
Sepanjang Juli Dolar Singapura Anjlok 2,35%, Ada Apa?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 August 2019 15:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura menunjukkan kinerja buruk melawan rupiah di bulan Juli. Total dalam satu bulan Mata Uang Negeri Merlion anjlok 2,35% bahkan mencapai level terlemah sejak Februari 2018.
Meski jeblok di bulan Juli, dolar Singapura mengawali bulan Agustus dengan meyakinkan. Pada perdagangan Kamis (1/8/19), pukul 14:20 WIB dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.253,62 atau menguat 0,58% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dolar Singapura dihantam fundamental yang mengecewakan, salah satunya pertumbuhan ekonomi Singapura.
Pembacaan awal Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura kuartal II-2019 menunjukkan pertumbuhan hanya 0,1% year-on-year (YoY), jauh di bawah konsensus yang memprediksi ekspansi 1,1% secara tahunan, dilansir Trading Economics.
Sementara itu,laju pertumbuhan PDB secara kuartalan mengalami kontraksi 3,4%, padahal pada kuartal sebelumnya PDB Negeri Singa mampu tumbuh 3,8%, dilansir Trading Economics. Kontraksi tersebut sekaligus menjadi yang terbesar sejak kuartal-III 2012, perekonomian baru dikatakan mengalami resesi jika mengalami kontraksi dua kuartal beruntun.
Di sisi lain, berbagai sentimen positif menaungi rupiah di bulan Juli, mulai dari situasi politik yang mulai adem hingga Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%.
BI mengambil kebijakan tersebut karena memiliki ruang lebih besar untuk melonggarkan moneter, terutama karena inflasi yang terjaga, bukan karena mengalami pelambatan ekonomi yang signifikan.
Ruang tersebut dimanfaatkan oleh BI untuk memacu perekonomian lebih kencang.
Berikut tabel pergerakan dolar Singapura melawan rupiah sepanjang bulan Juli di pasar spot, melansir data Refinitiv.
(pap/hps) Next Article Tekanan Dolar Singapura Melunak, Rupiah Bertahan di Rp 10.445
Meski jeblok di bulan Juli, dolar Singapura mengawali bulan Agustus dengan meyakinkan. Pada perdagangan Kamis (1/8/19), pukul 14:20 WIB dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.253,62 atau menguat 0,58% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dolar Singapura dihantam fundamental yang mengecewakan, salah satunya pertumbuhan ekonomi Singapura.
Pembacaan awal Produk Domestik Bruto (PDB) Singapura kuartal II-2019 menunjukkan pertumbuhan hanya 0,1% year-on-year (YoY), jauh di bawah konsensus yang memprediksi ekspansi 1,1% secara tahunan, dilansir Trading Economics.
Sementara itu,laju pertumbuhan PDB secara kuartalan mengalami kontraksi 3,4%, padahal pada kuartal sebelumnya PDB Negeri Singa mampu tumbuh 3,8%, dilansir Trading Economics. Kontraksi tersebut sekaligus menjadi yang terbesar sejak kuartal-III 2012, perekonomian baru dikatakan mengalami resesi jika mengalami kontraksi dua kuartal beruntun.
Di sisi lain, berbagai sentimen positif menaungi rupiah di bulan Juli, mulai dari situasi politik yang mulai adem hingga Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan 7 days reverse repo rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%.
BI mengambil kebijakan tersebut karena memiliki ruang lebih besar untuk melonggarkan moneter, terutama karena inflasi yang terjaga, bukan karena mengalami pelambatan ekonomi yang signifikan.
Ruang tersebut dimanfaatkan oleh BI untuk memacu perekonomian lebih kencang.
Berikut tabel pergerakan dolar Singapura melawan rupiah sepanjang bulan Juli di pasar spot, melansir data Refinitiv.
(pap/hps) Next Article Tekanan Dolar Singapura Melunak, Rupiah Bertahan di Rp 10.445
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular