
S&P Upgrade Rating RI, Siap-siap Kebanjiran Dana Asing
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
31 May 2019 15:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) untuk menaikkan peringkat utang Indonesia satu tingkat menjadi BBB atau satu notch di atas layak investasi, menjadi pertanda baik bagi pasar keuangan dalam negeri.
Keputusan S&P ini datang lebih dulu dibandingkan dua lembaga lainnya dalam The Big Three. Padahal, lembaga ini biasanya yang paling belakang menaikkan ratingnya.
"Kami memandang hal ini sebagai pernyataan kuat bahwa daya saing dunia usaha Indonesia dan pembangunan infrastruktur bisa jadi tengah membuat kemajuan yang lebih cepat daripada apa yang tertera di atas kertas," menurut analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dalam catatan risetnya, Jumat (31/5/2019).
Selain itu, pemilihan waktu pengumuman S&P itu menggambarkan bahwa lembaga tersebut memperkirakan Indonesia akan mampu bertahan di tengah melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan meningkatnya langkah-langkah proteksionisme di seluruh dunia, tambahnya.
"Alih-alih, Indonesia dapat menjadi relatif lebih menarik dan bertransformasi menjadi safe haven bagi para fund manajer global yang ingin menempatkan investasinya di pasar negara berkembang," kata Satria.
"Akibatnya, saham-saham dan aset pendapatan tetap dalam rupiah sepertinya akan mengalami kenaikan permintaan yang signifikan dalam waktu dekat," lanjutnya.
Dalam jangka panjang, Bahana memperkirakan kenaikan peringkat dari S&P ini dapat melanjutkan arus modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia. Bahana juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini berada di kisaran 5% telah menyentuh posisi terendahnya dan dapat naik tajam dalam beberapa tahun ke depan.
Sebagian besar dari pendorong pertumbuhan di 2019 dan seterusnya adalah penyelesaian dan pengembangan proyek-proyek infrastruktur yang telah menjadi fokus kerja Presiden Joko Widodo.
"Dalam jangka pendek, kenaikan rating S&P ini akan membuat perusahaan dalam negeri dapat mencari modal dengan biaya yang lebih rendah," tulis Satria.
"Ini juga akan mendorong pertumbuhan PDB, menarik lebih banyak arus modal masuk, dan menekankan kembali posisi keseimbangan eksternal Indonesia," tegasnya.
(dob) Next Article Ternyata S&P Incar Porsi Saham Minoritas di Pefindo
Keputusan S&P ini datang lebih dulu dibandingkan dua lembaga lainnya dalam The Big Three. Padahal, lembaga ini biasanya yang paling belakang menaikkan ratingnya.
"Kami memandang hal ini sebagai pernyataan kuat bahwa daya saing dunia usaha Indonesia dan pembangunan infrastruktur bisa jadi tengah membuat kemajuan yang lebih cepat daripada apa yang tertera di atas kertas," menurut analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro dalam catatan risetnya, Jumat (31/5/2019).
"Alih-alih, Indonesia dapat menjadi relatif lebih menarik dan bertransformasi menjadi safe haven bagi para fund manajer global yang ingin menempatkan investasinya di pasar negara berkembang," kata Satria.
"Akibatnya, saham-saham dan aset pendapatan tetap dalam rupiah sepertinya akan mengalami kenaikan permintaan yang signifikan dalam waktu dekat," lanjutnya.
Dalam jangka panjang, Bahana memperkirakan kenaikan peringkat dari S&P ini dapat melanjutkan arus modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia. Bahana juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini berada di kisaran 5% telah menyentuh posisi terendahnya dan dapat naik tajam dalam beberapa tahun ke depan.
Sebagian besar dari pendorong pertumbuhan di 2019 dan seterusnya adalah penyelesaian dan pengembangan proyek-proyek infrastruktur yang telah menjadi fokus kerja Presiden Joko Widodo.
"Dalam jangka pendek, kenaikan rating S&P ini akan membuat perusahaan dalam negeri dapat mencari modal dengan biaya yang lebih rendah," tulis Satria.
"Ini juga akan mendorong pertumbuhan PDB, menarik lebih banyak arus modal masuk, dan menekankan kembali posisi keseimbangan eksternal Indonesia," tegasnya.
(dob) Next Article Ternyata S&P Incar Porsi Saham Minoritas di Pefindo
Most Popular