
Walau IHSG Loyo Sepanjang Tahun, Sektor Saham Ini Cuan Besar
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 June 2019 17:02

Sementara itu, apresiasi yang dibukukan sektor jasa keuangan banyak dimotori oleh aksi beli investor atas saham-saham yang masuk dalam kategori Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 4 (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun).
Sepanjang tahun ini, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) meroket 12%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melejit 11,9%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 4,1%.
Terlepas dari kinerja keuangan yang cenderung mengecewakan, saham-saham bank BUKU 4 tetap saja dikoleksi investor. Dari sisi laba bersih, ada satu yang mampu melampaui ekspektasi analis, sementara dua lainnya tak mampu memenuhi ekspektasi.
Laba bersih BMRI pada 3 bulan pertama tahun ini tercatat senilai Rp 7,23 triliun, di atas konsensus yang dihimpun Refinitiv senilai Rp 6,82 triliun.
Sementara itu, laba bersih BBRI pada kuartal-I 2019 tercatat senilai Rp 8,2 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 8,61 triliun. Untuk BBCA, laba bersih perusahaan tercatat senilai Rp 6,06 triliun, juga di bawah konsensus yang senilai Rp 6,18 triliun.
Walaupun laba bersihnya bervariasi (ada yang mampu melampaui ekspektasi dan tidak), tiga bank yang masuk dalam kategori BUKU 4 tersebut memiliki kesamaan: pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) berada di bawah ekspektasi analis.
Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, NII BMRI tercatat senilai Rp 14,38 triliun, di bawah ekspektasi yang sebesar Rp 14,5 triliun. Pada kuartal-I 2019, BBRI mencatatkan NII senilai Rp 19,41 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 20,42 triliun. Sementara untuk BBCA, NII tercatat senilai Rp 11,99 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 12,07 triliun.
Hasil dari gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) periode 2019 menjadi salah satu faktor yang melandasi aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4.
Seperti yang diketahui, pada 22 Mei lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang dalam gelaran Pilpres.
"Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin 85.607.362 suara. Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 68.650.239 suara," ujar Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (21/5/2019), dilansir dari detik.com.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun Pilpres, dengan catatan bahwa hasil Pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Untuk Pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin ketimbang pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Ini artinya, upside dari IHSG di sisa tahun ini masih sangat besar, lantaran per 31 Mei IHSG baru menguat 0,24% secara year-to-date.
Sektor jasa keuangan merupakan sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam IHSG. Per akhir 2018, sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 31% terhadap kapitalisasi pasar IHSG. Lantas, ketika ada ekspektasi bahwa IHSG akan melesat (merespons hasil Pilpres), otomatis pelaku pasar berpikir bahwa saham-saham sektor jasa keuangan lah yang akan menjadi motor utamanya.
Akibatnya, aksi beli atas saham-saham dari sektor jasa keuangan dilakukan, mendorong harganya bergerak ke atas. Di pasar keuangan, hal ini disebut sebagai self-fulfilling prophecy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Sepanjang tahun ini, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) meroket 12%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melejit 11,9%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menguat 4,1%.
Terlepas dari kinerja keuangan yang cenderung mengecewakan, saham-saham bank BUKU 4 tetap saja dikoleksi investor. Dari sisi laba bersih, ada satu yang mampu melampaui ekspektasi analis, sementara dua lainnya tak mampu memenuhi ekspektasi.
Laba bersih BMRI pada 3 bulan pertama tahun ini tercatat senilai Rp 7,23 triliun, di atas konsensus yang dihimpun Refinitiv senilai Rp 6,82 triliun.
Sementara itu, laba bersih BBRI pada kuartal-I 2019 tercatat senilai Rp 8,2 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 8,61 triliun. Untuk BBCA, laba bersih perusahaan tercatat senilai Rp 6,06 triliun, juga di bawah konsensus yang senilai Rp 6,18 triliun.
Walaupun laba bersihnya bervariasi (ada yang mampu melampaui ekspektasi dan tidak), tiga bank yang masuk dalam kategori BUKU 4 tersebut memiliki kesamaan: pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) berada di bawah ekspektasi analis.
Sepanjang 3 bulan pertama tahun ini, NII BMRI tercatat senilai Rp 14,38 triliun, di bawah ekspektasi yang sebesar Rp 14,5 triliun. Pada kuartal-I 2019, BBRI mencatatkan NII senilai Rp 19,41 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 20,42 triliun. Sementara untuk BBCA, NII tercatat senilai Rp 11,99 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 12,07 triliun.
Hasil dari gelaran Pemilihan Presiden (Pilpres) periode 2019 menjadi salah satu faktor yang melandasi aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4.
Seperti yang diketahui, pada 22 Mei lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi mengumumkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin sebagai pemenang dalam gelaran Pilpres.
"Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin 85.607.362 suara. Jumlah suara sah pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 68.650.239 suara," ujar Komisioner KPU Evi Novida Ginting Manik di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (21/5/2019), dilansir dari detik.com.
Jika berkaca kepada sejarah, IHSG selalu memberikan imbal hasil yang menggiurkan di tahun Pilpres, dengan catatan bahwa hasil Pilpres sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi (putaran 2).
![]() |
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Untuk Pilpres edisi 2019, mayoritas lembaga survei memang sebelumnya menjagokan pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin ketimbang pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Ini artinya, upside dari IHSG di sisa tahun ini masih sangat besar, lantaran per 31 Mei IHSG baru menguat 0,24% secara year-to-date.
Sektor jasa keuangan merupakan sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam IHSG. Per akhir 2018, sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 31% terhadap kapitalisasi pasar IHSG. Lantas, ketika ada ekspektasi bahwa IHSG akan melesat (merespons hasil Pilpres), otomatis pelaku pasar berpikir bahwa saham-saham sektor jasa keuangan lah yang akan menjadi motor utamanya.
Akibatnya, aksi beli atas saham-saham dari sektor jasa keuangan dilakukan, mendorong harganya bergerak ke atas. Di pasar keuangan, hal ini disebut sebagai self-fulfilling prophecy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular