Waspada Kawan! Harga CPO Masuk Tren Bearish, Bisa Makin Drop

Tirta, CNBC Indonesia
21 June 2021 13:10
Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat. Kamis (13/9). Kebun Kelapa Sawit di Kawasan ini memiliki luas 1013 hektare dari Puluhan Blok perkebunan. Setiap harinya dari pagi hingga siang para pekerja panen tandan dari satu blok perkebunan. Siang hari Puluhan ton kelapa sawit ini diangkut dipabrik dikawasan Cimulang. Menurut data Kementeria Pertanian, secara nasional terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Minyak kelapa sawit (CPO) masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor 2017 sebesar 33,52 juta ton.
Foto: Panen tandan buah segar kelapa sawit di kebun Cimulang, Candali, Bogor, Jawa Barat (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Malaysia makin anjlok tak karuan. Harga kontrak yang aktif ditransaksikan di Bursa Malaysia Derivatif Exchange semakin lama semakin mendekati RM 3.000/ton. 

Mengawali perdagangan perdana pekan ini, harga kontrak CPO pengiriman September 2021 ambles 1,75% ke RM 3.364/ton. Ini merupakan harga terendah sejak minggu kedua bulan Februari 2021. 

Selain itu, jika melihat lebih ke belakangan, dalam lima pekan terakhir, harga CPO sudah ambrol lebih dari 24%. Dengan kemerosotan tersebut minyak nabati ini kini nyaris masuk ke bear market (tren menurun), apalagi dengan sentimen bearish yang masih kuat.

Suatu aset dikatakan masuk ke dalam bear market jika mengalami penurunan setidaknya 20% dari puncak tertinggi. Selain itu, tren penurunan tersebut setidaknya berlangsung selama 2 bulan.

Jika dilihat dari puncak harga CPO RM 4.515/ton yang dicapai pada 12 Mei lalu, CPO sudah ambrol 24,33%. Bahkan jika dilihat dari level terendah yang disentuh pekan ini RM 3.251/ton, CPO jeblok lebih dari 28%.

Data Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) menunjukkan persediaan minyak sawit Negeri Jiran di akhir Mei naik 1,5% dari bulan sebelumnya menjadi 1,57 juta ton.

Kenaikan tersebut diakibatkan oleh peningkatan produksi dan melemahnya ekspor. Produksi CPO naik 2,84% dibanding bulan sebelumnya menjadi 1,57 juta ton sementara ekspor melemah 6% secara bulanan menjadi 1,27 juta ton.

CGS-CIMB dalam risetnya mengatakan sentimen bearish masih akan terus membayangi harga CPO hingga ada kejelasan terkait tingkat produksinya.

"Para pelaku industri dan analis meninjau kembali perkiraan produksi mereka di Malaysia (produsen CPO terbesar kedua di dunia setelah Indonesia), sebab lonjakan kasus Covid-19 membuat tenaga kerja mengalami penurunan," tulis riset tersebut sebagaimana dikutip The Edge Markets, Kamis (17/6/20210).

Sementara itu, permintaan CPO masih lemah yang terlihat dari ekspor Malaysia untuk periode 1-15 Juni 2021 diestimasi turun 7,9% dibanding bulan sebelumnya 657.474 ton oleh Societe Generale de Surveilance, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Sementara itu Jim Teh, trader minyak sawit senior di Interband Group of Companies mengatakan penurunan harga CPO masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan sebab tingginya persediaan di Malaysia dan Indonesia sebaliknya permintaan masih lemah.

"Tidak ada peristiwa besar (yang dapat memicu peningkatan permintaan) dalam beberapa bulan ke depan. Kami memperkirakan tren masih bearish, begitu juga dengan lemahnya permintaan yang membuat harga CPO akan terus menurun," kata Teh kepada Bernama, sebagaimana dilansir The Star, Sabtu (19/6/2021).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Angin Surga' Berembus dari Swiss, Harga CPO pun Terbang!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular