Jokowi 2 Periode, S&P Naikkan Peringkat Indonesia Jadi BBB
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
31 May 2019 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat global, Standard & Poors (S&P), Jumat (31/5/2019) menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi 'BBB' dari 'BBB-'. S&P juga meningkatkan rating utang sovereign jangka pendek dari 'A-2' ke 'A-3'.
Melansir laporan 31 Mei 2019, peringkat 'BBB' diberikan karena Indonesia mampu menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kokoh didukung oleh kebijakan fiskal yang pruden. S&P memproyeksi kondisi ini akan terus berlanjut dengan terpilihnya kembali Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden Indonesia untuk periode 2019-2022.
Dalam laporannya, S&P menuliskan bahwa perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih cepat daripada rekan-rekannya di tingkat pendapatan yang sama.
Pertumbuhan riil per kapital Produk Domestik Bruto (PDB) Ibu Pertiwi mencapai 4,1% (rata-rata tertimbang 10 tahun). Sedangkan negara lain dengan tingkat pendapatan yang sama rata-rata hanya tumbuh 2,2%. Ini sungguh prestasi yang mengesankan, menurut lembaga yang bermarkas di New York, Amerika Serikat (AS), itu.
Di sisi lain, capaian tersebut juga menunjukkan kebijakan yang disusun pemerintah efektif dalam menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi eksternal yang menantang dalam beberapa tahun terakhir.
Lebih lanjut, dengan terpilihnya kembali Jokowi, S&P memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan sangat bergantung pada tingkat konsumsi domestik dan jumlah investasi yang digelontorkan di bidang investasi dan sumber daya manusia (SDA).
Sementara itu, beban utang Indonesia juga diestimasi stabil di bawah 30% PDB. Selain itu, defisit fiskal akan konsisten di bawah 2% dari PDB untuk 4 tahun ke depan
Ini karena setelah pelaksanaan pemilihan umum (pemilu), S&P meyakini beberapa subsidi yang tersisa dapat dibatalkan atau dikurangi, yang dapat mendongkrak performa fiskal. Hal ini akhirnya dapat meningkatkan alokasi anggaran untuk mendukung investasi pada proyek infrastruktur dan SDA yang merupakan program kerja Jokowi di periode keduanya.
Di lain pihak, Bank Indonesia juga memiliki peran yang sangat penting untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi karena bank sentral semakin mengedepankan mekanisme pasar dalam kebijakan moneter. Salah satu kebijakan yang memprioritaskan mekanisme pasar terlihat dari kebijakan nilai tukar yang fleksibel, seperti dengan menaikkan suku bunga sampai 175 bps tahun lalu.
Sebagai informasi tambahan, S&P dapat kembali menaikkan peringkat utang Indonesia jika kebijakan fiskal membaik, sehingga akan mampu mendukung penurunan tingkat utang menjadi di bawah 1% dari PDB untuk dua tahun ke depan.
Sebaliknya, peringkat dapat diturunkan jika dalam 2 tahun pertumbuhan ekonomi melambat atau bila terlihat pelemahan pada posisi fiskal Tanah Air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/prm) Next Article Mantap! S&P Naikkan Rating Utang Indonesia Jadi BBB
Melansir laporan 31 Mei 2019, peringkat 'BBB' diberikan karena Indonesia mampu menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kokoh didukung oleh kebijakan fiskal yang pruden. S&P memproyeksi kondisi ini akan terus berlanjut dengan terpilihnya kembali Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden Indonesia untuk periode 2019-2022.
Dalam laporannya, S&P menuliskan bahwa perekonomian Indonesia berhasil tumbuh lebih cepat daripada rekan-rekannya di tingkat pendapatan yang sama.
Di sisi lain, capaian tersebut juga menunjukkan kebijakan yang disusun pemerintah efektif dalam menjaga pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi eksternal yang menantang dalam beberapa tahun terakhir.
Lebih lanjut, dengan terpilihnya kembali Jokowi, S&P memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan sangat bergantung pada tingkat konsumsi domestik dan jumlah investasi yang digelontorkan di bidang investasi dan sumber daya manusia (SDA).
Sementara itu, beban utang Indonesia juga diestimasi stabil di bawah 30% PDB. Selain itu, defisit fiskal akan konsisten di bawah 2% dari PDB untuk 4 tahun ke depan
Ini karena setelah pelaksanaan pemilihan umum (pemilu), S&P meyakini beberapa subsidi yang tersisa dapat dibatalkan atau dikurangi, yang dapat mendongkrak performa fiskal. Hal ini akhirnya dapat meningkatkan alokasi anggaran untuk mendukung investasi pada proyek infrastruktur dan SDA yang merupakan program kerja Jokowi di periode keduanya.
Di lain pihak, Bank Indonesia juga memiliki peran yang sangat penting untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi karena bank sentral semakin mengedepankan mekanisme pasar dalam kebijakan moneter. Salah satu kebijakan yang memprioritaskan mekanisme pasar terlihat dari kebijakan nilai tukar yang fleksibel, seperti dengan menaikkan suku bunga sampai 175 bps tahun lalu.
Sebagai informasi tambahan, S&P dapat kembali menaikkan peringkat utang Indonesia jika kebijakan fiskal membaik, sehingga akan mampu mendukung penurunan tingkat utang menjadi di bawah 1% dari PDB untuk dua tahun ke depan.
Sebaliknya, peringkat dapat diturunkan jika dalam 2 tahun pertumbuhan ekonomi melambat atau bila terlihat pelemahan pada posisi fiskal Tanah Air.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/prm) Next Article Mantap! S&P Naikkan Rating Utang Indonesia Jadi BBB
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular