Apa Dosa Rupiah Sampai Jadi yang Terlemah di Asia? Banyak!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 August 2019 14:54
Apa Dosa Rupiah Sampai Jadi yang Terlemah di Asia? Banyak!
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah di perdagangan pasar spot hari ini. Dolar AS sudah menembus level Rp 14.100. 

Pada Kamis (1/8/2019) pukul 14:22 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.110. Rupiah melemah 0,7% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Mata uang Asia lainnya juga melemah di hadapan dolar AS. Namun depresiasi 0,7% membawa rupiah menjadi mata uang terlemah di Asia. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 14:23 WIB: 




Mengapa rupiah jadi yang paling teraniaya? Apa dosa rupiah sampai diperlakukan begini rupa? Banyak.

Pertama, rupiah boleh dibilang kena karma. Sejak awal tahun hingga kemarin, rupiah sudah menguat tajam 2,25% di hadapan dolar AS. 




Ini membuat rupiah memang rentan terserang ambil untung (profit taking). Investor yang merasa sudah mendapat cuan banyak dari rupiah tentu tergoda untuk mencairkannya sewaktu-waktu. Tekanan jual akan selalu membayangi langkah mata uang Tanah Air. 

Kedua, prospek transaksi berjalan (current account) Indonesia masih agak suram. Pada kuartal II-2019, Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan lebih dalam dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Bank Indonesia


Transaksi berjalan menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa, devisa yang lebih bertahan lama (sustainable) dibandingkan portofolio di pasar keuangan alias hot money. Tidak heran transaksi berjalan menjadi fondasi penting yang menjaga stabilitas nilai tukar mata uang. 

Jika transaksi berjalan masih defisit, apalagi semakin dalam, maka fondasi itu menjadi rapuh. Nilai tukar mata uang menjadi fluktuatif, terombang-ambing bergantung kepada pasokan hot money. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Ketiga, data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 akan diumumkan awal pekan depan. BI memperkirakan ekonomi tumbuh melandai, tidak banyak berubah dibandingkan kuartal sebelumnya. 

Baca:
Alasan Kenapa BI Beri Ramalan Buruk Ekonomi Melandai di Q2

Konsensus sementara yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi April-Juni 2019 adalah 5,07% year-on-year (YoY). Sama persis dengan periode Januari-Maret 2019. 

Sangat disayangkan, karena pada kuartal II sebetulnya ada berbagai faktor yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Ramadan, Idul Fitri, hingga Pemilu berlangsung pada kuartal II-2019, yang semestinya sangat bisa mendongkrak konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 

Kini puncak konsumsi rumah tangga sudah berlalu, tidak ada yang seperti ini lagi hingga akhir tahun. Oleh karena itu, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 sepertinya tidak terlalu cerah. 

Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2019 tumbuh 5,1% sementara proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) berada di 5,2%. Hampir sama dengan pencapaian 2018 yaitu 5,17%. Jika hari ini sama dengan kemarin, maka kita adalah orang-orang yang merugi... 

Sederet faktor tersebut membuat rupiah jadi mata uang yang terlihat rapuh, mudah 'digoyang' ketika ada sentimen negatif dari luar. Misalnya hari ini, kala pasar keuangan dunia dihebohkan oleh hasil rapat Bank Sentral AS, The Federal Reserves/The Fed.  



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular