2 Broker Asing Hengkang dari RI, Apa Penyebabnya?

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
17 July 2019 11:19
Kedua broker asing tersebut adalah PT Deutsche Sekuritas Indonesia (DSI) dan PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (MLSI).
Foto: Gedung Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dua broker asing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah menyampaikan rencananya untuk undur diri dari pasa keuangan Tanah Air. Kedua broker asing tersebut adalah PT Deutsche Sekuritas Indonesia (DSI) dan PT Merrill Lynch Sekuritas Indonesia (MLSI).

Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo menyampaikan bahwa kedua broker tersebut telah menyampaikan rencana pengunduran dirinya kepada bursa, namun belum ada tanggal resmi kapan kursi Anggota Bursa (AB) akan dilepas.

Merrill Lynch Sekuritas Indonesia diketahui sudah memulai proses exit audit untuk memastikan tak ada lagi kewajiban sebagai AB yang belum dipenuhi. Perusahaan tercatat sudah menghentikan transaksi perdagangan saham sejak 11 Juli 2019 di BEI.

Berdasarkan data perdagangan BEI mencatat, sekuritas ini terakhir kali bertransaksi saham pada Rabu, 10 Juli lalu.

Sebagai informasi tambahan MLSI pernah terjerat kasus di tahun 2008 dengan Renaissance Capital Management Investment Pte (Renaissance) atas sengketa penjualan saham. Renaissance menggugat MLSI senilai Rp 1 triliun karena menjual saham tanpa sepengetahuan.

Sementara itu, Deutsche Sekuritas Indonesia memutuskan untuk undur diri dari kursi AB sebagai langkah restrukturisasi masal yang dilakukan oleh induk usahanya Deutsche Bank Group.

Sebagai informasi, beberapa minggu lalu Deutsche Bank Group mengambil keputusan radikal dengan memangkas 18.000 karyawannya yang tersebar di seluruh dunia hingga akhir 2022. Hal ini dikarenakan dalam beberapa tahun terakhir perusahaan mengalami kesulitan keuangan.

Namun, berbeda dengan MLSI, Deutsche Sekuritas Indonesia masih membukukan transaksi hingga hari ini (17/7/2019).

Sejumlah skandal dari lebih dari satu dekade yang lalu, atau tepatnya saat krisis di pasar keuangan AS pada 2008 menjadi penyebab memburuknya kinerja Deutsche Bank.

Pada Januari 2017, perusahaan harus membayar penalti mencapai US$ 7,2 miliar pada Departemen Kehakiman AS karena telah memberikan informasi yang menyesatkan kepada investor terkait penjualan efek beragun aset properti (mortgage-backed securities) yang turut menyebabkan krisis keuangan di AS pada 2008, dilansir CNBC International.

Tidak lama setelahnya, Deutsche Bank dikenakan denda sebesar US$ 630 juta atas tuduhan pencucian uang di Rusia. Kemudian pada November 2018, kantor pusat perusahaan di Frankfurt diserbu oleh jaksa penuntut Jerman sebagai bagian dari penyelidikan pencucian uang, dilansir CNN International.

Sebenarnya, Sejak 2015, Deutsche Bank juga gagal lolos dari stress test di AS, sehingga beberapa upaya dilakukan bank ini untuk merestrukturisasi, melakukan perubahan kepemimpinan, dan mengalami penurunan peringkat.

Dalam dua dekade terakhir perusahaan telah memangkas sekitar 59.300 karyawannya. Namun sejatinya jumlah karyawan perusahaan tidaklah banyak berkurang, justru bertambah

Melansir laporan tahunan Deutsche Bank, di tahun 2000 total karyawan yang tercatat sekitar 89.800 orang, sedangkan tahun 2018 jumlah karyawan perusahaan mencapai 91.700 orang.

PHK ribuan karyawan tersebut diiringi dengan pengunduran diri sukarela Chief Investment Banking Garth Ritchie. Sumber CNBC International juga memberitahu bahwa Chief Regulatory Officer, Sylvie Matherat juga bersiap undur diri.

Pengunduran diri kedua broker tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai transaksi di BEI. Pasalnya, melansir data statistic BEI edisi Juni, baik MLSI maupun DBS masuk dalam kategori 20 broker yang paling aktif sepanjang paruh pertama 2019.

Pada periode Januari-Juni Deutsche Sekuritas Indonesia berada di urutan ke 9 dengan total transaksi sebesar Rp 66,06 triliun. Sedangkan Merrill Lynch Sekuritas Indonesia berada di posisi 17 dengan total transaksi mencapai Rp 45,25 triliun.


Lebih lanjut, dari tabel di atas terlihat bahwa posisi broker paling aktif mayoritas dipenuhi oleh broker asing. Dari 20 yang menduduki posisi teratas, 13 diantaranya berasal dari luar Indonesia.

Meskipun demikian, Mandiri Sekuritas terlihat masih mampu menjadi jawara dengan total transaksi senilai Rp 231,49 triliun, memberikan ruang yang sangat besar bagi para pesaingnya untuk menyusul.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article 3 Broker Asing Hengkang, Ada Apa sih dengan Bursa Efek?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular