Analisis

The Fed Bikin Rupiah Jeblok, tapi Sampai Kapan?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
01 August 2019 12:30
Rupiah melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat hari ini setelah bank sentral AS membuat pelaku pasar
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) membuat pelaku pasar "kecewa".

Sesuai dengan prediksi banyak pihak, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2%-2,25%. Namun, Powell mengindikasikan belum tentu ada lagi pemangkasan suku bunga, membuat harapan pelaku pasar akan adanya pemangkasan agresif menjadi pupus.

Dalam konferensi pers dini hari tadi, Powell mengatakan pemangkasan suku bunga yang dilakukan merupakan "penyesuaian di pertengahan siklus", yang dijelaskan sebagai transisi kebijakan The Fed, dimulai saat terakhir kali menaikkan suku bunga akhir tahun lalu, kemudian menahannya selama enam bulan, dan pada akhirnya dipangkas 25 bps.



Powell juga menjabarkan jika masa transisi yang dimaksud bukan merupakan periode awal dari siklus pemangkasan suku bunga yang panjang seperti terjadi pada masa resesi. Ia dan para anggota pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) tidak melihat hal tersebut akan terjadi.

Usai pernyataan tersebut peta permainan berubah, pelaku pasar kini memprediksi The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga satu kali lagi di tahun ini, atau bahkan tidak melakukan pemangkasan lagi. Maka wajar jika dolar AS berjaya pada hari ini.

Selain itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Indeks Harga Konsumen (IHK) di Juli 2019. Pada periode tersebut terjadi inflasi 0,31% (bulanan). "Tingkat inflasi secara year on year menjadi 3,32%," kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Kamis (1/8/2019).

Inflasi ini di atas ekspektasi pasar. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi Juli secara bulanan (month-on-month/MoM) berada di 0,25%. Sementara inflasi tahunan atau year-on-year (YoY) diperkirakan sebesar 3,25%. Sedangkan inflasi inti secara tahunan berada di 3,175%.

Meski mengalami kenaikan, inflasi tersebut tetap terjaga dan masih dalam target Bank Indonesia (BI) sebesar 3,5% dengan deviasi ±1%. Rupiah pada pukul 11:45 WIB diperdagangkan di kisaran 14.092/US$, mengutip data investing.com.

Analisis Teknikal

The Fed Bikiin Rupiah Jeblok, Tapi Sampai Kapan? Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Sumber: investing.com


Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR bergerak di atas rerata pergerakan (moving average/MA) 5 hari (garis biru) dan MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) masih di wilayah negatif, dengan histogram yang masuk ke wilayah positif.

Melihat indikator tersebut, tekanan pelemahan dolar dalam jangka menengah sudah mulai berkurang.

The Fed Bikiin Rupiah Jeblok, Tapi Sampai Kapan? Grafik: Rupiah (USD/IDR) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, rupiah berada di kisaran MA 5 (rerata pergerakan 5 jam/garis biru) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam/garis merah). Indikator Stochastic bergerak turun dan masih berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Indikator stochastic bisa membuka ruang bagi rupiah untuk memangkas pelemahan pada hari ini. Selama tertahan di bawah resisten 14.100, Mata Uang Garuda berpeluang memangkas pelemahan ke level 14.075.

Jika mampu menembus level tersebut, rupiah memiliki peluang ke area 14.052. Namun, jika menembus konsisten ke atas 14.100, rupiah berpeluang melemah ke area 14.130/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Lautan Demo, Rupiah pun Merana

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular