
Dapat Likuiditas Rp 4 T, Mandiri Tak Pakai Buat Kredit
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
09 July 2019 18:45

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mendapatkan likuiditas tambahan sebesar Rp 4 triliun dari kebijakan pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI). Namun, Bank Mandiri memilih untuk tidak menggunakan likuiditas itu untuk penyaluran kredit.
"Sebetulnya tidak lebih ekspansif karena kita lihat market dan semuanya, kita sudah tidak koreksi Rencana Bisnis Bank (RBB) tetap 11% pertumbuhannya [kredit]," kata Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) internal antara Himbara dan Perbanas dan Komisi XI DPR, Selasa (9/7/2019).
Rohan menambahkan likuiditas sebesar Rp 4 triliun itu akan disalurkan ke pasar uang atau instrumen pasar uang (obligasi). Menurutnya, likuiditas bisa digunakan untuk membeli medium terms note (MTN) sebelum disalurkan ke kredit. Hal itu bisa dilakukan di jangka pendek sebelum disalurkan ke kredit.
"[disalurkan] ke pasar uang. Kan ada yang kita bisa beli di medium terms note. Kan kalau sebelum disalurkan ke kredit yang jangka pendek-pendek bisa ditaruh," tambahnya.
Bank Indonesia (BI) mengeluarkan kebijakan GWM dengan cita-cita likuiditas perbankan bertambah. Harapannya agar likuiditas tambahan bisa digunakan untuk menyalurkan kredit.
GWM, lanjut Rohan, memang merupakan kebijakan yang bagus dan menjadi resep general di situasi likuiditas yang kurang. Bank-bank umum kegiatan usaha (BUKU) berskala kecil saat ini sulit bersaing. Apakah digunakan untuk menyalurkan kredit, hal itu pilihan dari masing-masing bank.
"Itu kan resep general untuk situasi likuiditas di mana bank-bank memiliki likuiditas yang kurang. Jadi pelonggaran GWM obat mujarab untuk mengatasi persaingan yang sulit jadi otomatis dia punya tambahan dana. Apakah kita isntant memerlukan saat itu, itu pilihan," jabarnya.
GWM bagi Mandiri juga tidak serta merta akan menambah keuntungan perseroan. Keuntungan tahun ini diprediksi akan lebih tipis dibanding tahun lalu. Pasalnya, cost of fund saat ini lebih tinggi.
"Potensi keuntungan saat ini mungkin lebih tipis ya dibanding tahun lalu dengan cost of fund yang lebih tinggi." ujarnya.
Mulai 1 Juli 2019 GWM bank konvensional dan bank syariah turun 50 bps. Sebelumnya, BI menurunkan GWM rupiah bank konvensional jadi 6% dan GWM bank syariah menjadi 4%. Penurunan GWM ini membuat likuiditas perbankan bertambah Rp 25 triliun.
(roy/roy) Next Article LDR 96%, Bos OJK: Likuiditas Bank Tak Ada Masalah
"Sebetulnya tidak lebih ekspansif karena kita lihat market dan semuanya, kita sudah tidak koreksi Rencana Bisnis Bank (RBB) tetap 11% pertumbuhannya [kredit]," kata Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas usai Rapat Dengar Pendapat (RDP) internal antara Himbara dan Perbanas dan Komisi XI DPR, Selasa (9/7/2019).
Rohan menambahkan likuiditas sebesar Rp 4 triliun itu akan disalurkan ke pasar uang atau instrumen pasar uang (obligasi). Menurutnya, likuiditas bisa digunakan untuk membeli medium terms note (MTN) sebelum disalurkan ke kredit. Hal itu bisa dilakukan di jangka pendek sebelum disalurkan ke kredit.
Bank Indonesia (BI) mengeluarkan kebijakan GWM dengan cita-cita likuiditas perbankan bertambah. Harapannya agar likuiditas tambahan bisa digunakan untuk menyalurkan kredit.
GWM, lanjut Rohan, memang merupakan kebijakan yang bagus dan menjadi resep general di situasi likuiditas yang kurang. Bank-bank umum kegiatan usaha (BUKU) berskala kecil saat ini sulit bersaing. Apakah digunakan untuk menyalurkan kredit, hal itu pilihan dari masing-masing bank.
"Itu kan resep general untuk situasi likuiditas di mana bank-bank memiliki likuiditas yang kurang. Jadi pelonggaran GWM obat mujarab untuk mengatasi persaingan yang sulit jadi otomatis dia punya tambahan dana. Apakah kita isntant memerlukan saat itu, itu pilihan," jabarnya.
GWM bagi Mandiri juga tidak serta merta akan menambah keuntungan perseroan. Keuntungan tahun ini diprediksi akan lebih tipis dibanding tahun lalu. Pasalnya, cost of fund saat ini lebih tinggi.
"Potensi keuntungan saat ini mungkin lebih tipis ya dibanding tahun lalu dengan cost of fund yang lebih tinggi." ujarnya.
Mulai 1 Juli 2019 GWM bank konvensional dan bank syariah turun 50 bps. Sebelumnya, BI menurunkan GWM rupiah bank konvensional jadi 6% dan GWM bank syariah menjadi 4%. Penurunan GWM ini membuat likuiditas perbankan bertambah Rp 25 triliun.
(roy/roy) Next Article LDR 96%, Bos OJK: Likuiditas Bank Tak Ada Masalah
Most Popular