
Pasar Obligasi Dunia Meriah, Harga SUN Masih Turun
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
31 July 2019 12:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada awal perdagangan Rabu ini (31/7/2019) meskipun investor asing masih menunjukkan minat yang besar masuk ke pasar surat utang rupiah pemerintah setelah akhir pekan lalu mencetak rekor.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, di mana pasar obligasi lokal mereka sudah mengapresiasi adanya penurunan suku bunga acuan AS.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi 7,36%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Sumber: Refinitiv
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 531 bps, melebar dari posisi kemarin 525 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,05% dari posisi kemarin 2,06%. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.013,38 triliun SBN, atau 39,27% dari total beredar Rp 2.580 triliun berdasarkan data per 26 Juli.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 120,13 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Nilai SUN milik asing tersebut menjadi yang tertinggi karena sudah melampaui rekor yang terjadi sebelumnya yaitu Rp 1.012,99 triliun yang tercipta pada 24 Juli.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,22% sedangkan rupiah di pasar valas masih naik tipis 0,04%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, China, India, Malaysia, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan dialami pasar bund Jerman, JGB Jepang, dan US Treasury di AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain, di mana pasar obligasi lokal mereka sudah mengapresiasi adanya penurunan suku bunga acuan AS.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi 7,36%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 31 Jul'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 30 Jul'19 (%) | Yield 31 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 30 Jul'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.764 | 6.782 | 1.80 | 6.7238 |
FR0078 | 10 tahun | 7.313 | 7.369 | 5.60 | 7.2911 |
FR0068 | 15 tahun | 7.619 | 7.623 | 0.40 | 7.5981 |
FR0079 | 20 tahun | 7.803 | 7.843 | 4.00 | 7.8092 |
Avg movement | 2.95 |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 531 bps, melebar dari posisi kemarin 525 bps.
Angka kepemilikannya masih positif Rp 120,13 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Nilai SUN milik asing tersebut menjadi yang tertinggi karena sudah melampaui rekor yang terjadi sebelumnya yaitu Rp 1.012,99 triliun yang tercipta pada 24 Juli.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,22% sedangkan rupiah di pasar valas masih naik tipis 0,04%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, China, India, Malaysia, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan dialami pasar bund Jerman, JGB Jepang, dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 30 Jul'19 (%) | Yield 31 Jul'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.215 | 7.21 | -0.50 |
China | 3.196 | 3.184 | -1.20 |
Jerman | -0.397 | -0.4 | -0.30 |
Perancis | -0.14 | -0.139 | 0.10 |
Inggris | 0.634 | 0.635 | 0.10 |
India | 6.412 | 6.387 | -2.50 |
Jepang | -0.151 | -0.158 | -0.70 |
Malaysia | 3.595 | 3.591 | -0.40 |
Filipina | 4.741 | 4.754 | 1.30 |
Rusia | 7.34 | 7.35 | 1.00 |
Singapura | 1.931 | 1.931 | 0.00 |
Thailand | 1.88 | 1.87 | -1.00 |
Amerika Serikat | 2.061 | 2.054 | -0.70 |
Afrika Selatan | 8.315 | 8.31 | -0.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular