Jelang Weekend, Perang Dagang & Harga Minyak Buat IHSG Loyo

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 June 2019 16:56
Rupiah Babak Belur, Investor Asing Tarik Dana
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Investor asing memegang peranan penting dalam membuat IHSG menutup pekan di zona merah. Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan jual bersih senilai Rp 159,9 miliar di pasar saham tanah air (pasar reguler).

Wajar jika aksi jual dilakukan oleh investor asing. Pasalnya, kinerja rupiah sedang tak mendukung. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,32% di pasar spot ke level 14.320/dolar AS. Kala rupiah melemah dengan signifikan, investor asing berpotensi menanggung yang namanya kerugian kurs.


Saham-saham yang banyak dilepas investor asing di antaranya: PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 81,7 miliar), PT Bank Danamon Tbk/BDMN (Rp 50 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 32,6 miliar), PT Perusahaan Gas Negara Tbk/PGAS (Rp 25,3 miliar), dan PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 25 miliar).

Melesatnya harga minyak mentah dunia menjadi faktor yang membebani kinerja mata uang Garuda. Pada perdagangan kemarin, Kamis (13/6/2019), harga minyak WTI dan Brent sama-sama melesat 2% lebih.

Harga minyak mentah dunia mendapatkan suntikan energi dari memanasnya situasi di timur tengah pasca dua buah kapal tanker yang tengah mengangkut naphta dan metanol diserang di perairan Fujairah, Selat Hormuz. Meskipun tidak ada korban jiwa dan muatan yang timpang, tetapi dua kapal tersebut terbakar dan rusak parah.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Iran sebagai dalang di balik penyerangan tersebut. Dirinya mengatakan bahwa kesimpulan tersebut diambil berdasarkan data intelijen, jenis senjata yang digunakan, dan tingkat kesulitan penyerangan.


Meskipun belakangan Iran menampik tuduhan tersebut, pelaku pasar menilai ketegangan ini akan berdampak buruk pada distribusi pasokan minyak global. Bila kondisi Timur Tengah semakin memanas, terlebih di Selat Hormuz, perusahaan-perusahaan kargo akan semakin takut untuk melakukan operasi pengiriman melalui wilayah tersebut.

Diketahui bahwa seperlima konsumsi minyak global didistribusikan melalui Selat Hormuz.

Tingginya harga minyak mentah dunia memantik kekhawatiran bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) Indonesia akan kian sulit diredam.

Sebagai informasi, CAD periode kuartal-I 2019 tercatat senilai US$ 7 miliar atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih dalam dari defisit periode yang sama tahun lalu (kuartal-I 2018) yang hanya senilai US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.


Jika berbicara mengenai rupiah, pos transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa). Hal ini berbeda dengan pos transaksi finansial (yang merupakan koponen pembentuk NPI lainnya) yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money. (ank/prm)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular