Pasar Tunggu Pidato Powell, IHSG Tetap Hijau

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 July 2019 17:50
Pasar Tunggu Pidato Powell, IHSG Tetap Hijau
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan dengan kenaikan tipis 0,08%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak sekalipun merasakan pahitnya zona merah pada Rabu ini (10/7/2019).

Per akhir sesi II, IHSG berhasil memperlebar penguatannya menjadi 0,35% ke level 6.410,68.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi kenaikan IHSG di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (+2,41%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (+4,57%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+1,36%), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (+2,91%), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (+1,17%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Hang Seng menguat 0,31%, indeks Straits Times naik 0,31%, dan indeks Kospi bertambah 0,33%.


Sentimen positif yang menyelimuti perdagangan di bursa saham Benua Kuning datang dari aura damai dagang AS-China yang kian terasa. Kemarin (9/7/2019) waktu AS, delegasi AS dan China melakukan pembicaraan via telepon.

Delegasi AS terdiri dari Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara delegasi China terdiri dari Wakil Perdana Menteri Liu He dan Menteri Perdagangan Zhong San.

Menurut seorang pejabat AS, pembicaraan via telepon tersebut dilakukan "untuk melanjutkan negosiasi yang bertujuan menyelesaikan sengketa perdagangan yang belum terselesaikan", dilansir dari CNBC International.

Pejabat tersebut kemudian menambahkan bahwa "kedua belah pihak akan melanjutkan pembicaraan itu sebagaimana mestinya".

Pernyataan dari pejabat AS tersebut kemudian dikonfirmasi sendiri oleh Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada pagi hari ini waktu setempat.

Kesepakatan dagang antara AS dan China menjadi sangat krusial guna menghindarkan perekonomian keduanya dari yang namanya hard landing.

Di AS yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia, belum lama ini Manufacturing PMI periode Juni 2019 diumumkan di level 51,7 oleh Institute for Supply Management (ISM), menandai ekspansi sektor manufaktur terlemah yang pernah dicatatkan AS sejak September 2016 silam.

Sementara di China yang merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar kedua di dunia, dalam enam bulan pertama tahun 2019 data resmi pemerintahnya mencatat bahwa aktivitas manufaktur membukukan kontraksi sebanyak empat kali yakni pada bulan Januari, Februari, Mei, dan Juni.

LANJUT KE HALAMAN 2>>

Aura damai dagang AS-China yang kian terasa membuat pelaku pasar sejenak melupakan ketidakpastian terkait dengan arah kebijakan suku bunga AS.

Pada malam hari ini waktu Indonesia, Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dijadwalkan memberikan testimoni di hadapan House Financial Services Committee.

Ada kekhawatiran bahwa Powell akan mengeluarkan pernyataan yang mengindikasikan bahwa bank sentral AS belum akan kelewat dovish pada tahun ini. Pasalnya, pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam tengah berada dalam kondisi yang oke.

Pada hari Jumat (5/7/2019), angka penciptaan lapangan kerja AS (sektor non-pertanian) periode Juni 2019 diumumkan sebanyak 224.000, jauh di atas ekspektasi yang sebanyak 162.000, seperti dilansir dari Forex Factory. Capaian tersebut juga jauh mengalahkan capaian pada bulan Mei yang sebanyak 72.000 saja.

Data tenaga kerja menjadi sangat penting lantaran dipantau dengan ketat oleh The Fed guna merumuskan kebijakan suku bunga acuannya.

Kini, The Fed hanya diekspektasikan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps (basis poin) dalam pertemuannya pada akhir bulan ini.


Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 10 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan bulan ini berada di level 99,7%, melonjak dari posisi minggu lalu yang sebesar 70,8%.

Sementara itu, peluang suku bunga acuan diturunkan hingga 50 bps kini berada di angka 0%, dari yang tadinya 29,2% pada pekan lalu.

Rupiah sejatinya sempat terpukul pada hari ini. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah cenderung ditransaksikan melemah sebelum akhirnya ditutup flat di pasar spot di level Rp 14.125/dolar AS.

Aura damai dagang AS-China sukses membuat mata uang Garuda bertahan dari gempuran yang datang dari ketidakpastian terkait dengan arah kebijakan suku bunga AS.

Lantaran kinerja rupiah cenderung oke, investor asing pun kembali masuk ke pasar saham tanah air. Pasca membukukan beli bersih senilai Rp 735,7 miliar di pasar reguler pada perdagangan kemarin, pada hari ini investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 410,5 miliar.

Saham-saham yang banyak diburu investor asing di antaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 252,8 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 137,8 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 89,7 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 65,4 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 27,3 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular