Jelang Lelang Rutin SUN, Pasar Obligasi Loyo

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
30 July 2019 12:22
Harga obligasi rupiah pemerintah pada perdagangan Selasa ini (30/7/2019) dibuka terkoreksi.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah pada perdagangan Selasa ini (30/7/2019) dibuka terkoreksi menjelang pengumuman data investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada siang ini.

Namun turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa. 

Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 


Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 4,9 basis poin (bps) menjadi 7,3%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   

 
Yield Obligasi Negara Acuan 30 Jul'19
SeriJatuh tempoYield 29 Jul'19 (%)Yield 30 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 29 Jul'19 (%)
FR00775 tahun6.6946.7384.406.6586
FR007810 tahun7.2577.3064.907.2406
FR006815 tahun7.5827.6193.707.5759
FR007920 tahun7.7777.7931.607.7748
Avg movement3.65
Sumber: Refinitiv  

Siang ini, pemerintah berniat menggelar lelang SUN konvensional dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp 30 triliun, sehingga biasanya pelaku pasar membentuk harga (cornering) agar memiliki daya tawar yang tinggi di hadapan pemerintah dalam lelang. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 524 bps, melebar dari posisi kemarin 520 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,06% dari posisi kemarin 2,05%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. 

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. 


Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.   

Yield US Treasury Acuan 29 Jul'19
SeriBenchmarkYield 29 Jul'19 (%)Yield 30 Jul'19 (%)Selisih (Inversi)Satuan Inversi
UST BILL 20193 Bulan2.1052.1083 bulan-5 tahun26.4
UST 20202 Tahun1.851.8522 tahun-5 tahun0.8
UST 20213 Tahun1.811.8183 tahun-5 tahun-2.6
UST 20235 Tahun1.8341.8443 bulan-10 tahun4.6
UST 202810 Tahun2.0552.0622 tahun-10 tahun-21
Sumber: Refinitiv  


Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.013,38 triliun SBN, atau 39,27% dari total beredar Rp 2.580 triliun berdasarkan data per 26 Juli.  

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 120,13 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. 

Nilai SUN milik asing tersebut menjadi yang tertinggi karena sudah melampaui rekor yang terjadi sebelumnya yaitu Rp 1.012,99 triliun yang tercipta pada 24 Juli. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang naik 0,65%, sedangkan rupiah masih turun 0,07%.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 29 Jul'19 (%)Yield 30 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil7.2057.2151.00
China3.2053.203-0.20
Jerman-0.391-0.3910.00
Perancis-0.137-0.142-0.50
Inggris 0.6520.645-0.70
India6.4126.4190.70
Jepang-0.144-0.146-0.20
Malaysia3.5793.5961.70
Filipina4.7514.7641.30
Rusia7.37.333.00
Singapura1.9271.9330.60
Thailand1.921.895-2.50
Amerika Serikat2.0552.0620.70
Afrika Selatan8.368.315-4.50
Sumber: Refinitiv  


TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv/tas) Next Article SUN Cetak Rekor, Pengamat: SUN RI Masih Menarik Bagi Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular