
Suku Bunga Bisa Turun, Ada Cuan di Saham Properti & Bank
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
17 July 2019 11:51

Jakarta, CNBC Indonesia - Tren penurunan suku bunga acuan pada semester kedua ini dinilai bisa berdampak positif bagi sektor perbankan dan properti Tanah Air.
Sinyal penurunan suku bunga acuan sudah mengemuka sejak Juni lalu oleh sejumlah bank sentral global. Salah satunya, yakni Bank Sentral Eropa (ECB) yang telah menggelar pertemuan yang menghasilkan keputusan akan memberikan lebih banyak stimulus ekonomi di kawasan Eropa, hal ini mengindikasikan penurunan suku bunga acuan bulan ini.
Di Tanah Air, suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate juga diprediksi lebih rendah. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan koleganya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) akan menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.
Dari 14 institusi yang berparitisipasi dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih bertahan di 6%. Sepanjang tahun lalu, suku bunga acuan BI ini sudah naik enam kali atau 175 bps tanpa pernah turun.
Franky Rivan, Senior Research Analyst PT Kresna Sekuritas mencermati, penurunan suku bunga akan mengakselerasi penyaluran kredit perbankan, utamanya untuk kredit konsumer dan properti.
Hanya saja, dampaknya baru akan terasa pada semester pertama di tahun depan.
"Efek bunga yang lebih rendah ke penyaluran kredit baru akan terasa pada semester pertama 2020," ujar Franky, kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/7/2019).
Kresna Sekuritas juga masih merekomendasikan netral untuk bank-bank BUKU IV (bank umum kelompok usaha 4, modal inti di atas Rp 30 triliun), utamanya dari bank-bank pelat merah mengingat rasio penyaluran kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio/LDR) sudah makin ketat.
"Kemampuan adjust lending rate [penyesuaian bunga pinjaman] akan terbatas melihat asset quality yang belum mendukung," jelasnya lagi.
Presiden Direktur PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) atau Bank Panin, Herwidayatmo menyatakan, penurunan suku bunga acuan memang akan berdampak positif bagi perseroan. Namun, perseroan masih mematok target pertumbuhan kredit moderat pada semester kedua di tahun ini pada kisaran 8-10%.
"Kita ini kan di bank menyesuaikan pasar, tidak bisa berandai-andai melihat suku bunga mau turun kenyataan belum, mudah-mudahan turun," kata Herwidayatmo, saat ditemui di Jakarta, Senin (16/7/2019).
Dari sektor properti, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk (DILD) Archied Noto Pradono meyakini, dengan suku bunga acuan yang lebih rendah, permintaan atas kredit properti meningkat.
Selain itu, stabilnya faktor politik usai perhelatan Pilpres juga menjadi katalis positif bagi sektor properti.
Pemerintah juga baru-baru ini melonggarkan insentif di sektor properti seperti peningkatan batasan tidak kena PPn rumah sederhana sesuai daerah, pembebasan PPn atas rumah atau bangunan korban bencana alam dan peningkatan batas nilai hunian mewah yang dikenakan PPh dan PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah).
"Kita lihat faktor psikologisnya lebih banyak, PPNBM dan penurunan suku bunga, kita optimistis akan mencapai target," kata Archied, Senin (15/7/2019) di Jakarta.
Simak ulasan sektor yang layak diburu saat bunga turun.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article LIVE! Mengintip Rencana Grup Ciputra di Ibu Kota Baru
Sinyal penurunan suku bunga acuan sudah mengemuka sejak Juni lalu oleh sejumlah bank sentral global. Salah satunya, yakni Bank Sentral Eropa (ECB) yang telah menggelar pertemuan yang menghasilkan keputusan akan memberikan lebih banyak stimulus ekonomi di kawasan Eropa, hal ini mengindikasikan penurunan suku bunga acuan bulan ini.
Di Tanah Air, suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate juga diprediksi lebih rendah. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan koleganya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) akan menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.
Dari 14 institusi yang berparitisipasi dalam pembentukan konsensus, hanya dua yang memperkirakan suku bunga acuan masih bertahan di 6%. Sepanjang tahun lalu, suku bunga acuan BI ini sudah naik enam kali atau 175 bps tanpa pernah turun.
Franky Rivan, Senior Research Analyst PT Kresna Sekuritas mencermati, penurunan suku bunga akan mengakselerasi penyaluran kredit perbankan, utamanya untuk kredit konsumer dan properti.
"Efek bunga yang lebih rendah ke penyaluran kredit baru akan terasa pada semester pertama 2020," ujar Franky, kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/7/2019).
Kresna Sekuritas juga masih merekomendasikan netral untuk bank-bank BUKU IV (bank umum kelompok usaha 4, modal inti di atas Rp 30 triliun), utamanya dari bank-bank pelat merah mengingat rasio penyaluran kredit terhadap Dana Pihak Ketiga (Loan to Deposit Ratio/LDR) sudah makin ketat.
"Kemampuan adjust lending rate [penyesuaian bunga pinjaman] akan terbatas melihat asset quality yang belum mendukung," jelasnya lagi.
Presiden Direktur PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) atau Bank Panin, Herwidayatmo menyatakan, penurunan suku bunga acuan memang akan berdampak positif bagi perseroan. Namun, perseroan masih mematok target pertumbuhan kredit moderat pada semester kedua di tahun ini pada kisaran 8-10%.
"Kita ini kan di bank menyesuaikan pasar, tidak bisa berandai-andai melihat suku bunga mau turun kenyataan belum, mudah-mudahan turun," kata Herwidayatmo, saat ditemui di Jakarta, Senin (16/7/2019).
Dari sektor properti, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk (DILD) Archied Noto Pradono meyakini, dengan suku bunga acuan yang lebih rendah, permintaan atas kredit properti meningkat.
Selain itu, stabilnya faktor politik usai perhelatan Pilpres juga menjadi katalis positif bagi sektor properti.
Pemerintah juga baru-baru ini melonggarkan insentif di sektor properti seperti peningkatan batasan tidak kena PPn rumah sederhana sesuai daerah, pembebasan PPn atas rumah atau bangunan korban bencana alam dan peningkatan batas nilai hunian mewah yang dikenakan PPh dan PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah).
"Kita lihat faktor psikologisnya lebih banyak, PPNBM dan penurunan suku bunga, kita optimistis akan mencapai target," kata Archied, Senin (15/7/2019) di Jakarta.
Simak ulasan sektor yang layak diburu saat bunga turun.
[Gambas:Video CNBC]
(tas) Next Article LIVE! Mengintip Rencana Grup Ciputra di Ibu Kota Baru
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular