fitch) dalam rilis terbarunya memutuskan untuk menurunkan peringkat utang PT Delta Merlin Dunia Textile (Duniatex) menjadi 'RD (Restricted Default)' alias gagal bayar terbatas, dari sebelumnya diberi peringkat 'C'.

Lebih lanjut, mirisnya kondisi industri tekstil juga tercermin dari penutupan beberapa pabrik. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat 9 pabrik tekstil tutup akibat kalah bersaing dengan produk impor dalam kurun waktu 2018-2019.

Banjir Impor Serang Industri Tekstil Indonesia
[Gambas:Video CNBC]

Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Harian Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Anne Patricia Sutanto, mengatakan fenomena yang terjadi atas banyaknya perusahaan tekstil di Indonesia yang tutup, karena impor dari China. Produk China makin superior daripada produk lokal karena harganya yang sangat kompetitif.

Belum lagi untuk pasar tekstil ekspor, Indonesia semakin kalah dengan Vietnam. Sejak 2012 kinerja ekspor Indonesia sudah tersalip Vietnam. Kini, ekspor tekstil dan produk tekstil Vietnam sudah mencapai US$ 48 Miliar, sedangkan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir masih di sekitar US$ 13 miliar per tahun.

Dengan kondisi industri yang tertekan, wajar saja jika pelaku pasar kehilangan kepercayaan atas prospek bisnis perusahaan dan memilih untuk menarik dananya.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Digempur Prahara Duniatex, Simak Kinerja 18 Emiten Tekstil!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular