Terancam Gagal Bayar, Apakah Jababeka akan Pailit?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
10 July 2019 12:57
Analis Bahana Sekuritas menyatakan potensi gagal bayar oleh surat utang anak perusahaan KIJA masih jauh dari potensi kepailitan.
Foto: Jababeka Berisiko Gagal Bayar Utang (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia- Analis Bahana Sekuritas menyatakan potensi gagal bayar oleh surat utang anak perusahaan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) masih jauh dari potensi kepailitan.

Kisruh ini mencuat paska perseroan menyampaikan potensi default paska perubahan pengurus perseroan. Alhasil, Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan saham Jababeka pada Senin (8/7/2019).

Analis Bahana Sekuritas Muhamad Wafi menyatakan, Jababeka memiliki beberapa opsi untuk menyelesaikan pembellian kembali (buyback) obligasi global senilai US$ 300 juta.


Caranya dengan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) dan mengajukan beberapa opsi dengan mengagunkan lahan yang dimiliki perseroan atau memperpanjang jatuh tempo obligasi.

Wafi juga menyebut, dari sisi rating sebetulnya obligasi ini tidak ada masalah. Begitu juga halnya dari sisi kinerja perseroan, kata Wafi, operating revenue dan penjualan lahan KIJA cukup baik.

"Masih jauh sampai ke pailit, ini kan masalahnya harus dipaksa buyback padahal gak ada duit. KIJA harus RUPO, dari RUPO mereka bisa mengajukan beberapa opsi, misalkan mengagunkan lahan," kata Wafi di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/7/2019).

Dia menjelaskan, memang ada potensi saham KIJA tergerus pasca Bursa Efek Indonesia mencabut suspensi saham perseroan. Investor cenderung melakukan aksi jual dan menghindari saham Jababeka.

"Suspensi saham akan menggangu kinerja harga saham Jababeka. Keterbuaan informasi masih sedikit, manajemen belum bisa dikonfirmasi, jadi kemungkinan investor memiih keluar dari saham Jababeka begitu suspensi dibuka, ada aksi jual dulu, ada kemungkinan anjlok," kata Wafi.

Namun kata dia, bagi investor dengan strategi investasi jangka panjang tidak perlu menghiraukan sentimen ini, karena dilihat dari bisnis operasional yang masih jauh dari kepailitan.

Tahun 2018, Jababeka membukukan laba bersih sebesar Rp 40,97 miliar, turun 52% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 84,86 miliar.

Mengacu laporan keuangan perseroan, penurunan laba bersih ini seiring dengan koreksi yang dialami di pos pendapatan tahun lalu. KIJA mencatat total penjualan dan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 2,71 triliun pada 2018, turun 9% dibandingkan 2017 Rp 2,99 triliun.

Corporate Secretary Jababeka, Muljadi Suganda, dalam keterangannya mengatakan alasan utama penurunan laba bersih karena dampak pergerakan selisih kurs.


Pada 2017, perseroan membukukan laba selisih kurs sebesar Rp 66,4 miliar, sementara pada 2018 dibukukan rugi selisih kurs Rp 247,9 miliar.

"Keuntungan selisih kurs neto tersebut merupakan jumlah bersih dari keuntungan kerugian selisih kurs pendanaan dan keuntungan dari kontrak lindung nilai, serta keuntungan/kerugian selisih kurs operasi, yang dapat ditemukan catatan atas laporan keuangan konsolidasian pada akun beban keuangan dan pendapatan lainnya tahun 2018," katanya dalam siaran pers, Jumat (29/3/2019).

[Gambas:Video CNBC]


(dob/dob) Next Article Inilah Pemegang Saham Jababeka yang "Berebut Aset" Rp 11,95 T

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular