OPEC+ Kopdar Tanpa Hasil, Bagaimana Nasib Harga Minyak?

Tommy Sorongan, CNBC Indonesia
03 July 2021 11:20
Minyak Bumi
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Para menteri negara-negara pengekspor minyak OPEC dan OPEC+ telah mengadakan pertemuan pada Jumat (3/7/2021). Dalam pertemuan itu diketahui tidak ada titik temu yang bisa disepakati soal apakah produksi minyak harus ditingkatkan atau dipotong sementara.

Mengutip CNBC International, hal ini diketahui terjadi setelah adanya silang pendapat ketika Uni Emirat Arab (UEA) menginginkan peningkatan produksi hingga tahun depan sementara anggota OPEC+ lainnya tidak begitu setuju dengan hal ini.

Menurut analis, Abu Dhabi menilai kebutuhan minyak dunia akan meningkat dan pihaknya telah berinvestasi cukup banyak untuk mengakomodir peningkatan itu.

"Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi telah berinvestasi dalam kapasitas baru, telah mengambil peran yang lebih aktif dalam perdagangan," kata Neil Atkinson, seorang analis minyak independen, kepada CNBC International.

"Mereka melihat ke masa depan, mereka melihat permintaan minyak terus tumbuh dalam jangka menengah, mereka telah memasang lebih banyak kapasitas dan mereka menginginkan pangsa pasar yang lebih besar saat kita melewati tahun 2020-an," tambahnya.

Sementara itu sebuah sumber menyebut bahwa beberapa anggota OPEC+ sebenarnya sudah setuju dengan peningkatan ini. Namun mereka hanya menginginkan peningkatan sampai Desember 2021 saja dan tidak sampai ke tahun depan.

"Aliansi OPEC pada prinsipnya telah sepakat untuk meningkatkan pasokan sebesar 400.000 barel per hari dari Agustus hingga Desember 2021 untuk memenuhi permintaan yang meningkat," ujar salah seorang sumber kepada Reuters.

Di sisi yang paling ekstrim, pentolan OPEC Arab Saudi dan pemimpin non-OPEC Rusia disebutkan justru mengusulkan perpanjangan durasi pemotongan dari awal tahun 2022 hingga akhir tahun depan.

Lebih lanjut, disebutkan bahwa para menteri OPEC+ akan mencoba berunding kembali pada Senin (5/7/2021) mendatang.

Chris Midgley, kepala analitik global di S&P Global Platts, mengatakan pertemuan OPEC dan OPEC+ ini akan berpengaruh kuat terhadap harga minyak karena hasilnya akan langsung terasa pada pasokan bulan depan

"Platts Analytics percaya harga dapat secara singkat memasuki level tertinggi di atas US$ 70-an sebelum pembelian Eropa mulai berkurang pada akhir Juli dan potensi pengembalian barel Iran memungkinkan Brent untuk menelusuri kembali ke level terendah," kata Midgley kepada CNBC melalui email.

"OPEC mungkin menahan harga di atas US$ 70 per barel tetapi pada akhirnya kurva ke depan menunjukkan harga sedikit di bawah," tambahnya.

Harga minyak sendiri telah mengalami reli yang cukup signifikan dari bulan Januari lalu. Secara rinci, per hari Jumat (2/7/2021), harga minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan pada US$ 75,76 per barel. Harga ini lebih tinggi 45% dibanding Januari lalu yang berada di harga US$ 51,80 per barel.

Selain Brent, West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) diperdagangkan di level US$ 74,28 pada pembukaan transaksi awal di London. Angka ini 51,4% lebih tinggi dibanding enam bulan lalu.


(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Ramalan Baik Soal Minyak, Kok Harganya Malah Turun?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular