
Analisis Teknikal
Rupiah Mau Menguat Lagi? Tunggu BI Dulu
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 June 2019 13:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserves/The Fed yang bersikap dovish membuat dolar AS tertekan. Para pelaku pasar kini semakin yakin suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) akan dipangkas tahun ini.
Pada Kamis (20/6/2019) pukul 13:13 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.232, mengutip data dari Refinitiv.
Dalam pengumuman kebijakan moneter dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed membuka peluang untuk memangkas suku bunga acuan. Bank Sentral pimpinan Jerome Powell masih akan mengadakan rapat kebijakan moneter sebanyak empat kali di tahun ini, yakni di bulan Juli, September, dan Desember.
Sementara berdasarkan data FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat dalam empat bulan itu tidak ada satu pun probabilitas suku bunga tetap di 2,25% 2,5%. Pada Juli misalnya, probabilitas suku bunga urun menjadi 2% - 2,25% sebesar 69,8%, dan probabilitas suku bunga 1,75% - 2% adalah 30,2%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6%. Meski demikian sudah ada suara-suara yang meminta BI untuk menurunkan suku bunga acuan.
Jika BI menurunkan suku bunga atau membuka peluang lebih lebar terhadap pemangkasan, biasanya muncul efek sesaat dengan aksi buru rupiah karena spekulasi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik, meski daya saing produk investasi Indonesia semakin biasa saja karena yield obligasi Indonesia yang juga turun.
Dalam jangka menengah, kemungkinan pelemahan masih terbuka mengingat ada kemungkinan defisit transaksi berjalan yang membengkak akibat peningkatan impor untuk menunjang geliat perekonomian. Dalam kondisi sekarang, memacu ekonomi secara tidak langsung juga membuat impor meningkat.
Analisis Teknikal
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 5 hari (garis biru) dan di kisaran MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) kembali memasuki wilayah negatif yang memberikan gambaran sentimen bearish atau pelemahan dolar AS.
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam).
Indikator Stochastic sudah memasuki wilayah jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, sehingga membuka peluang technical rebound.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.215, selama tidak ditembus rupiah berpeluang terkoreksi ke area Rp 14.254. Jika mampu melewati level tersebut dan bergerak konsisten di atasnya, rupiah berpeluang melemah ke area Rp 14.295.
Sementara jika support berhasil ditembus, rupiah berpotensi menguat ke area Rp 14.180.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Pada Kamis (20/6/2019) pukul 13:13 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.232, mengutip data dari Refinitiv.
Dalam pengumuman kebijakan moneter dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed membuka peluang untuk memangkas suku bunga acuan. Bank Sentral pimpinan Jerome Powell masih akan mengadakan rapat kebijakan moneter sebanyak empat kali di tahun ini, yakni di bulan Juli, September, dan Desember.
Sementara berdasarkan data FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat dalam empat bulan itu tidak ada satu pun probabilitas suku bunga tetap di 2,25% 2,5%. Pada Juli misalnya, probabilitas suku bunga urun menjadi 2% - 2,25% sebesar 69,8%, dan probabilitas suku bunga 1,75% - 2% adalah 30,2%.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan kebijakan moneter pada hari ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI 7 Day Reverse Repo Rate masih bertahan di 6%. Meski demikian sudah ada suara-suara yang meminta BI untuk menurunkan suku bunga acuan.
Jika BI menurunkan suku bunga atau membuka peluang lebih lebar terhadap pemangkasan, biasanya muncul efek sesaat dengan aksi buru rupiah karena spekulasi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik, meski daya saing produk investasi Indonesia semakin biasa saja karena yield obligasi Indonesia yang juga turun.
Dalam jangka menengah, kemungkinan pelemahan masih terbuka mengingat ada kemungkinan defisit transaksi berjalan yang membengkak akibat peningkatan impor untuk menunjang geliat perekonomian. Dalam kondisi sekarang, memacu ekonomi secara tidak langsung juga membuat impor meningkat.
Analisis Teknikal
![]() Sumber: investing.com |
Melihat grafik harian, rupiah yang disimbolkan dengan USD/IDR kini berada di di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) 5 hari (garis biru) dan di kisaran MA20 /rerata 20 hari (garis merah). Indikator rerata pergerakan konvergen dan devergen (MACD) kembali memasuki wilayah negatif yang memberikan gambaran sentimen bearish atau pelemahan dolar AS.
![]() Sumber: investing.com |
Pada time frame 1 jam, rupiah bergerak di bawah MA 5 (rerata pergerakan 5 jam) dan MA 20 (rerata pergerakan 20 jam).
Indikator Stochastic sudah memasuki wilayah jenuh jual (oversold) dalam waktu yang cukup lama, sehingga membuka peluang technical rebound.
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.215, selama tidak ditembus rupiah berpeluang terkoreksi ke area Rp 14.254. Jika mampu melewati level tersebut dan bergerak konsisten di atasnya, rupiah berpeluang melemah ke area Rp 14.295.
Sementara jika support berhasil ditembus, rupiah berpotensi menguat ke area Rp 14.180.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Jaga Kestabilan Rupiah, BI-7 D RRR Diprediksi Sulit
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular