Rating Utang RI Jadi BBB: Arus Modal Masuk, Rupiah Menguat!

Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
31 May 2019 16:30
Indonesia mendapatkan kembali rating BBB dari lembaga pemeringkat S&P. Lembaga ini dikenal paling konservatif.
Foto: File Photo: Gedung Standard & Poor's di distrik keuangan New York 5 Februari 2013. REUTERS / Brendan McDermid
Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia mendapatkan kembali rating BBB dari lembaga pemeringkat S&P. Lembaga ini dikenal paling konservatif.

Hari ini Jumat (31/5/2019) S&P menaikkan peringkat surat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB dengan proyeksi (outlook) stabil.

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengungkapkan saat ini memang rupiah masih tertekan. Namun kabar S&P cukup positif ke depannya.

"Di tengah terjadinya Risk Off di pasar keuangan global karena semakin ter-eskalasinya sengketa dagang, AS China membuat Rupiah terus dalam tekanan pelemahan," kata Nanang kepada CNBC Indonesia, Jumat (31/5/2019).



"BI selama ini dengan instrumen yang dimiliki terus berupaya keras agar Rupiah tidak melemah terlalu tajam sehingga market confidence tetap terjaga."

"Dengan dinaikkannya sovereign credit rating Indonesia, akan mendorong arus modal masuk ke pasar keuangan Indonesia, menjadi penopang kestabilan Rupiah," tegas Nanang.

Dalam laporannya, S&P menegaskan bahwa salah satu faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan dukungan kebijakan otoritas yang diyakini akan tetap berlanjut pasca-terpilihnya kembali Presiden Joko Widodo. Selain itu, perbaikan sovereign credit rating Indonesia juga didukung oleh utang pemerintah yang relatif rendah dan kinerja fiskal yang cukup baik.

Ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang memiliki tingkat pendapatan yang sama (peers). Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah telah efektif mendukung pembiayaan publik yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi yang berimbang.



Secara rata-rata dalam 10 tahun terakhir, pendapatan riil per kapita Indonesia tumbuh meyakinkan sebesar 4,1%, jauh lebih tinggi daripada negara peers yang tercatat rata-rata sebesar 2,2%. Hal ini menunjukkan dinamika ekonomi Indonesia yang konstruktif di tengah lingkungan eksternal yang penuh tantangan dalam beberapa tahun terakhir.

Lebih lanjut, konsumsi merupakan kontributor utama terhadap pertumbuhan PDB diikuti oleh investasi sebagai kontributor yang cukup besar selama lima tahun terakhir. Tren ini dinilai akan terus berlanjut jika pemerintahan Presiden Joko Widodo melanjutkan komitmennya untuk meningkatkan investasi di bidang infrastruktur dan sumber daya manusia.

Di sisi fiskal, rasio utang Pemerintah diperkirakan stabil selama beberapa tahun ke depan sebagai cerminan dari proyeksi keseimbangan fiskal yang juga stabil. Rasio utang pemerintah terhadap PDB diperkirakan tetap sehat di bawah 30% seiring dengan terjaganya defisit fiskal dan pertumbuhan PDB.

Di sisi eksternal, keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 175 bps dianggap sebagai kebijakan yang proactive sehingga Indonesia mampu mengatasi risiko yang bersumber dari kerentanan eksternal. Selain itu, S&P juga meyakini bahwa Indonesia tidak menghadapi extraordinary risk terhadap pemburukan pembiayaan eksternal karena didukung oleh akses terhadap pasar keuangan yang kuat dan berkelanjutan serta arus masuk PMA dalam beberapa tahun terakhir di tengah volatilitas eksternal yang cukup tajam.

S&P sebelumnya mempertahankan peringkat Indonesia pada level BBB-/outlook Stabil (Investment Grade) pada 31 Mei 2018.




(dru) Next Article Jokowi dan 24 Tahun Penantian Rating Utang S&P Jadi BBB

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular