BOE Mulai Cemas Hard Brexit, Kok Poundsterling Masih "Bebal"?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
11 July 2019 21:07
Pada pukul 20:30 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2547 atau menguat 0,40%, melansir data Refinitiv.
Foto: Ilustrasi Poundsterling (REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling masih mempertahankan penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (11/7/19) meski Bank Sentral Inggris (Bank OF England/BOE) mulai mencemaskan akan kemungkinan terjadinya Hard Brexit.

Pada pukul 20:30 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2547 atau menguat 0,40%, melansir data Refinitiv.





Hard Brexit merupakan istilah keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun atau no-deal, dan jika terjadi perekonomian Inggris bisa melambat, bahkan diprediksi akan mengalami resesi.

Pada November 2018, BOE menyatakan jika Hard Brexit terjadi maka Inggris akan mengalami resesi terburuk sejak Perang Dunia II. Namun, kala itu BOE masih sangat optimis jika Hard Brexit tidak akan terjadi.

Dalam konferensi pers mengenai Laporan Stabilitas Finansial, Gubernur BOE Mark Carney mengatakan saat ini peluang terjadinya Hard Brexit semakin besar dan akan menimbulkan gangguan masif pada perekonomian Inggris, mengutip Yahoo Finance.

Perekonomian Inggris belakangan ini sedang menunjukkan pelambatan, terlihat dari serangkaian data aktivitas bisnis yang dirilis pekan lalu. Data sektor manufaktur dan konstruksi mengalami kontraksi yang dalam, sementara sektor jasa juga diambang kontraksi.

Akibat kondisi ekonomi yang memburuk, serta kemungkinan terjadi hard Brexit yang semakin besar, Royal Bank of Canada (RBC) memprediksi Bank Sentral Inggris pada akhirnya akan memangkas suku bunga acuannya di tahun ini, mengutip Reuters.



RBC menjadi bank pertama yang memberikan prediksi tersebut, mengingat hingga kini BOE masih mempertahankan sikap hawkish-nya. Berbeda dari pimpinan bank sentral utama dunia lainnya yang membuka peluang pelonggaran moneter, Mark Carney masih memberikan proyeksi suku bunga akan dinaikkan secara terbatas dan bertahap jika Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan atau Soft Brexit.

Bahkan ketika BOE menyatakan peluang terjadinya Hard Brexit semakin besar, Carney belum juga mengubah sikapnya menjadi dovish. Bisa jadi hal ini yang membuat poundsterling cukup kuat bertahan alias bebal pada perdagangan hari ini, selain juga dolar AS sedang mendapat tekanan dari spekulasi Bank Sentral AS yang akan memangkas suku bunga secara agresif.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap) Next Article Lockdown di Inggris Masih Dipertahankan, Poundsterling KO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular