The Fed Berubah Sikap, Harga Minyak Langsung Amblas 1% Lebih

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
01 August 2019 10:27
Dampak dari kejutan sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, membuat harga minyak mentah dunia anjlok.
Foto: kotkoa / Freepik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia akhirnya anjlok setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, memberikan keputusan yang mengejutkan pasar, usai memangkas suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR).

Pada perdagangan hari Kamis (1/8/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Oktober amblas 1,49% ke level US$ 64,2/barel. Sementara harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) jatuh 1,37% menjadi US$ 57,78/barel.

Sehari sebelumnya (31/7/2019) harga Brent dan WTI berhasil menguat masing-masing sebesar 0,7% dan 0,91%. Brent adalah minyak untuk patokan Eropa dan Asia, sementara WTI untuk patokan Amerika.

Dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed mengumumkan penurunan suku bunga acuan FFR sebesar 25 basis poin ke kisaran 2-2,5%, yang sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.



Namun yang mengejutkan, pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell membuat investor kecewa berat. Pasalnya, Powell memberi sinyal bahwa bank sentral tidak akan memangkas suku bunga acuan terlalu agresif.

"Biar saya perjelas, ini bukan awal dari jalan panjang pemotongan suku bunga secara bertahap," ujar Powell.

Sebelumnya, pelaku pasar sudah banyak berharap bahwa The Fed bisa sangat agresif memangkas suku bunga acuan.

Mengutip CME Fedwatch pada hari Selasa (30/7/2019), probabilitas suku bunga acuan The Fed diturunkan ke kisaran 1,5-1,75% di akhir tahun 2019 mencapai 35%.

Itu artinya pelaku pasar sempat yakin bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebanyak 3 kali hingga akhir tahun.

Akan tetapi kini probabilitas kasus tersebut hanya tinggal 6,9% saja. Kemungkinan paling besar, yaitu 43,2% adalah The Fed menahan suku bunga di kisaran 2-2,25% hingga akhir tahun 2019.

Dari yang berharap penurunan suku bunga tiga kali, ternyata yang bisa kejadian hanya sekali. Tak heran bila pelaku pasar kecewa.

Nah, hal itu berdampak pada ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang juga melemah.

Sebagaimana yang telah diketahui, penurunan suku bunga bisa mendorong badan usaha untuk melakukan ekspansi. Kredit semakin mudah, yang artinya lebih banyak ruang untuk mengembangkan usaha. Ujungnya, pertumbuhan ekonomi bisa digenjot.


Apalagi suku bunga acuan The Fed seringkali ikut mempengaruhi kebijakan moneter bank sentral di berbagai belahan dunia.

Karena ternyata kemungkinan penurunan suku bunga tidak sebesar yang diharapkan, maka kemungkinan pertumbuhan ekonomi global juga tidak akan banyak berubah.

Di pasar minyak mentah dunia, pertumbuhan ekonomi global memiliki peranan penting. Pertumbuhan permintaan energi (yang salah satunya adalah minyak) seringkali bergerak searah dengan pertumbuhan ekonomi.

Kala ekonomi tak kunjung membaik, permintaan minyak mentah pun juga sulit untuk tumbuh.

Pelemahan harga minyak hari ini juga terjadi saat ada penurunan stok yang cukup dalam.

Lembaga pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) melaporkan stok minyak mentah untuk minggu yang berakhir pada 26 Juli 2019 turun sebesar 8,5 juta barel.

Angka penurunan tersebut lebih dalam ketimbang prediksi konsensus analis yang dihimpun Reuters sebesar 2,6 juta barel.

Sementara produksi minyak Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada bulan Juli menyentuh level 29,42 juta barel/hari atau terendah dalam 8 tahun.

Adanya penurunan stok AS dan produksi minyak OPEC setidaknya dapat memberi dorongan ke atas bagi harga minyak sehingga tidak jatuh terlalu dalam.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/tas) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular