China-AS Makin Hot, Harga Obligasi 3 Negara Maju Melesat!

tahir saleh & Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
31 May 2019 17:33
Memanasnya perang dagang China-Amerika Serikat membuat harga obligasi pemerintah tiga negara maju semakin menguat.
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Jakarta, CNBC Indonesia - Memanasnya perang dagang China-Amerika Serikat membuat harga obligasi pemerintah tiga negara maju semakin menguat dan membuat tingkat imbal hasilnya (yield) turun hingga level yang setidaknya menyamai posisi 2017.

Konflik kedua negara penggerak utama ekonomi dunia tersebut meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar global, sehingga membuat investor memburu instrumen obligasi pemerintah negara maju. Minat investor itu pun membuat permintaan obligasi naik dan mendorong harga ke atas.
 

Ketiga instrumen utang itu adalah US Treasury di pasar AS, Japan Government Bond (JGB) di Jepang, dan bund di Jerman yang bertenor 10 tahun, seri paling umum dijadikan acuan bagi investorUS Treasury, JGB, dan bund masing-masing adalah sebutan bagi surat utang negara AS, Jepang, dan Jerman. 

Penguatan harga ketiga instrumen itu membuat yield-nya turun.

Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder obligasi, di mana yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Yield US Treasury turun hingga 2,18%, terendah sejak 12 September 2017, yield JGB turun hingga -0,095% yang menjadi level terendah sejak 16 Agustus 2016, dan yield bund Jerman turun hingga -0,169% yang terendah sejak 8 Juli 2016.  


 






Turunnya yield di pasar US Treasury terutama di tenor lebih panjang memperpanjang inversi bagi tenor 3 bulan-10 tahun.  

Bahkan, inversi di kedua tenor yang menjadi perhatian utama investor global tersebut sudah semakin besar yaitu mencapai 20 bps, terdalam sepanjang krisis finansial, kutip CNBC.com. 

Selisih terbalik tersebut menyebabkan investor mengharapkan adanya premium 20 bps untuk memegang US Treasury 3 bulan dibanding tenor 10 tahun, padahal tenor 10 tahun lebih panjang dan normalnya lebih berisiko daripada tenor lebih pendek.  



Selain membuat spread semakin lebar, kondisi perang dagang turut membuat yield obligasi negara Belanda turun hingga di bawah 0, atau menjadi negatif.  

Kondisi turunnya yield obligasi tersebut ke -0,014% berarti sudah menyentuh level terendah sejak 28 September 2016.     




TIM RISET CNBC INDONESIA



(irv) Next Article Lelang SUN Siang Ini, Hati-hati Aksi Cornering!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular