
Lelang SUN Siang Ini, Hati-hati Aksi Cornering!
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 February 2019 11:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang lelang rutin siang ini, Selasa (26/2/2019), harga surat utang negara (SUN) di pasar sekunder relatif bergerak terkoreksi meskipun dibanjiri sentimen positif dari damai dagang Amerika Serikat (AS) dan China di pasar global.
Turunnya harga SUN seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan, menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0077 bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,2 basis poin (bps) menjadi 7,88%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan yang menguat juga adalah seri FR0068 bertenor 15 tahun, sedangan seri acuan 5 tahun dan 20 tahun masih terkoreksi.
Siang ini, pemerintah akan menggelar lelang rutin 5 seri SUN konvensional dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp 30 triliun. Menjelang lelang, pelaku pasar lumrah membentuk harga pasar yang terkoreksi dan membuat yield pasar naik.
Langkah itu bertujuan membuat pemerintah tersudut (cornering) dan melepas SUN dalam lelang dengan yield yang mirip dengan posisi di pasar. Yield yang tinggi dalam lelang berarti naiknya diskon yang diberikan pemerintah kepada peserta lelang.
Sumber: Refinitiv
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 523 bps relatif sama dengan posisi kemarin. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,65% dari posisi kemarin 2,66%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun dengan 5 tahun, yaitu kondisi di mana yield seri lebih pendek lebih tinggi dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih memilih US Treasury seri panjang ketimbang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan krisis.
Sumber: Refinitiv
Rekor Asing Lagi
Penguatan pasar yang terjadi di pasar SUN sekunder kemarin terjadi disertai aliran masuk dana investor asing ke pasar obligasi rupiah domestik.
Kemarin, nilai kepemilikan investor asing kembali capai rekor tertinggi sepanjang masa yaitu Rp 932,83 triliun, atau 37,84% dari total SBN beredar Rp 2.464 triliun berdasarkan data per 25 Februari.
Nilai tersebut melampaui rekor sebelumnya yang tercipta pada 18 Februari senilai Rp 931,83 triliun. Angka kepemilikan asing yang mencetak rekor itu masih positif atau bertambah Rp 39,59 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di pasar India, Singapura, Thailand, dan Afrika Selatan. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar US Treasury di AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Pidato Gubernur The Fed Bakal Picu Harga SUN Naik
Turunnya harga SUN seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan, menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0077 bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,2 basis poin (bps) menjadi 7,88%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri acuan yang menguat juga adalah seri FR0068 bertenor 15 tahun, sedangan seri acuan 5 tahun dan 20 tahun masih terkoreksi.
Siang ini, pemerintah akan menggelar lelang rutin 5 seri SUN konvensional dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp 30 triliun. Menjelang lelang, pelaku pasar lumrah membentuk harga pasar yang terkoreksi dan membuat yield pasar naik.
Langkah itu bertujuan membuat pemerintah tersudut (cornering) dan melepas SUN dalam lelang dengan yield yang mirip dengan posisi di pasar. Yield yang tinggi dalam lelang berarti naiknya diskon yang diberikan pemerintah kepada peserta lelang.
Yield Obligasi Negara Acuan 26 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 25 Feb 2019 (%) | Yield 26 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 25 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.711 | 7.723 | 1.20 | 7.6835 |
FR0078 | 10 tahun | 7.898 | 7.881 | -1.70 | 7.8508 |
FR0068 | 15 tahun | 8.219 | 8.218 | -0.10 | 8.17 |
FR0079 | 20 tahun | 8.308 | 8.314 | 0.60 | 8.273 |
Avg movement | 0.00 |
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 523 bps relatif sama dengan posisi kemarin. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,65% dari posisi kemarin 2,66%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun dengan 5 tahun, yaitu kondisi di mana yield seri lebih pendek lebih tinggi dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih memilih US Treasury seri panjang ketimbang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan krisis.
Yield US Treasury Acuan 26 Feb 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 25 Feb 2019 (%) | Yield 26 Feb 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.44 | 2.464 | 3 bulan-5 tahun | 0.7 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.5 | 2.488 | 2 tahun-5 tahun | 3.1 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.464 | 2.456 | 3 tahun-5 tahun | -0.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.474 | 2.457 | 3 bulan-10 tahun | -18.6 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.655 | 2.65 | 2 tahun-10 tahun | -16.2 |
Rekor Asing Lagi
Penguatan pasar yang terjadi di pasar SUN sekunder kemarin terjadi disertai aliran masuk dana investor asing ke pasar obligasi rupiah domestik.
Kemarin, nilai kepemilikan investor asing kembali capai rekor tertinggi sepanjang masa yaitu Rp 932,83 triliun, atau 37,84% dari total SBN beredar Rp 2.464 triliun berdasarkan data per 25 Februari.
Nilai tersebut melampaui rekor sebelumnya yang tercipta pada 18 Februari senilai Rp 931,83 triliun. Angka kepemilikan asing yang mencetak rekor itu masih positif atau bertambah Rp 39,59 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di pasar India, Singapura, Thailand, dan Afrika Selatan. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 25 Feb 2019 (%) | Yield 26 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.93 | 8.99 | 6.00 |
China | 3.178 | 3.203 | 2.50 |
Jerman | 0.103 | 0.105 | 0.20 |
Perancis | 0.526 | 0.527 | 0.10 |
Inggris | 1.175 | 1.185 | 1.00 |
India | 7.605 | 7.584 | -2.10 |
Italia | 2.765 | 2.774 | 0.90 |
Jepang | -0.034 | -0.032 | 0.20 |
Malaysia | 3.893 | 3.896 | 0.30 |
Filipina | 6.333 | 6.346 | 1.30 |
Rusia | 8.38 | 8.4 | 2.00 |
Singapura | 2.17 | 2.166 | -0.40 |
Thailand | 2.505 | 2.495 | -1.00 |
Turki | 14.59 | 14.62 | 3.00 |
Amerika Serikat | 2.673 | 2.65 | -2.30 |
Afrika Selatan | 8.695 | 8.69 | -0.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Pidato Gubernur The Fed Bakal Picu Harga SUN Naik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular