IHSG Cenderung Landai Sejak Awal Tahun, Ini Penyebabnya

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
10 June 2019 11:54
Hingga berita ini dimuat IHSG berhasil melesat 1,63% menjadi 6.310,19 poin. Ini berarti, sepanjang tahun berjalan bursa saham acuan tanah air menguat 1,87%.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Terhitung per akhir Mei 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mampu mencatatkan penguatan 0,24% YTD ke 6.209,12 poin.

Akan tetapi, setelah rehat yang cukup lama dari libur lebaran, hingga berita ini dimuat IHSG berhasil melesat 1,63% menjadi 6.310,19 poin. Ini berarti, sepanjang tahun berjalan bursa saham acuan tanah air menguat 1,87%.



Pada dasarnya, pada awal tahun ini, IHSG sempat menyentuh level 6.889,29 poin atau naik 5,25% dibandingkan harga penutupan akhir tahun lalu. Tren penguatan bursa acuan Indonesia kemudian mulai terkikis dipengaruhi oleh sentimen perlambatan ekonomi global dan situasi politik dalam negeri.

Namun, keadaan mulai membaik setelah kisruh politik dalam negeri yang mereda dan dinaikkannya peringkat utang Ibu Pertiwi dari 'BBB-' menjadi 'BBB" oleh Standard & Poor's. Hal ini membuat, arys modal mengalir deras ke pasar keuangan dalam negeri.

Terlebih lagi, optimisme terkait perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Meksiko yang telah mencapai kesepakatan, lalu harapan bahwa Bank Sentral AS/The Fed akan memangkas suku bunga acuan menjadi pelumas yang mendorong laju IHSG awal pekan ini.

Lebih lanjut, jika ditilik lebih detil, indeks sektoral yang membatasi penguatan bursa saham utama Indonesia hingga akhir Mei 2019 adalah indeks sektor infrastruktur (-7,77%) keuangan (-6,18%), konstruksi (-2,46%), dan perdagangan (1,83%).

Sementara indeks sektoral yang menjadi aktor kunci dalam penguatan IHSG adalah indeks sektor barang konsumen dan manufaktur, mempertimbangkan bobot kapitalisasi pasar.


Emiten-emiten sektor infrastruktur menjadi kurang diminati karena beberapa proyek pembangunan hampir rampung, yang berarti berkurangnya arus pemasukan. Selain itu pemilihan umum (Pemilu) presiden juga membuat investor waspada, apakah ke depannya infrastruktur masih akan menjadi fokus pemerintah atau tidak.

Sedangkan sentimen untuk indeks sektor keuangan dan perdagangan lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global, terutama terkait dengan perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia yang tidak mengindikasikan tanda-tanda mereda.

Akan tetapi, tampaknya kondisi akan segera berbalik, terutama untuk indeks sektor keuangan. Hingga berita ini dimuat, indeks sektor keuangan menguat 2,54% ke level 1.284,94 poin.

Emiten-emiten keuangan Tanah Air melaju didorong peluang bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga yang semakin besar. Melansir CME Fedwatch, probabilitas Federal Funds Rate bertahan di level yang sekarang (2,25-2,5%) pada akhir tahun hanya 1,4%.

Jika The Fed memangkas suku bunga, maka tidak menutup kemungkinan Bank Indonesia akan melakukan tindakan yang sama.

Rendahnya suku bunga akan membuat margin bunga bersih semakin melebar, yang berarti pendapatan yang lebih tinggi bagi emiten di sektor keuangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Empat Faktor Ini Bakal Jadi Sentimen Kuat Pasar di Kuartal II

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular