Bunga Tinggi, BI: Bank Masih Bisa Pangkas 200 Basis Poin Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) menilai perbankan nasional masih punya ruang untuk menurunkan tingkat suku bunga kredit baru bank sampai dengan 200 basis poin (bps).
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makrorudensial BI Juda Agung menjelaskan, saat ini suku bunga kredit baru perbankan berada di level 9,17%, sehingga ruang untuk menurunkan sangat terbuka. Terlebih lagi, suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan telah mengalami penurunan.
"Kami lihat ruangnya masih cukup besar, sekitar 2% masih bisa turun. Suku bunga kredit baru 9,17% sebenarnya dia masih bisa turun 200 basis poin di bawah itu," kata Juda Agung dalam media briefing secara virtual, Jumat (2/7/2021).
Meski SBDK telah mengalami penurunan, perbankan belum secara cepat merespons transmisi kredit. Pasalnya, saat ini ada sejumlah risiko yang masih dihadapi perbankan, antara lain kenaikan premi risiko.
"Itu kenapa suku bunga kredit acuannya turun, tapi tidak secepat yang kita harapkan dari penurunan SBDK," ujar Juda Agung.
Pada tahun ini, BI belum merevisi target pertumbuhan kredit meski kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Mikro Darurat bakal diberlakukan mulai 3 Juli ini hingga 20 Juli mendatang di Jawa dan Bali.
"Perkiraan kita proyeksi pertumbuhan 5-7% tahun ini. Mudah mudahan, PPKM akan kemudian mengurangi atau menurunkan penyebaran Covid-19, sehingga dia kembali recover," ujarnya.
Seperti diketahui, Bank Indonesia sebelumnya terus mendorong agar industri perbankan segera melakukan transmisi suku bunga kredit. Hal tersebut untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional pada tahun ini.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti sebelumnya menjelaskan, sejak tahun 2020, bank sentral telah menurunkan sebanyak 6 kali BI 7 Day Reverse Repo Rate hingga 150 basis poin dan saat ini berada di level 3,5%.
"Ini tentu memberikan ruang bagi bank melakukan adjustment di suku bunga kredit. Ini terendah sepanjang sejarah," kata Destry, di acara Temu Stakeholders Untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional yang disiarkan secara virtual, Kamis (1/4/2021).
Destry melanjutkan, pemulihan ekonomi saat ini akan sangat ditentukan oleh berbagai faktor, di antaranya, faktor global, distribusi vaksin dan stimulus terutama untuk menggerakkan sektor riil.
Data BI mencatat, pada Rapat Dewan Gubernur, 17 Juni, BI kembali mempertahankan suku bunga BI 7 Day Reserve Repo Rate di 3,50% yang sudah berlangsung sejak 18 Februari lalu (5 kali RDG).
Penurunan suku bunga sebetulnya sudah didesak juga oleh pemerintah lewat Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dalam konferensi pers awal Maret silam, pemerintah mengakui bunga kredit perbankan masih jauh dari yang seharusnya. Posisi suku bunga acuan BI sekarang berada di level 3,5%, sementara bunga kredit perbankan seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih di atas 10%.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto meminta perbankan agar kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) bisa ditransmisikan lebih cepat kepada konsumen agar permintaan kembali naik.
"Kita akan komunikasikan, karena memang salah satu yang diminta kepada perbankan agar penurunan suku bunga BI dan lending rate bisa ditransmisikan pada konsumen," kata Airlangga dalam konferensi pers virtual, Senin (3/1/2021).
[Gambas:Video CNBC]
Beranikah BI Turunkan Suku Bunga?
(tas/tas)