Terancam Default Surat Utang, Ini PR Proyek Jababeka

tahir saleh, CNBC Indonesia
08 July 2019 11:23
Harga saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) langsung amblas hingga 6,9%.
Foto: CNBC Indonesia TV
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) langsung amblas hingga 6,9% pada perdagangan sesi I, Senin ini (8/7/2019) setelah manajemen perseroan mengungkapkan adanya risiko gagal bayar atas Notes atau surat utang yang diterbitkan anak perusahaan.

Pada pukul 09.44 WIB, saham KIJA amblas 6,9% di level 296/saham dengan nilai transaksi Rp 3,68 miliar dan volume perdagangan 11,95 juta saham. Kendati pada pukul 10.46 WIB, penurunan berkurang menjadi minus 5,05% di level Rp 302/saham.

Manajemen KIJA dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) menegaskan adanya potensi gagal bayar (default) atas Notes anak usaha perseroan, Jababeka International BV, yang berbasis di Amsterdam, Belanda.


Kabar risiko default ini mengemuka setelah manajemen mengumumkan terjadi perubahan susunan direksi dan komisaris perusahaan dan perubahan pemegang saham.

Laporan keuangan Maret 2019, mencatat, saham perseroan paling besar dipegang Mu'Min Ali Gunawan 21,08% atau sebanyak 4.391.370.788. Nilai saham Mu'min Ali Gunawan (pemilik Grup Panin) mencapai Rp 1,29 triliun dengan asumsi harga saham KIJA pagi tadi, Rp 296/saham.
 
Islamic development Bank (IDB) sisanya memiliki sebesar 9,33%, Hadid Rahardja (komisaris) 2,80%, Setiawan Mardjuki (direktur) 0,16%, dan sisanya publik 61,23%. Lalu pada Mei lalu, saham IDB 10,93%, Mu'min 21,08%, dan PT Imakotama Investido 6,16%, dan lainnya atau publik 61,81%.

Namun sebelum pernyataan potensi default mengemuka, manajemen KIJA sebelumnya sudah mengungkapkan keyakinannya atas bisnis perusahaan tahun ini yang disampaikan pada paparan publik 26 Juni 2019 di Menara Batavia, Jakarta.

Materi paparan tersebut disampaikan 
oleh Muljadi Suganda (GM Corporate Secretary) dan Basuri Tjahaja Purnama (direktur perseroan).

Terungkap bahwa KIJA memang berencana membuat kawasan industri atau kota baru selain Kawasan Industri Jababeka di Cikarang, Jawa Barat, dan Kawasan Industri Kendal (KIP) yang sudah ada. KIP adalah kawasan industri terbesar di Jawa Tengah dengan luas proyek 2.200 hektare dan hasil joint venture dengan Sembcorp Development Ltd.

"Sesuai dengan visinya,perseroan ingin membangun kota-kota baru di setiap propinsi Indonesia dengan Kota Jababeka, Cikarang sebagai flagship-nya," kata manajemen, dalam dokumen paparan publik, dikutip CNBC Indonesia, Senin (8/7/2019).

Saat ini, Jababeka fokus pada pengembangan yang sedang berjalan yaitu KIP, Morotai dan Tanjung Lesung.

"Perseroan juga melalui tim Business Development melakukan beberapa studi dan site visit ke beberapa kota yang ingin dibangun dan mengkaji kelayakannya. Pengembangan kawasan tersebut juga mempertimbangkan kemampuan dan potensi daerah masing-masing, apakah sebagai kawasan berbasis industri manufaktur, pertambangan atau tourism," tulis Jababeka.

Manajemen juga mengungkapkan, dalam mengembangkan sebuah kota, perseroan juga akan membangun infrastruktur dan fasilitas yang dibutuhkan bagi industri dan penghuninya.

Namun tentunya disesuaikan secara bertahap sejalan dengan permintaan atau kebutuhan saat itu.

"Sebagai contoh KIP yang saat ini tenant-nya berjumlah 53 tenants [penyewa] dan tujuh di antaranya telah beroperasi, maka kebutuhan listriknya sementara dipenuhi dengan pasokan listrik dari PLN," tulis Jababeka.

"Jika nanti ke depannya, kebutuhan listriknya meningkat dan sudah memenuhi skala ekonomisnya dan secara business sense menjadi feasible, maka perseroan dapat membangun pembangkit listrik sendiri." 

Simak kinerja Jababeka di kuartal I-2019.

[Gambas:Video CNBC]

(hps) Next Article BEI Siap Panggil Manajemen Jababeka gegara Risiko Gagal Bayar

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular