Inilah Pemegang Saham Jababeka yang "Berebut Aset" Rp 11,95 T
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 July 2019 11:56

Jakarta, CNBC Indonesia- Emiten pengembang kawasan industri PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) tengah dalam sorotan. Hal ini mencuat paska manajemen mengungkapkan potensi risiko gagal bayar atas surat utang (notes) senior yang diterbitkan anak perusahaan paska perubahan susunan pengurus perseroan.
Pemegang saham ini mengusulkan Sugiharto sebagai dirut dan Aries Liman sebagai Komisaris. Usulan ini telah disetujui dalam RUPST yang berlangsung 26 Juni lalu dengan jumlah suara setuju sebesar 52,117%.
Dengan adanya perubahan susunan anggota direksi dan dewan komisaris perusahaan, mengakibatkan perusahaan harus melakukan buyback (pembelian kembali) dengan harga pembelian 101% dari nilai pokok notes sebesar US$ 300 juta atau setara Rp 4,26 triliun (kurs Rp 14.200/US$).
Lalu, siapa sebenarnya pemegang saham pengendali perseroan saat ini?
Mengacu data Bursa Efek Indonesia dalam daftar pemegang saham yang dipublikasikan terakhir kali oleh perseroan pada Juni lalu, pemegang saham terbesar KIJA saat adalah Mu Min Ali Gunawan yang memegang 21,09% kepemilikan saham. Mu Min Ali Gunawan adalah pengusaha dan pemilik PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN).
Selanjutnya, ada nama Islamic Development Bank (IDB) yang tercatat punya kepemilikan 10,93% dan PT Imakotama Investindo yang memiliki 6,16% saham.
"Masuknya Islamic Development Bank ke Jababeka saat itu karena pertimbangan pasar saja," kata Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan Jababeka kepada CNBC Indonesia, usai jumpa pers di Jakarta, Senin (8/7/2019) di Menara WTC.
Selain itu, nama Setiawan Mardjuki (direktur) sebesar 0,17% dan Hadi Rahardja (komisaris) sebanyak 2,8%. Adapun investor publik tercatat sebanyak 58,85%.
Direktur Utama Jababeka, Budianto Liman secara tegas mengungkapkan, risiko gagal bayar itu disebabkan karena kinerja perseroan yang kurang baik, melainkan karena korban dari "acting on concert", yaitu pihak-pihak yang berada di bawah kendali PT Imakotama dan afiliasinya.
"Ini perusahaan jadi victim dari acting in concert, bukan karena kinerja, kalau kinerja berbeda," ungkap Direktur Utama Jababeka Budianto Liman, saat konferensi pers di Jakarta, Senin (8/7/2019).
Sayangnya, Budianto tidak bisa menjelaskan, sebetulnya apa tujuan dari pemegang saham tersebut, apakah ada motif tertentu seperti perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh kelompok yang menyetujui adanya perubahan direksi dan komisaris dari perusahaan yang hingga 31 Mei 2019 ini asetnya sudah mencapai Rp 11,95 triliun tersebut.
"Hasil RUPST (26 Juni) di luar dugaan, menurut kami tidak lazim. Kami belum mengetahui apa motifnya. Apa yang terjadi di atas (pemegang saham) kita tidak tahu menahu, untuk itu kami gak bisa berikan komentar," tandas Budianto.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, ada nama Iwan Margana di belakang Imakotama. Iwan juga tercatat sebagai Direktur Utama PT Pratama Capital Assets Management, anak usaha PT Pratama Capital Indonesia.
Sementara itu, Soegiharto yang didapuk menjadi Direktur Utama dalam RUPS Tahunan terakhir Jababeka tercatat pernah menjadi Penasehat dan Komite Investasi di Pratama.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Video: Jababeka Rugi Rp125 Miliar, Sahamnya Masih Layak Dikoleksi?
Pemegang saham ini mengusulkan Sugiharto sebagai dirut dan Aries Liman sebagai Komisaris. Usulan ini telah disetujui dalam RUPST yang berlangsung 26 Juni lalu dengan jumlah suara setuju sebesar 52,117%.
Dengan adanya perubahan susunan anggota direksi dan dewan komisaris perusahaan, mengakibatkan perusahaan harus melakukan buyback (pembelian kembali) dengan harga pembelian 101% dari nilai pokok notes sebesar US$ 300 juta atau setara Rp 4,26 triliun (kurs Rp 14.200/US$).
Mengacu data Bursa Efek Indonesia dalam daftar pemegang saham yang dipublikasikan terakhir kali oleh perseroan pada Juni lalu, pemegang saham terbesar KIJA saat adalah Mu Min Ali Gunawan yang memegang 21,09% kepemilikan saham. Mu Min Ali Gunawan adalah pengusaha dan pemilik PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN).
Selanjutnya, ada nama Islamic Development Bank (IDB) yang tercatat punya kepemilikan 10,93% dan PT Imakotama Investindo yang memiliki 6,16% saham.
"Masuknya Islamic Development Bank ke Jababeka saat itu karena pertimbangan pasar saja," kata Muljadi Suganda, Sekretaris Perusahaan Jababeka kepada CNBC Indonesia, usai jumpa pers di Jakarta, Senin (8/7/2019) di Menara WTC.
Selain itu, nama Setiawan Mardjuki (direktur) sebesar 0,17% dan Hadi Rahardja (komisaris) sebanyak 2,8%. Adapun investor publik tercatat sebanyak 58,85%.
Direktur Utama Jababeka, Budianto Liman secara tegas mengungkapkan, risiko gagal bayar itu disebabkan karena kinerja perseroan yang kurang baik, melainkan karena korban dari "acting on concert", yaitu pihak-pihak yang berada di bawah kendali PT Imakotama dan afiliasinya.
"Ini perusahaan jadi victim dari acting in concert, bukan karena kinerja, kalau kinerja berbeda," ungkap Direktur Utama Jababeka Budianto Liman, saat konferensi pers di Jakarta, Senin (8/7/2019).
Sayangnya, Budianto tidak bisa menjelaskan, sebetulnya apa tujuan dari pemegang saham tersebut, apakah ada motif tertentu seperti perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh kelompok yang menyetujui adanya perubahan direksi dan komisaris dari perusahaan yang hingga 31 Mei 2019 ini asetnya sudah mencapai Rp 11,95 triliun tersebut.
"Hasil RUPST (26 Juni) di luar dugaan, menurut kami tidak lazim. Kami belum mengetahui apa motifnya. Apa yang terjadi di atas (pemegang saham) kita tidak tahu menahu, untuk itu kami gak bisa berikan komentar," tandas Budianto.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, ada nama Iwan Margana di belakang Imakotama. Iwan juga tercatat sebagai Direktur Utama PT Pratama Capital Assets Management, anak usaha PT Pratama Capital Indonesia.
Sementara itu, Soegiharto yang didapuk menjadi Direktur Utama dalam RUPS Tahunan terakhir Jababeka tercatat pernah menjadi Penasehat dan Komite Investasi di Pratama.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Video: Jababeka Rugi Rp125 Miliar, Sahamnya Masih Layak Dikoleksi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular