
Lelang SUN, Pasar Obligasi Bakal Bergerak Menyamping
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 April 2019 09:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar memprediksi harga obligasi rupiah pemerintah pada perdagangan hari ini, Selasa (9/4/2019) akan bergerak menyamping atau sideways karena beragamnya sentimen dari pasar global dan domestik.
Data manufaktur Februari Amerika Serikat (AS) yang turun menunjukkan belum adanya gairah di industri pabrikan. Ditambah lagi lesunya neraca perdagangan Jerman pada periode yang sama juga mencerminkan adanya sentimen negatif.
"Sentimen itu ditambah semakin khawatirnya investor sehingga masih menunggu perkembangan positif dari damai dagang [AS-China], yang semalam sukses menjadi pembeban koreksi pasar saham di AS," ujar Ariawan, Head if Fixed Income PT BNI Sekuritas, dalam risetnya, Selasa ini.
Sentimen di Jerman datang dari data impor dan ekspor negeri ini tercatat turun pada Februari, menurut data resmi, Senin (8/4/2019). Laporan itu sejalan dengan serangkaian pembacaan data ekonomi yang lemah dari kuartal pertama.
Impor Jerman tercatat amblas 1,6% secara month-on-month, menjadi 92,3 miliar euro (US$ 103,6 miliar), ekspor pun turun lebih lambat hingga 1,3% menjadi 110,9 miliar euro, menurut otoritas statistik federal Destatis.
Ariawan menjelaskan, selain dua sentimen global itu, fokus investor selanjutnya adalah lelang surat utang negara (SUN) rutin yang digelar Selasa ini.
Lelang SUN hari ini akan menawarkan beberapa seri acuan dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.
"Jika permintaan investor masih besar dan pemerintah mampu menerbitkan SUN sesuai target indikatifnya, maka hasil lelang dapat menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi," katanya.
Ariawan mencatat, pada perdagangan Senin kemarin (8/4/2019), tingkat imbal hasil (yield) hampir seluruh seri SUN naik 2 basis poin (bps)-7 bps.
Koreksi kemarin sukses membuat reli di pasar SUN yang terjadi 4 hari hingga akhir pekan lalu terhenti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Pasar Obligasi Koreksi, Minat Lelang SUN Malah Tembus Rp 42 T
Data manufaktur Februari Amerika Serikat (AS) yang turun menunjukkan belum adanya gairah di industri pabrikan. Ditambah lagi lesunya neraca perdagangan Jerman pada periode yang sama juga mencerminkan adanya sentimen negatif.
"Sentimen itu ditambah semakin khawatirnya investor sehingga masih menunggu perkembangan positif dari damai dagang [AS-China], yang semalam sukses menjadi pembeban koreksi pasar saham di AS," ujar Ariawan, Head if Fixed Income PT BNI Sekuritas, dalam risetnya, Selasa ini.
Sentimen di Jerman datang dari data impor dan ekspor negeri ini tercatat turun pada Februari, menurut data resmi, Senin (8/4/2019). Laporan itu sejalan dengan serangkaian pembacaan data ekonomi yang lemah dari kuartal pertama.
Impor Jerman tercatat amblas 1,6% secara month-on-month, menjadi 92,3 miliar euro (US$ 103,6 miliar), ekspor pun turun lebih lambat hingga 1,3% menjadi 110,9 miliar euro, menurut otoritas statistik federal Destatis.
Lelang SUN hari ini akan menawarkan beberapa seri acuan dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp 30 triliun.
"Jika permintaan investor masih besar dan pemerintah mampu menerbitkan SUN sesuai target indikatifnya, maka hasil lelang dapat menjadi sentimen positif bagi pasar obligasi," katanya.
Ariawan mencatat, pada perdagangan Senin kemarin (8/4/2019), tingkat imbal hasil (yield) hampir seluruh seri SUN naik 2 basis poin (bps)-7 bps.
Koreksi kemarin sukses membuat reli di pasar SUN yang terjadi 4 hari hingga akhir pekan lalu terhenti.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Pasar Obligasi Koreksi, Minat Lelang SUN Malah Tembus Rp 42 T
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular