
Jelang Perdagangan Sesi AS, Poundsterling Masih Perkasa
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 July 2019 20:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling mampu mempertahankan penguatan jelang dibukanya perdagangan sesi Amerika Serikat (AS). Data penjualan ritel Inggris secara mengejutkan menunjukkan pertumbuhan, membuat pound meraih momentum penguatan melawan dolar AS yang sedang loyo.
Pada pukul 20:06 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2472 atau menguat 0,31% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Office for National Statistic (ONS) melaporkan penjualan ritel Inggris bulan Juni naik 1% month-on-month setelah menurun dua bulan beruntun masing-masing 0,1% dan 0,5%. Data bulan Juni tersebut sekaligus mematahkan prediksi penurunan 0,3% oleh Reuters. Jika dibandingkan tahun sebelumnya atau secara year-on-year penjualan ritel naik 3,8%.
Banyak ekonom yang memprediksi perekonomian Inggris akan merosot di kuartal-II tahun ini, tetapi data yang dirilis hari ini memunculkan harapan masih adanya ekspansi perekonomian.
Data lain yang juga dirilis apik pekan ini adalah rata-rata upah per jam. ONS pada hari Selasa melaporkan rata-rata upah dalam tiga bulan yang berakhir Mei sebesar 3,4% naik dari bulan sebelumnya 3,2%. Kenaikan rata-rata upah menjadi penting bagi ekonomi Inggris karena dapat meningkatkan belanja konsumen dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian Negeri Ratu Elizabeth memang menunjukkan tanda-tanda akan merosot setelah data aktivitas bisnisnya mengalami kontraksi.
Institusi Markit pada pekan lalu melaporkan data aktivitas sektor manufaktur bulan Juni sebesar 48,0, turun dari bulan sebelumnya 49,4. Kontraksi sektor pengolahan tersebut menjadi yang terdalam sejak Februari 2013.
Untuk sektor konstruksi dilaporkan sebesar 43,1, turun dari bulan sebelumnya 48,6. Rilis tersebut merupakan angka terendah dalam 10 tahun terakhir, atau tepatnya sejak April 2009. Terakhir aktivitas sektor jasa sebesar 50,2, hampir mengalami kontraksi dan turun signifikan dibandingkan bulan Mei sebesar 51,0.
Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi atau penurunan aktivitas. Sementara di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan aktivitas.
Serangkaian data tersebut membuat poundsterling ditambah potensi terjadinya Hard Brexit membuat poundsterling jeblok hingga ke level terendah sejak April 2017 pada Rabu kemarin sebelum akhirnya bangkit. Selain data bagus pada hari ini, faktor technical rebound juga membantu penguatan poundsterling.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Pada pukul 20:06 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2472 atau menguat 0,31% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Banyak ekonom yang memprediksi perekonomian Inggris akan merosot di kuartal-II tahun ini, tetapi data yang dirilis hari ini memunculkan harapan masih adanya ekspansi perekonomian.
Data lain yang juga dirilis apik pekan ini adalah rata-rata upah per jam. ONS pada hari Selasa melaporkan rata-rata upah dalam tiga bulan yang berakhir Mei sebesar 3,4% naik dari bulan sebelumnya 3,2%. Kenaikan rata-rata upah menjadi penting bagi ekonomi Inggris karena dapat meningkatkan belanja konsumen dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Perekonomian Negeri Ratu Elizabeth memang menunjukkan tanda-tanda akan merosot setelah data aktivitas bisnisnya mengalami kontraksi.
Institusi Markit pada pekan lalu melaporkan data aktivitas sektor manufaktur bulan Juni sebesar 48,0, turun dari bulan sebelumnya 49,4. Kontraksi sektor pengolahan tersebut menjadi yang terdalam sejak Februari 2013.
Untuk sektor konstruksi dilaporkan sebesar 43,1, turun dari bulan sebelumnya 48,6. Rilis tersebut merupakan angka terendah dalam 10 tahun terakhir, atau tepatnya sejak April 2009. Terakhir aktivitas sektor jasa sebesar 50,2, hampir mengalami kontraksi dan turun signifikan dibandingkan bulan Mei sebesar 51,0.
Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawah 50 berarti kontraksi atau penurunan aktivitas. Sementara di atas 50 berarti ekspansi atau peningkatan aktivitas.
Serangkaian data tersebut membuat poundsterling ditambah potensi terjadinya Hard Brexit membuat poundsterling jeblok hingga ke level terendah sejak April 2017 pada Rabu kemarin sebelum akhirnya bangkit. Selain data bagus pada hari ini, faktor technical rebound juga membantu penguatan poundsterling.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Most Popular