
Genjot Produksi, Bayan Alokasikan Capex hingga Rp 1,8 T
tahir saleh, CNBC Indonesia
17 June 2019 16:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pertambangan batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mengalokasikan dana US$ 100 juta hingga US$ 130 juta atau setara dengan Rp 1,43 triliun-Rp 1,86 triliun untuk menopang ekspansi bisnis batu bara pada tahun ini.
Besaran belanja modal atau capital expenditure (capex) ini terungkap dalam dokumen paparan publik Bayan Resources yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat lalu (14/6). Capex tersebut dengan asumsi kurs Rp 14.300/US$.
Sebagai perbandingan, dokumen perseroan juga mengungkapkan capex Bayan pada 2018 sebesar US$ 80 juta hingga US$ 120 juta dan pada kuartal I-2019 ini dialokasikan US$ 48 juta. Laporan keuangan kuartal I-2019 mencatat, kas Bayan pada periode itu masih tercatat US$ 304,78 juta, naik dari periode yang sama 2018 yakni US$ 229,18 juta.
Perseroan akan menggelar paparan publik di Mercantile Athletic Club di Jakarta, pada Rabu 19 Juni mendatang. Adapun saham BYAN jelang penutupan sesi 2 Senin ini (17/6) masih stagnan di level Rp 17.150/saham dan sepekan terakhir minus 9,26%.
Produksi Naik
Dalam dokumen tersebut, manajemen Bayan mengungkapkan target produksi batu bara tahun ini mencapai 32-36 juta metrik ton, ini 25% naik dari realisasi produksi batu bara 2018 sebesar 28,9 juta ton.
Produksi batu bara dilakukan oleh enam anak usaha BYAN yakni Teguh Sinarabadi, Firman Ketaun Perkasa, Perkasa Inakakerta, Tabang Concessions, Gunung Bayan dan Wahana Baratama mining. Harga jual rata-rata untuk tahun ini dipatok antara US$ 46 hingga US$ 48 per metrik ton dan rasio pengupasan tanah (overburden) 4,5 hingga 5,1: 1.
Adapun volume penjualan batu bara BYAN pada 2019 ditargetkan mencapai 33-37 juta metrik ton, naik 31% dari realisasi penjualan 2018 sebesar 28,3 juta metrik ton.
Hingga triwulan I 2019, produksi batu bara BYAN mencapai 7,5 juta metrik ton, naik dari 4,6 juta metrik ton pada periode sama 2018. Volume penjualan batu bara juga naik menjadi 7,3 juta metrik ton pada periode itu, dari 6,6 juta metrik ton periode sama 2018. Kontrak penjualan batu bara BYAN hingga Maret sudah mencapai 31,3 juta metrik ton.
Tahun lalu, laba Bayan melonjak hingga 57% menjadi US$ 1,68 miliar, dari tahun sebelumnya US$ 1,07 miliar. Pendapatan terbesar dari penjualan batu bara pihak ketiga sebesar US$ 1,65 miliar dari sebelumnya US$ 1,04 miliar.
Ekspor terbanyak Bayan yakni ke dua klien, TNB Fuel Service Sdn Bhd dan Therma Luzon Inc. Adapun target pendapatan tahun 2019 ini ditetapkan US$ 1,5 miliar- US$ 1,8 miliar.
Namun terkoreksinya harga batu bara dunia mencapai 8% pada 3 bulan pertama tahun ini tampaknya menekan pos penjualan perusahaan.
Hingga akhir Maret 2019, total pendapatan perusahaan turun 10,44% year-on-year (YoY) menjadi US$ 365,42 juta. Padahal pada kuartal I-2018, pemasukan perusahaan mencapai US$ 408 juta atau setara Rp 5,88 triliun.
Pada kuartal I-2019, laba bersih BYAN anjlok 30,85% secara tahunan yang membuat perusahaan hanya mampu mengantongi keuntungan US$ 84,23 juta dari periode yang sama tahun lalu US$ 121,82 juta.
Perolehan laba bersih tersebut adalah capaian kuartalan terendah semenjak kuartal II-2017 yang membukukan keuntungan US$ 68,5 juta, menurut catatan Tim riset CNBC Indonesia.
(tas/prm) Next Article Transaksi Cuma Rp 4 Juta, Kapitalisasi Bayan Tergerus Rp 8 T
Besaran belanja modal atau capital expenditure (capex) ini terungkap dalam dokumen paparan publik Bayan Resources yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat lalu (14/6). Capex tersebut dengan asumsi kurs Rp 14.300/US$.
Sebagai perbandingan, dokumen perseroan juga mengungkapkan capex Bayan pada 2018 sebesar US$ 80 juta hingga US$ 120 juta dan pada kuartal I-2019 ini dialokasikan US$ 48 juta. Laporan keuangan kuartal I-2019 mencatat, kas Bayan pada periode itu masih tercatat US$ 304,78 juta, naik dari periode yang sama 2018 yakni US$ 229,18 juta.
Perseroan akan menggelar paparan publik di Mercantile Athletic Club di Jakarta, pada Rabu 19 Juni mendatang. Adapun saham BYAN jelang penutupan sesi 2 Senin ini (17/6) masih stagnan di level Rp 17.150/saham dan sepekan terakhir minus 9,26%.
Produksi Naik
Dalam dokumen tersebut, manajemen Bayan mengungkapkan target produksi batu bara tahun ini mencapai 32-36 juta metrik ton, ini 25% naik dari realisasi produksi batu bara 2018 sebesar 28,9 juta ton.
Produksi batu bara dilakukan oleh enam anak usaha BYAN yakni Teguh Sinarabadi, Firman Ketaun Perkasa, Perkasa Inakakerta, Tabang Concessions, Gunung Bayan dan Wahana Baratama mining. Harga jual rata-rata untuk tahun ini dipatok antara US$ 46 hingga US$ 48 per metrik ton dan rasio pengupasan tanah (overburden) 4,5 hingga 5,1: 1.
Adapun volume penjualan batu bara BYAN pada 2019 ditargetkan mencapai 33-37 juta metrik ton, naik 31% dari realisasi penjualan 2018 sebesar 28,3 juta metrik ton.
Tahun lalu, laba Bayan melonjak hingga 57% menjadi US$ 1,68 miliar, dari tahun sebelumnya US$ 1,07 miliar. Pendapatan terbesar dari penjualan batu bara pihak ketiga sebesar US$ 1,65 miliar dari sebelumnya US$ 1,04 miliar.
Ekspor terbanyak Bayan yakni ke dua klien, TNB Fuel Service Sdn Bhd dan Therma Luzon Inc. Adapun target pendapatan tahun 2019 ini ditetapkan US$ 1,5 miliar- US$ 1,8 miliar.
Namun terkoreksinya harga batu bara dunia mencapai 8% pada 3 bulan pertama tahun ini tampaknya menekan pos penjualan perusahaan.
Hingga akhir Maret 2019, total pendapatan perusahaan turun 10,44% year-on-year (YoY) menjadi US$ 365,42 juta. Padahal pada kuartal I-2018, pemasukan perusahaan mencapai US$ 408 juta atau setara Rp 5,88 triliun.
Pada kuartal I-2019, laba bersih BYAN anjlok 30,85% secara tahunan yang membuat perusahaan hanya mampu mengantongi keuntungan US$ 84,23 juta dari periode yang sama tahun lalu US$ 121,82 juta.
Perolehan laba bersih tersebut adalah capaian kuartalan terendah semenjak kuartal II-2017 yang membukukan keuntungan US$ 68,5 juta, menurut catatan Tim riset CNBC Indonesia.
(tas/prm) Next Article Transaksi Cuma Rp 4 Juta, Kapitalisasi Bayan Tergerus Rp 8 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular