9 Bulan IHSG Merah, Tapi Infrastruktur & Properti Bisa Hijau

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
02 October 2019 11:51
tetapi ada beberapa sektor yang berhasil menancapkan kaki di zona hijau.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki kuartal terakhir tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum berhasil ke zona hijau, tetapi ada beberapa sektor yang berhasil menancapkan kaki di zona hijau.

Jika tren penurunan konsisten berlanjut hingga akhir tahun, bukan tidak mungkin di tahun 2019 IHSG gagal membukukan imbal hasil positif. Pasalnya, hingga penghujung kuartal ketiga tahun ini, bursa saham utama Indonesia sudah melemah 0,41%.

Meskipun IHSG tercatat melemah terbatas, terdapat beberapa indeks sektoral yang mampu menorehkan imbal hasil positif, di antaranya indeks sektor infrastruktur (15,17%), indeks sektor konstruksi & properti (11,11%), indeks sektor keuangan (5,88%), dan indeks sektor perdagangan (2,12%).

Saham-saham yang masuk kategori sektor infrastruktur diburu oleh para investor seiring dengan ekspektasi pasar bahwa pemerintah Indonesia akan kembali fokus untuk melanjutkan proyek pembangunan. Hal ini didukung dari fakta atas terpilihnya petahana Presiden Joko Widodo untuk periode pemerintahan 2019-2024.

Foto: CNBC Indonesia/Dwi Ayunintyas


Saham di sektor infrastruktur yang menorehkan imbal hasil tertinggi termasuk PT Dewata Freightinternational Tbk/DEAL (191,59%), PT Smartfren Telecom Tbk/FREN (115,19%), PT Adi Sarana Armada Tbk/ASSA (111,23%).

Kemudian jika ditilik lebih rinci, emiten yang bergerak di sektor telekomunikasi banyak yang mendominasi jajaran top gainers di sektor infrastruktur, seperti PT XL Axiata Tbk/EXCL (73,74%), PT Indosat Tbk/ISAT (73,25%), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk/TBIG (73,52%).

Sedangkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) hanya menguat 15,15%. Namun, karena TLKM merupakan saham dengan kapitalisasi terbesar, maka meski tidak naik signifikan pergerakan sahamnya tetap memberikan kontribusi yang besar.

Sementara itu, jawara imbal hasil di sektor konstruksi & properti mayoritas dipegang oleh saham emiten pengembang properti, yakni PT Pollux Properti Indonesia Tbk/POLL (252,34%), PT Puradelta Lestari Tbk/DMAS (78,48%), dan PT Agung Podomoro Land Tbk/APLN (67,11%).

Tampaknya pelonggaran kebijakan atau aturan untuk industri properti membuat investor optimis terkait prospek bisnis perusahaan. Pelonggaran kebijakan yang dimaksud seperti rencana pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), menghapus ketentuan pajak progresif bagi pemilik lahan yang lebih dari satu bidang, dan relaksasi atas Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) dengan menaikkan nilai threshold-nya menjadi di atas Rp 30 miliar.

Lebih lanjut, sektor keuangan atraktif di mata pelaku pasar seiring dengan keputusan Bank Indonesia yang telah menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate hingga 75 basis poin tahun ini.

Selain itu, Lembaga riset global Fitch Solutions (Fitch) memproyeksi BI akan terus memangkas suku bunga acuan hingga menyentuh level 4,25% di akhir tahun 2020. Hal ini mengingat tingkat pertumbuhan ekonomi yang tidak mencapai target dan laju inflasi yang terbilang 'jinak'.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/dwa) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular