
Harga CPO Bisa Tembus Rp 7,48 Juta/ton, Serius nih?
Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
01 August 2019 10:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) menguat. Pada perdagangan Rabu kemarin (31/7/2019) pukul 11.00 WIB, harga CPO acuan untuk kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) menguat 0,19% ke level MYR 2.065/ton atau setara dengan US$ 501/ton (asumsi kurs MYR 4,12/US$).
Penguatan harga komoditas perkebunan ini terjadi setelah dua analis terkemuka memberikan prediksi kenaikan harga.
Analis industri sawit Dorab Mistry memproyeksi harga CPO akan naik dan menyentuh level MYR 2.200/ton (US$ 534/ton) atau Rp 7,48 juta/ton pada September 2019.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh siklus produksi sawit yang akan melambat pada periode tersebut.
"Saya yakin tren penguatan harga CPO masih memiliki ruang...bisa naik hingga MYR 2.200/ton pada September. Itu akan membuat harga olein naik ke kisaran US$ 550-560/ton," ujar Mistry yang juga direktur perusahaan consumer goods di India, Godrej International, dalam sebuah konferensi, dikutip dari Reuters.
Namun, ia memberi peringatan bagi pasar sebab akan terjadi kenaikan produksi setelah September yang berpotensi membuat pasokan sawit bertambah.
Total produksi minyak sawit Malaysia tahun 2019 diperkirakan akan mencapai 20,3 juta ton, sementara Indonesia mencapai 45 juta ton.
Angka proyeksi tersebut lebih tinggi ketimbang prospektus yang sama pada bulan April 2019. Produksi minyak sawit Malaysia dan Indonesia tahun 2019 diperkirakan masing-masing sebesar 30 dan 44 juta ton.
"Sejak sekitar Juli-Agustus 2018, siklus produksi sawit di Malaysia sedang tinggi. Siklus ini berlangsung hingga Maret 2019. Setelah itu pohon [sawit] akan membutuhkan periode istirahat sekitar enam bulan. Di Malaysia, kita akan melihat pemulihan produksi setelah bulan September," ujar Mistry.
Selain itu, Mistry memperkirakan impor minyak nabati India sepanjang tahun fiskal 2018/2019 akan meningkat, dari sebelumnya 15 juta ton akan menjadi 15,3 juta ton. Namun proyeksi ini sedikit turun dari yang sebelumnya yang sebesar 15,5 juta ton.
Proyeksi serupa disampaikan analis terkemuka lain, Thomas Mielke, Editor surat kabar Oil World, yang memperkirakan harga minyak sawit akan pulih pada semester II-2019.
"Kombinasi pertumbuhan konsumsi untuk biosolar dan makanan, dan perlambatan produksi akan menjaga harga lebih tinggi sepanjang sisa tahun 2019 dan pada tahun 2020," ujar Mielke, dikutip dari Reuters.
Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, konsumsi minyak sawit untuk biosolar di Indonesia akan naik lebih dari 3 juta ton pada tahun 2019. Hal ini membuat total konsumsi melonjak ke level 14,8 juta ton. Kondisi tersebut terkait juga dengan komitmen pemerintah untuk mempercepat peningkatan konsumsi minyak sawit melalui program B30.
Produksi kedelai India yang diperkirakan turun 6,6% ke level 9,8 juta ton pada tahun fiskal 2019/2020 juga menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga minyak.
Di saat produksi kedelai yang merupakan substitusi minyak sawit India turun, maka kemungkinan peningkatan impor akan membantu harga CPO. Apalagi India merupakan negara importir minyak sawit terbesar di dunia.
Seberapa penting stabilitas harga CPO?
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Fundamental Masih Lemah, Harga CPO Rebound Teknikal
Penguatan harga komoditas perkebunan ini terjadi setelah dua analis terkemuka memberikan prediksi kenaikan harga.
Analis industri sawit Dorab Mistry memproyeksi harga CPO akan naik dan menyentuh level MYR 2.200/ton (US$ 534/ton) atau Rp 7,48 juta/ton pada September 2019.
Kenaikan tersebut disebabkan oleh siklus produksi sawit yang akan melambat pada periode tersebut.
"Saya yakin tren penguatan harga CPO masih memiliki ruang...bisa naik hingga MYR 2.200/ton pada September. Itu akan membuat harga olein naik ke kisaran US$ 550-560/ton," ujar Mistry yang juga direktur perusahaan consumer goods di India, Godrej International, dalam sebuah konferensi, dikutip dari Reuters.
Namun, ia memberi peringatan bagi pasar sebab akan terjadi kenaikan produksi setelah September yang berpotensi membuat pasokan sawit bertambah.
Total produksi minyak sawit Malaysia tahun 2019 diperkirakan akan mencapai 20,3 juta ton, sementara Indonesia mencapai 45 juta ton.
Angka proyeksi tersebut lebih tinggi ketimbang prospektus yang sama pada bulan April 2019. Produksi minyak sawit Malaysia dan Indonesia tahun 2019 diperkirakan masing-masing sebesar 30 dan 44 juta ton.
"Sejak sekitar Juli-Agustus 2018, siklus produksi sawit di Malaysia sedang tinggi. Siklus ini berlangsung hingga Maret 2019. Setelah itu pohon [sawit] akan membutuhkan periode istirahat sekitar enam bulan. Di Malaysia, kita akan melihat pemulihan produksi setelah bulan September," ujar Mistry.
Selain itu, Mistry memperkirakan impor minyak nabati India sepanjang tahun fiskal 2018/2019 akan meningkat, dari sebelumnya 15 juta ton akan menjadi 15,3 juta ton. Namun proyeksi ini sedikit turun dari yang sebelumnya yang sebesar 15,5 juta ton.
Proyeksi serupa disampaikan analis terkemuka lain, Thomas Mielke, Editor surat kabar Oil World, yang memperkirakan harga minyak sawit akan pulih pada semester II-2019.
"Kombinasi pertumbuhan konsumsi untuk biosolar dan makanan, dan perlambatan produksi akan menjaga harga lebih tinggi sepanjang sisa tahun 2019 dan pada tahun 2020," ujar Mielke, dikutip dari Reuters.
Tim Riset CNBC Indonesia mencatat, konsumsi minyak sawit untuk biosolar di Indonesia akan naik lebih dari 3 juta ton pada tahun 2019. Hal ini membuat total konsumsi melonjak ke level 14,8 juta ton. Kondisi tersebut terkait juga dengan komitmen pemerintah untuk mempercepat peningkatan konsumsi minyak sawit melalui program B30.
Produksi kedelai India yang diperkirakan turun 6,6% ke level 9,8 juta ton pada tahun fiskal 2019/2020 juga menjadi faktor yang mendorong kenaikan harga minyak.
Seberapa penting stabilitas harga CPO?
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article Fundamental Masih Lemah, Harga CPO Rebound Teknikal
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular