
Intip Greater Sunrise, Juru Selamat Timor Leste di Laut Lepas
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
31 July 2019 21:15
Jakarta, CNBC Indonesia - Ratifikasi traktat perbatasan maritim antara Timor Leste dan Australia bukan sekedar soal mengatur wilayah kedaulatan negara. Bagi Timor Leste, ini masalah perpanjangan nafas negara baru tersebut.
Di laut lepas itu, ada blok Greater Sunrise yang semakin diperjelas statusnya. Sebab, meski berada lebih dekat dengan Timor Leste yakni berjarak 150 kilometer ke tenggara. Selama ini, sejak ditemukan pada 1974, dinikmati oleh Australia yang berada 450 kilometer dari lapangan gas tersebut.
Blok ini jadi kunci karena potensi cadangan gas raksasa sebanyak 5,1 tcf dengan nilai mencapai US$ 50 miliar. Pemerintahan Timor-Leste mengatakan bahwa ladang minyak tersebut dapat menghasilkan sekitar US$ 60 juta dalam 12 bulan terakhir.
Mendapatkan Greater Sunrise berarti mendapatkan penyelamat bagi Timor Leste yang ekonominya sangat bergantung pada minyak. Sebab, selama ini Timor Leste hanya bisa mengandalkan hasil migas lapangan Bayu Undan, namun blok ini akan berakhir kontrak pada 2022 mendatang.
Dikutip dari Reuters, pengelolaan cadangan Greater Sunrise bernilai 23 kali lipat GDP Timor Leste yang sebesar US$ 2,8 miliar. Blok migas ini terletak di 100-600 meter kedalaman laut, menjadikan pengembangannya berskema laut dangkal dan medium.
Menurut Woodside selaku kontraktor blok tersebut, cadangan gas blok ini setara dengan sepertiga konsumsi LNG global. Selain hasilkan gas, blok ini juga berpotensi bisa hasilkan produksi minyak mentah ultra light yang signifikan.
Namun, upaya Timor Leste memperoleh Greater Sunrise tidak lah mudah. Selain harus merebutnya dari Australia, pemerintah juga perlu menghabiskan banyak dana untuk mengakuisisi saham blok ini dari beberapa perusahaan besar.
Pada November 2018 lalu Timor Leste telah menawarkan untuk membeli saham milik ConocoPhillips di Greater Sunrise senilai US$ 484 juta. Hal ini dilakukan agar pemerintah bisa membangun pipa sepanjang 150 kilometer, yang membentang jauh dari dusun kecil pantai selatan Beaço ke ladang migas Greater Sunrise.
Dalam postingan di situs resmi ConocoPhillips pada April 2019, dijelaskan pemerintah Timor Leste membeli 30% saham milik ConocoPhillips di Greater Sunrise senilai US$ 350 juta.
"Kami senang menyelesaikan transaksi ini dengan pemerintah Timor-Leste," kata Matt Fox, Vice President Eksekutif dan Chief Operating Officer. "ConocoPhillips mengakui pentingnya Greater Sunrise Fields bagi bangsa Timor-Leste, dan penjualan ini memberi mereka minat kerja yang signifikan dalam pengembangan penting ini."
Satu bulan kemudian, Shell mengumumkan bahwa mereka menjual 26,56% sahamnya seharga US$ 300 juta ke pemerintah Timor Leste, mengikuti langkah ConocoPhillips.
Sebelumnya, hak eksplorasi dan eksploitasi untuk Greater Sunrise dipegang oleh empat perusahaan energi yaitu Woodside (Operator) dengan 33,4% saham, ConocoPhillips (30%), Shell (26,6%) dan Osaka Gas (10%).
(gus/gus) Next Article Benarkah Shell Hengkang dari Investasi Migas Terbesar RI?
Di laut lepas itu, ada blok Greater Sunrise yang semakin diperjelas statusnya. Sebab, meski berada lebih dekat dengan Timor Leste yakni berjarak 150 kilometer ke tenggara. Selama ini, sejak ditemukan pada 1974, dinikmati oleh Australia yang berada 450 kilometer dari lapangan gas tersebut.
Mendapatkan Greater Sunrise berarti mendapatkan penyelamat bagi Timor Leste yang ekonominya sangat bergantung pada minyak. Sebab, selama ini Timor Leste hanya bisa mengandalkan hasil migas lapangan Bayu Undan, namun blok ini akan berakhir kontrak pada 2022 mendatang.
Dikutip dari Reuters, pengelolaan cadangan Greater Sunrise bernilai 23 kali lipat GDP Timor Leste yang sebesar US$ 2,8 miliar. Blok migas ini terletak di 100-600 meter kedalaman laut, menjadikan pengembangannya berskema laut dangkal dan medium.
Menurut Woodside selaku kontraktor blok tersebut, cadangan gas blok ini setara dengan sepertiga konsumsi LNG global. Selain hasilkan gas, blok ini juga berpotensi bisa hasilkan produksi minyak mentah ultra light yang signifikan.
Namun, upaya Timor Leste memperoleh Greater Sunrise tidak lah mudah. Selain harus merebutnya dari Australia, pemerintah juga perlu menghabiskan banyak dana untuk mengakuisisi saham blok ini dari beberapa perusahaan besar.
Pada November 2018 lalu Timor Leste telah menawarkan untuk membeli saham milik ConocoPhillips di Greater Sunrise senilai US$ 484 juta. Hal ini dilakukan agar pemerintah bisa membangun pipa sepanjang 150 kilometer, yang membentang jauh dari dusun kecil pantai selatan Beaço ke ladang migas Greater Sunrise.
Dalam postingan di situs resmi ConocoPhillips pada April 2019, dijelaskan pemerintah Timor Leste membeli 30% saham milik ConocoPhillips di Greater Sunrise senilai US$ 350 juta.
"Kami senang menyelesaikan transaksi ini dengan pemerintah Timor-Leste," kata Matt Fox, Vice President Eksekutif dan Chief Operating Officer. "ConocoPhillips mengakui pentingnya Greater Sunrise Fields bagi bangsa Timor-Leste, dan penjualan ini memberi mereka minat kerja yang signifikan dalam pengembangan penting ini."
Satu bulan kemudian, Shell mengumumkan bahwa mereka menjual 26,56% sahamnya seharga US$ 300 juta ke pemerintah Timor Leste, mengikuti langkah ConocoPhillips.
Sebelumnya, hak eksplorasi dan eksploitasi untuk Greater Sunrise dipegang oleh empat perusahaan energi yaitu Woodside (Operator) dengan 33,4% saham, ConocoPhillips (30%), Shell (26,6%) dan Osaka Gas (10%).
(gus/gus) Next Article Benarkah Shell Hengkang dari Investasi Migas Terbesar RI?
Most Popular