
Bos BCA: Bulan Depan Bunga Acuan Boleh Turun
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
20 June 2019 13:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja berharap Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 6%. Diketahui BI siang ini akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG).
"Kalau saya [memilih] bulan ini [suku bunga] tahan dulu. Bulan depan boleh turun. Tapi tergantung yang punya kebijakan pasti lebih menguasai dalam memberikan putusan," kata Jahja ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (20/6/2019).
Jahja menjelaskan BI perlu menahan dulu suku bunga acuan karena masih ada beberapa gejolak di dunia politik dalam negeri. Keputusan mengenai sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) menimbulkan sedikit ketidakpastian.
Jahja menilai kondisi eksternal Indonesia bertendensi untuk menurunkan suku bunga acuan. Bank Sentral Amerika Serikat(AS) The Federal Reserve diharapkan menurunkan suku bunga 0,25% sampai September. Meski demikian, keputusan itu juga harus mempertimbangkan ketersediaan likuiditas di pasar.
"Sebenarnya kalau lihat eksternal ada tendensi untuk turun, The Fed juga harapannya sampai September turun 0,25%. Bergantung ketersediaan likuiditas pasar. saat ini LDR 94%. BI bagus kawal dengan REPO. Tetapi REPO untuk menjaga likuiditas jangka pendek," beber Jahja.
Di sisi lain ia juga mempertanyakan apakah Pemerintah tetap mengharapkan penyaluran kredit perbankan tumbuh tinggi sekali atau tidak. Tekanan likuiditas bisa turun karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menurunkan target penyaluran kredit menjadi 9%-11% dari 10%-12% di 2019.
"Tapi kemarin Pak Wimboh (Ketua Dewan Komisioner OJK) sudah memberi tanda sudah diturunkan 9%-11%. Dengan target kredit yang tidak terlalu agresif [tekanan] likuditas bisa turun," ujarnya.
Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini.
(roy/roy) Next Article Darmin: Kalau Tak Turun, Bunga BI Ketinggian
"Kalau saya [memilih] bulan ini [suku bunga] tahan dulu. Bulan depan boleh turun. Tapi tergantung yang punya kebijakan pasti lebih menguasai dalam memberikan putusan," kata Jahja ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Kamis (20/6/2019).
Jahja menjelaskan BI perlu menahan dulu suku bunga acuan karena masih ada beberapa gejolak di dunia politik dalam negeri. Keputusan mengenai sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK) menimbulkan sedikit ketidakpastian.
"Sebenarnya kalau lihat eksternal ada tendensi untuk turun, The Fed juga harapannya sampai September turun 0,25%. Bergantung ketersediaan likuiditas pasar. saat ini LDR 94%. BI bagus kawal dengan REPO. Tetapi REPO untuk menjaga likuiditas jangka pendek," beber Jahja.
Di sisi lain ia juga mempertanyakan apakah Pemerintah tetap mengharapkan penyaluran kredit perbankan tumbuh tinggi sekali atau tidak. Tekanan likuiditas bisa turun karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menurunkan target penyaluran kredit menjadi 9%-11% dari 10%-12% di 2019.
"Tapi kemarin Pak Wimboh (Ketua Dewan Komisioner OJK) sudah memberi tanda sudah diturunkan 9%-11%. Dengan target kredit yang tidak terlalu agresif [tekanan] likuditas bisa turun," ujarnya.
Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) hari ini.
(roy/roy) Next Article Darmin: Kalau Tak Turun, Bunga BI Ketinggian
Most Popular