
Apes Buat Dolar, The Fed dan IMF Kompak Beri Sentimen Negatif
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 July 2019 20:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) tertekan melawan mata uang utama pada perdagangan Kamis (18/7/19). Namun, memasuki perdagangan sesi AS, the greenback perlahan bisa memangkas penurunan.
Rilis Beige Book oleh bank sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) memberikan tekanan bagi dolar AS. Beige Book adalah gambaran aktivitas ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian.
Secara umum, aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya pada pertengahan Mei hingga awal Juli dilaporkan masih meningkat tetapi dalam laju yang terbatas, padahal jika melihat data ekonomi AS seperti data tenaga kerja, inflasi dan penjualan ritel ini dirilis mash positif.
Namun, pimpinan The Fed Jerome Powell tidak mengubah sikapnya demi melihat rilis data yang bagus. Saat berbicara di Paris pada Selasa tengah malam Powell kembali menegaskan akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.
Pelaku pasar kini kembali menyakini The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali di tahun ini. Yang paling dekat pemangkasan akan dilakukan pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia), kemudian dua lagi di bulan September dan Desember.
Setelah The Fed, giliran Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) yang mengirim sentimen negatif. IMF mengatakan mengatakan nilai tukar dolar kemahalan (overvalued) antara 6% sampai 12% berdasarkan fundamental ekonomi saat ini.
Dampaknya, hampir sepanjang perdagangan hari ini indeks dolar berada di zona merah, pada pukul 20:20 WIB berada di level 97,21 atau melemah tipis 0,01% melansir data Refinitiv. Pelemahan tersebut membaik setelah sebelumnya berada di titik 97,04.
Indeks ini dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan acuan kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Euro berkontribusi sebesar 57,6%, disusul poundsterling 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk indeks dolar yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Indeks dolar mampu memangkas pelemahan berkat jebloknya performa euro. European Central Bank (ECB) yang diprediksi akan dovish saat mengumumkan kebijakan moneter pekan depan terus menekan mata uang 19 negara ini. Hasil survei Reuters menunjukkan ECB diprediksi akan memangkas suku bunga pada bulan September.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Melemah Lawan Dolar AS, tapi Ada Kabar Baik buat Rupiah nih!
Rilis Beige Book oleh bank sentral AS (The Federal Reserves/The Fed) memberikan tekanan bagi dolar AS. Beige Book adalah gambaran aktivitas ekonomi terkini yang dikumpulkan dari berbagai negara bagian.
Namun, pimpinan The Fed Jerome Powell tidak mengubah sikapnya demi melihat rilis data yang bagus. Saat berbicara di Paris pada Selasa tengah malam Powell kembali menegaskan akan "bertindak sesuai kebutuhan" untuk mempertahankan ekspansi pertumbuhan ekonomi AS.
Pelaku pasar kini kembali menyakini The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali di tahun ini. Yang paling dekat pemangkasan akan dilakukan pada 31 Juli (1 Agustus waktu Indonesia), kemudian dua lagi di bulan September dan Desember.
Setelah The Fed, giliran Dana Moneter International (International Monetary Fund/IMF) yang mengirim sentimen negatif. IMF mengatakan mengatakan nilai tukar dolar kemahalan (overvalued) antara 6% sampai 12% berdasarkan fundamental ekonomi saat ini.
Dampaknya, hampir sepanjang perdagangan hari ini indeks dolar berada di zona merah, pada pukul 20:20 WIB berada di level 97,21 atau melemah tipis 0,01% melansir data Refinitiv. Pelemahan tersebut membaik setelah sebelumnya berada di titik 97,04.
Indeks ini dibentuk dari enam mata uang yakni euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan acuan kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Euro berkontribusi sebesar 57,6%, disusul poundsterling 11,9%. Mata uang lainnya yang membentuk indeks dolar yakni yen (13,6%), dolar Kanada (9,1%), krona Swedia (4,2%) dan franc Swiss (3,6%).
Indeks dolar mampu memangkas pelemahan berkat jebloknya performa euro. European Central Bank (ECB) yang diprediksi akan dovish saat mengumumkan kebijakan moneter pekan depan terus menekan mata uang 19 negara ini. Hasil survei Reuters menunjukkan ECB diprediksi akan memangkas suku bunga pada bulan September.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Melemah Lawan Dolar AS, tapi Ada Kabar Baik buat Rupiah nih!
Most Popular