Ada Ramalan Baik Soal Minyak, Kok Harganya Malah Turun?

Tirta, CNBC Indonesia
04 June 2021 10:39
tambang minyak lepas pantail
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah mengalami koreksi pada perdagangan waktu Asia hari ini, Jumat (4/6/2021). Pelaku pasar masih cukup bullish memandang prospek minyak mentah ke depan meskipun risiko turun (downside risks) masih terus membayangi. 

Harga kontrak Brent turun 0,42% menjadi US$ 71,01/barel. Untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI), penurunannya lebih kecil hanya 0,28% dan harganya dibanderol di US$ 68,62/barel. 

Survei yang dilakukan Reuters terhadap 45 pelaku pasar menunjukkan ramalan harga minyak di tahun ini terus direvisi naik. Survei bulanan yang dimulai pada bulan kesepuluh tahun lalu menunjukkan bahwa rata-rata harga Brent masih diperkirakan di US$ 50/barel.

Di bulan Mei pelaku pasar semakin bullish terhadap prospek permintaan minyak sehingga merevisi naik perkiraan rata-rata harga Brent tahun ini menjadi US$ 64,79/barel, meningkat dari bulan sebelumnya di US$ 64,17/barel.

Jika dibandingkan dengan bulan Oktober tahun lalu maka ada revisi naik sebesar US$ 15/barel atau setara dengan sebesar 30%. Revisi naik ramalan tersebut senada dengan harga kontrak futures Brent sudah naik 38,5% sepanjang 2021.

Ramalan Harga Minyak

Organisasi negara eksportir minyak (OPEC) memperkirakan permintaan minyak untuk tahun 2021 bakal meningkat sebanyak 6 juta barel per hari (bph) atau sekitar 6% dari permintaan global sebelum pandemi Covid-19 melanda.

Vaksinasi yang terus digeber di berbagai belahan dunia terutama di negara-negara barat membuat optimisme pemulihan ekonomi dan konsumsi minyak dunia membaik. Baik IEA maupun OPEC memprediksi permintaan minyak bakal konsisten mengalami kenaikan dari kuartal kedua sampai kuartal keempat.

Pada kuartal terakhir tahun ini permintaan minyak diproyeksikan sudah sangat mendekati konsumsi sebelum pandemi di 100 juta bph. Perkiraan OPEC lebih tinggi 100 bph ketimbang IEA.

Demand Minyak

Namun bagaimanapun juga prospek pemulihan masih cenderung tak seragam. Negara-negara barat yang maju seperti Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan perbaikan pada ekonominya. Namun episentrum wabah yang bergeser ke Asia membuat prospeknya menjadi lebih suram. Ini yang juga menjadi tantangan bagi pemulihan permintaan minyak global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonom: OPEC Jaga Harga Minyak di Kisaran USD 70 Per Barel

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular